webnovel

ARKANA : Imperfect Love

Arka Derrien Mahendra. Seorang musisi yang mengawali karier dari menjadi vokalis band di sekolahnya. Lalu menjadi penyanyi kafe, penyanyi festival, hingga menjadi penyanyi terkenal. Arka memiliki sahabat bernama Naira Kemala Bimantara. Yang mendapat julukan dari banyak orang ‘cewek singa’ karena sikapnya yang dinilai agak beringas. Mereka dipertemukan dengan tidak sengaja. Saat keduanya menjadi perwakilan kelas masing-masing saat rapat MOS. Dan karena kecerobohan Naira membuatnya mengenal sosok Arka. Naira terlambat datang dan Arka dengan sigap menariknya untuk masuk ke dalam barisan. Ke mana-mana selalu bersama membuat Arka dan Naira dijuluki sebagai soulmate. Pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Lambat laun, karena kedekatan mereka yang terjalin setiap hari, rasa sayang yang sebelumnya hanya sebagai seorang sahabat, berubah menjadi rasa suka dan timbul rasa saling memiliki. Namun perasaan Arka dan Naira terkurung dalam ikatan persahabatan. Sebelum acara kelulusan, sebenarnya Arka mulai merasakan ada getaran cinta saat bersama dengan Naira. Begitu pun sebenarnya dengan Naira. Tapi mereka takut untuk mengungkapkannya. Keduanya paham risiko yang akan mereka hadapi jika saling mengutarakan perasaan. Taruhannya adalah persahabatan akan hancur karena salah satu sudah berani jatuh cinta. Mereka mengira bahwa cinta mereka bertepuk sebelah tangan. Jika saja Arka tahu perasaan Naira yang sebenarnya dan jika saja Naira juga tahu perasaan Arka yang sebenarnya, semua akan terasa lebih mudah. Dan indah. Puncak karier Arka yang malah membuat persahabatannya dengan Naira semakin bermasalah. Disaat Arka sibuk manggung di luar kota, Naira terkena masalah besar dalam keluarganya. Ayahnya tersandung kasus hukum dan dipenjara. Rumah beserta aset-asetnya disita. Sedangkan Ibunya shock berat. Ingin berbagi cerita dengan Arka, tapi Naira bingung. Karena Arka sibuk dan susah dihubungi. Naira pontang-panting dengan masalahnya sambil bekerja untuk menghidupi ibunya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki yang membuatnya sedikit tenang dalam menghadapi masalahnya. Dia adalah bos di tempatnya bekerja. Namanya Tristan. Tristan selalu ada disaat Naira butuh seorang penguat. Posisi yang seharusnya diisi oleh Arka, malah diisi oleh Tristan. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai nyaman dan memutuskan untuk berpacaran. Tanpa sepengetahuan Arka. Meski sebenarnya Naira juga masih bingung. Apakah perasaannya itu benar cinta atau hanya nyaman sekilas saja. Disisi lain, Arka masih sibuk dengan kebingungannya untuk mengungkapkan perasaannya atau memendamnya saja. Sedangkan Naira merasa bahwa Arka mulai berubah semenjak terkenal. Naira mengira Arka pelan-pelan melupakannya karena circle pertemanan barunya. Pertengkaran hebat akhirnya terjadi. Naira bahkan sampai berteriak, menunjuk-nunjuk Arka, untuk pertama kalinya. Satu tahun kemudian, skenario Allah ternyata mempertemukan mereka kembali. Arka dan Naira berada di kampus yang sama. Di fakultas yang sama pula. Disitu Arka baru tahu ternyata Naira tidak langsung kuliah selepas SMA. Tapi Arka belum tahu tentang permasalahan Ayah Naira. Beberapa bulan kemudian, satu persatu masalah terbongkar. Arka tahu tentang kasus Ayahnya Naira dari salah satu rekan kerja Ayahnya. Lalu tentang keadaan Ibunya Naira. Tentang perekonomiannya. Tapi satu yang belum membuatnya tenang. Hubungan Naira dengan Tristan. Meski sebenarnya Arka sangat tidak suka dengan Tristan, tapi dia menghargai pilihan Naira. Lalu perihal rasa cintanya terhadap Naira. Apakah akan pudar seiring berjalannya waktu? Jawabannya adalah tidak. Arka tetap mencintai Naira. Tapi apakah Arka akan merebut kembali hati Naira? Atau malah kehilangan Naira selamanya? Kita akan menjadi saksi dari kisah mereka.

