Di dalam ruang ganti Dojo Yaegashi.
Daisuke yang baru saja berganti pakaian ke seragam sekolahnya, merenungkan kembali tentang pertandingan sebelumnya.
-Apa tindakanku tadi berlebihan ya?
Mengingat sikap Shizuku yang menatap dengan dalam pada wajah Daisuke lalu kembali ke rumah Yaegashi sambil mengerutkan kening, Daisuke jadi merasa sedikit bersalah.
Karena cara dia memenangkan pertandingan bisa dibilang kurang etis.
Tidak salah jika mengatakan Daisuke memenangkan duel tadi hanya menggunakan kekuatan fisik tanpa mengandalkan skill.
Meskipun sebelum bertarung kedua belah pihak memahami jika perbedaan gender menandakan perbedaan kekuatan fisik dan tidak ada kesepakatan untuk mengontrol kekuatan serangan, tetapi sudah menjadi norma umum di masyarakat bagi laki-laki untuk bertindak lebih lembut pada seorang perempuan.
-Kenapa aku jadi memikirkan hal-hal lain? Tujuanku sekarang adalah fokus meningkatkan kekuatan.
Tidak ingin berpikir aneh-aneh, Daisuke menggelengkan kepalanya dan berjalan keluar ruang ganti.
Saat kembali ke ruang latihan, Daisuke melihat Shuuzou dan Koichi yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu.
Saat melihat Daisuke kembali, keduanya menghentikan pembicaraan mereka dan bertindak seolah tidak ada yang terjadi.
Tetapi jika diperhatikan seksama, dapat dilihat ada ekspresi keengganan pada Koichi, khususnya saat melihat Daisuke.
"Selamat sudah menyelesaikan syarat kedua, Daisuke! Meski aku tidak menyangka jika yang kamu maksud 'sedikit' lebih kuat dari pria dewasa ternyata sekuat itu."
"Maafkan aku karena sudah berbuat kasar pada Shizuku, Shuuzou-sensei. Tapi aku tidak yakin bisa menang dari Shizuku hanya dengan skill jadi aku harus mengerahkan segalanya karena aku tidak boleh kalah!"
Mendengar permintaan maaf Daisuke, Shuuzou sedikit tersenyum dan mencoba menjelaskan dengan santai.
"Tidak masalah, menang adalah menang mau seperti apa pun prosesnya karena semua orang hanya akan melihat hasil, bukan proses."
"Ditambah, kamu tidak melakukan kecurangan apapun, jadi tidak ada yang salah."
"Tapi…"
Sampai sini, senyum Shuuzou menghilang, ekspresinya menjadi dingin dan dia berkata dengan serius.
"Hasil bukan berarti semuanya sudah berakhir!"
"Jadi pikirkanlah dengan matang sebelum bertindak dan jangan hanya fokus pada hasil akhir."
"Camkan itu!"
Mendengar peringatan Shuuzou membuat sekujur tubuh Daisuke seketika menggigil, bulu kuduknya berdiri dan dia secara insting memasang sikap waspada.
Untuk pertama kalinya Daisuke merasakan hawa membunuh.
Tetapi melihat ekspresi Shuuzou yang kembali normal dengan senyum ramah, Daisuke menjadi sedikit rileks dan paham jika Shuuzou hanya memberi nasihat.
Lalu, Daisuke sadar jika posisinya saat ini seolah ingin bertarung dengan Shuuzou, sehingga dia dengan sedikit malu kembali ke posisi tegap.
"Baik, Shuuzou-sensei, terimakasih atas bimbingannya!"
"Hahaha, itu hanya sekedar obrolan ringan biasa. Oh iya, Kamu tidak perlu khawatir Shizuku marah atau membencimu karena pertandingan tadi, tapi kalo kamu mau minta maaf silahkan saja."
"Terima kasih informasinya, Shuuzou-sensei."
"Baik, baik… Sekarang mari bicarakan mengenai syarat terakhir!"
Daisuke yang mendengar Shuuzou kembali berbicara tentang kondisi untuk mempelajari 'Teknik Rahasia Yaegashi' seketika menjadi bersemangat dan fokus mendengarkan.
"Untuk syarat ketiga, kamu tidak perlu melakukannya sekarang. Kita bisa menunggu hingga kamu mulai mempelajari ninjutsu dan taijutsu untuk melihat apakah kamu dapat mempelajarinya. Karena percuma jika ternyata kamu tidak memiliki bakat untuk itu."