katakinin · Realistic
Not enough ratings
23 Chs

Mekukis Senja di Jogjakarta

Apa gue pernah menyangka bakal memiliki sahabat perempuan? Jawabannya Tidak. Gue adalah tipe orang yang susah untuk dekat dengan orang, apalagi bersahabat dengan perempuan. Dalam pandangan gue, perempuan itu makhluk ter-ribet di dunia ini. Bahkan Naira adalah satu-satunya sahabat perempuan gue dengan jarak waktu yang paling lama. Meskipun kita sering adu pendapat dan juga cek-cok, tapi kita enggak pernah punya niatan untuk saling menjauh satu sama lain.

Hari ini, gue akan berangkat ke Jogja. Dari pagi sebenarnya sudah was-was. Khawatir tiba-tiba Naira muncul dan maksa mau ikut. Dan gue paling nggak bisa lihat dia merengek. Jatuhnya pasti gue yang ngalah dan mengiyakan keinginan dia.

Pukul 09.00 gue dan tim sudah mendarat di bandara Adi Soetjipto. Sesuai rencana, kita semua langsung ke hotel yang nggak jauh dari Malioboro. Karena tempat gue manggung juga di sekitar Malioboro. Namanya Menoewa Kopi. Yap pasti nama itu enggak asing di telinga kalian. Begitu sampai di hotel, kita semua istirahat sejenak. Sebelum malamnya checksound.

Ini adalah pertama kalinya gue ke Jogja. Penasaran sekali sama yang orang-orang deskripsikan tentang Jogja. Pokoknya setelah selesai manggung nanti, gue akan menguliknya lebih jauh lagi. Semoga rencana awal gue liburan disini untuk sementara waktu setelah manggung selesai, terealisasikan. Kalau pun nantinya rencana gue gagal, dan harus balik bareng rombongan. Ya sudah. Itu diluar kendali gue.

Setelah kurang lebih satu jam istirahat, sekalian bersih-bersih, Nadin, istri gitaris gue ketuk pintu.

"Ka, mau ikut makan di bawah, nggak?" Ajaknya.

"Iya sebentar. Ambil handphone dulu."

Total ada delapan orang yang ikut. Enam orang tim inti dan yang dua adalah istri gitaris dan pianis gue. Katanya mereka ngajak istri, biar sekalian bisa jalan-jalan. Udah lama enggak jalan bareng soalnya. Ya, memang akhir-akhir ini kita sibuk banget. Sampai kurang ada waktu untuk keluarga. Bagi yang sudah berkeluarga, terutama. Bahkan anak sambung Ivan, gitaris gue, katanya dua hari yang lalu sempat protes karena ayahnya jarang ada di rumah kalau weekend. Tapi kali ini dia juga enggak ngajak anaknya, "Nggak usah, ntar ribet," katanya waktu gue tawarin untuk ajak anaknya.

Dari kelima personil AIUEO Band, baru dua orang yang sudah beristri. Yaitu Ivan dan Endy. Mereka juga belum lama berkeluarga, masih tahun kemarin menikah, di waktu yang hampir bersamaan. Ivan bulan Februari dan Endy bulan Maret. Selang beberapa minggu. Entah disengaja atau tidak. Sedangkan gue, Ovie dan Uki masih jomblo hahaha.

💝💝💝

Sebelum malamnya checksound , gue memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di Malioboro. Dari hotel enggak seberapa jauh. Hanya 15 menit dengan berjalan kaki. Ini juga perdana, seorang Arka jalan-jalan sendiri di kota orang. Biasanya selalu bersama teman-teman band. .

Jogjakarta di sore hari menyuguhkan pemandangan yang teramat indah. Langit ufuk barat menawarkan pesona langit berwarna jingga. Indahnya suasana Jogja menenangkan pikiran gue. Dengan hanya duduk di bangku yang ada di pinggir jalan, sudah bikin hati gue tenteram. Senja kali ini memang lebih indah dari biasanya. Mungkin karena gue menyaksikannya di kota orang dan dengan suasana yang berbeda. Sebenarnya, sayang sekali kalau hanya dinikmati seorang diri. Ah andai saja... Hm tapi yasudah lah.

Katanya, Malioboro di sore hari itu seru, rame. Tapi pas gue sampai, belum terlalu banyak orang. Baru beberapa orang yang lalu lalang. Tapi kalau jalanannya sih, rame. Maksud gue adalah ramenya pengunjung. Tepat pukul 16.00 gue sampai di titik nol kilometer. Gue menghela napas panjang. Huft... Akhirnya gue bisa melepas penat. Sejenak merefresh pikiran. Lama, gue hanya diam dan memperhatikan sekeliling. Kota ini sungguh menenangkan.

Setelah satu jam, perlahan mulai rame. Mulai banyak pengunjung yang datang dari berbagai arah. Banyak hal yang membuat gue kagum. Masih ada delman yang berseliweran di area Malioboro. Gue enggak tahu, apakah delman itu khusus hanya lewat di sekitaran Malioboro, atau memang mayoritas masyarakat Jogja masih menggunakannya untuk mobilitas keseharian mereka. Semakin lama jalanan semakin rame. Oh ya, ada satu lagi yang menarik perhatian gue, ada banyak sekali bentor. Setelah gue tanya ke Abang yang suka foto-foto, katanya memang itu transportasi untuk mengangkut pengunjung dari tempat parkir ke Malioboro. Katanya juga ada beberapa tempat parkir. Ada yang dekat dan ada yang jauh. Nah yang jauh itu biasanya pake bentor. Tapi ada juga yang memilih untuk jalan kaki. Sambil menikmati suasana kota Jogja. Sejauh yang gue tahu seperti itu. Kalau ada salah mohon maaf. Gue baru pertama ke Jogja soalnya. Hehehe.

Di tengah-tengah lamunan gue sambil nunggu sunset, gue teringat Naira. Gangguin ah.

Cekrek

Gue ambil foto suasana Malioboro. Dengan background gedung BNI yang ada di seberang jalan. Lalu, send to Naira. Hahaha. Yakin, habis ini dia pasti langsung video call, lalu ngomel tanpa henti. Sebelum gue bilang, iya nanti kita liburan kesini deh.

Dan, benar. Sepuluh detik setelah pesan diterima, dia langsung video call. Sengaja nggak gue angkat. Dan sengaja mau jahilin dia lagi. Kangen juga dengar omelannya.

'Arka angkat nggak?! Cepet!' Isi pesannya setelah tiga kali panggilannya gue abaikan.

Dan seperti yang sudah-sudah, gue akan selalu kalah jika berhadapan dengan Naira. Akhirnya gue angkat juga panggilan video darinya.

Sambil duduk di bangku yang ada di seberang jalan, gue mencoba menceritakan suasana Malioboro, yang juga belum pernah ia kunjungi. Wajahnya terlihat sedikit kesal tetapi juga excited.

"Arka lo jahat. Ucapnya agak berteriak."

"Dih... Eh, mana pernah gue jahat sama lo? Hah?"

"Ya, abisnya, lo nggak ngajak gue."

"Karena lo ribet orangnya. Kalau lo ikut, yang ada malah nyusahin banyak orang disini."

"Gue nggak mau tau, pokoknya bulan depan lo harus ajak gue liburan ke jogja, titik!"

"Lah, ngapa ajak-ajak gue. Ya lo aja sendiri." Hahaha kangen banget rasanya dengar Naira seperti ini. Padahal baru juga kemarin gue ketemu dia. Astaga... Ada-ada saja gue.

"Arka.... Sekali aja, jangan iseng bisa nggak?"

"Iya.. Iya.. Bawel banget deh. Tahun depan aja tapi, hahaha."

"Bulan depan!"

Perbincangan diakhiri dengan sebuah perjanjian, bahwa bulan depan gue harus ajak si bawel ke jogja. Padahal gue nggak tahu juga ritme manggung gue bulan depan bagaimana. Tapi gue sudah terlanjur janji sama dia.

💝💝💝

Enggak lama waktu yang kita butuhkan untuk bersiap menyambut pengunjung di Menoewa. Semua memakai outfit hitam. Warna yang paling aman, menurut gue. Outfit andalan kita adalah dengan T-shirt berpadu dengan Jeans. Dan warna hitam membuatnya terlihat simpel tapi elegan.

Menoewa Kopi ini tempat yang unik. Bisa dibilang tempatnya anak muda banget. Konsepnya juga keren. Dan gue beruntung bisa jadi salah satu orang yang berkesempatan menghibur anak-anak muda Jogja. Yang makin membuat gue kegirangan adalah, ternyata gue nggak nyanyi sendiri. Gue bakal duet dengan Tri Suaka. Sang maskot Menoewa. Ini momen yang langka. Gue harus mengabadikan selama gue nyanyi nanti.

"Hai bro. Apa kabar?" sapanya duluan.

"Hai. Halo bang," gue jawabnya agak gugup. Ya maklum. Pertama kali ketemu Tri Suaka. Orang yang selama ini cuma gue lihat di Youtube, sekarang ada di depan mata gue.

Nggak lama setelah itu, ternyata Nabila datang. Memakai jeans navy dipadukan dengan t-shirt putih polos dan juga blazer putih. Dengan rambut curly-nya itu dia juga sapa gue duluan, "Haii... Nabila," ucapnya memperkenalkan diri. Setelah itu dia ke belakang untuk bersalaman dengan teman-teman yang lain.

Setelah sedikit berdiskusi, kita memutuskan kalau yang membuka show, ceileh show hahaha, adalah gue dan Nabila, dengan membawakan lagu Melukis Senja. Milik Budi Doremi. Tanpa latihan sebelumnya, karena sejujurnya gue nggak tahu bakal ada mereka. Iya bisa dibilang kejutan yang manis buat gue hehehe.

Setelah selesai Melukis Senja, kita sepakat untuk membawakan lagu-lagu Letto Band. Salah satu musisi Legend dari Jogja yang menurut gue, lagu-lagunya mempunyai ciri khas tersendiri. Banyak terselip makna-makna yang tersirat. Mulai dari Ruang rindu, sebelum cahaya, sandaran hati, permintaan hati dll.

Gue nggak nyangka. Ternyata tempatnya rame banget. Bahkan penuh. Mereka bukan hanya datang dan menyaksikan penampilan kami. Tapi juga bernyanyi bersama. Sumpah, ini gue berasa jadi penyanyi beneran. Gue merasa sangat dihargai sebagai pendatang baru. Gue yakin, banyak diantara mereka yang nggak tahu siapa gue.

Di akhir penampilan, bang Tri inisiatif buat duet dengan gue. Akustik lagu Sandaran Hati. Gue bermain gitar tentunya.

"Bro, kita duet berdua, gimana?" ajaknya.

Gue yang mendengar ajakan itu langsung antusias, "Oke siap."

Sorak sorai dan tepuk tangan penonton semakin membuat gue semangat. Menoewa akan menjadi tempat yang paling berkesan buat gue. Akan menjadi tempat yang selalu gue kunjungi setiap ke Jogja, nanti.