"Bisakah Shuuzou-sensei membertahuku syarat itu? Jika bisa aku ingin setidaknya memiliki gambaran tentang yang harus dilakukan."
"Apakah kamu yakin ingin mengetahuinya sekarang?"
"Saya sangat yakin, Shuuzou-sensei."
Setelah mendengar jawaban yakin Daisuke, Shuuzou diam sejenak sembari memainkan jenggot putihnya seolah mempertimbangkan sesuatu.
"Baiklah jika kamu bersikeras. Syarat ketiga adalah menjadi bagian dari keluarga Yaegashi."
"Nani?" Respon Daisuke kaget seakan tidak mempercayai apa yang dia dengar.
"Syarat ketiga adalah menjadi bagian dari keluarga Yaegashi."
"Apakah Shuuzou-sensei bercanda?" Tanya Daisuke yang masih tidak percaya.
"Bagaimana menurutmu?"
"…"
Daisuke yang melihat gurunya tidak bercanda seketika kehilangan semangatnya lalu menggenggam tangannya sembari menggertakkan gigi seolah merasa dipermainkan.
Tentu saja Daisuke akan seperti itu.
Untuk menjadi bagian dari keluarga Yaegashi, bukankah itu berarti Daisuke harus menikah ke dalam keluarga Yaegashi dan meninggalkan nama keluarganya?
Di Jepang, seorang laki-laki yang menikah ke dalam keluarga perempuan bisa dibilang merupakan sebuah hal memalukan.
Hal tersebut tidaklah menjadi masalah bagi Daisuke, karena dia bukan benar-benar garis keturunan keluarga Endou dan dia tidak peduli nama keluarga siapa yang akan dibawa keturunannya kelak.
Ditambah, masih ada Sousuke dan Kousuke yang dapat meneruskan nama keluarga Endou.
Khususnya Kousuke, berdasarkan memori Daisuke dari novel yang pernah dia baca, Kousuke di masa depan akan memiliki beberapa wanita sehingga seharusnya tidak ada kekhawatiran mengenai masalah keturunan.
Hal yang menjadi masalah serius bagi Daisuke adalah harus menikah hanya demi mempelajari sebuah teknik.
Untuk Daisuke, menikah adalah sesuatu yang sakral dimana hanya dapat dilakukan ketika dua orang benar-benar saling mencintai dan rela berbagi setengah hidupnya dengan yang lain.
Karena saat seseorang memutuskan menikah, itu berarti orang tersebut akan menghabiskan sebagian besar sisa waktunya dengan pasangan yang dia pilih.
Selain itu, bagi seorang pria hal tersebut adalah awal dari sebuah tanggung jawab baru dimana dia sebagai kepala keluarga harus memikirkan masa depan keluarganya.
Intinya, bagi Daisuke menikah bukanlah hal yang dapat dianggap remeh dan sangat tidak layak melakukannya hanya karena sebuah teknik.
Ada banyak teknik lain di luar sana yang dapat dipelajari tanpa syarat, tetapi dia hanya punya satu hati untuk diberikan pada seorang wanita.
-Selain itu, hanya ada Shizuku dari keturunan keluarga Yaegashi. Jika aku harus menikah ke dalam keluarga Yaegashi, bukankah itu berarti…
Sampai sini, Daisuke merasa enggan.
Sebagai seseorang yang sudah membaca novel, Daisuke tentunya mengetahui jika Shizuku nanti akan menjadi salah satu harem dari Nagumo Hajime.
Meskipun hal tersebut masih belum terjadi, tetap saja Daisuke merasa itu hal yang tidak etis untuk dilakukan.
-Bukankah ada banyak wanita lain di luar sana?
Satu hal yang perlu disebutkan, tiap kali Daisuke mulai tertarik dengan seorang perempuan dan terbesit pemikiran untuk menjadi sebuah pasangan ataupun keinginan mendekati, dia akan merasakan sebuah penolakan dan rasa bersalah yang sangat kuat.
Awalnya Daisuke berpikir hal itu disebabkan karena jiwanya adalah jiwa seorang pria dewasa sehingga dirinya merasa seperti melakukan tindakan yang ilegal saat memiliki pemikiran seperti itu.
Tetapi perasaan itu masih dia rasakan ketika Daisuke menjadi berdebar-debar saat mendapat pelajaran tambahan privat dari guru bahasa inggris muda di SMPnya yang saat itu mengenakan pakaian ketat untuk memamerkan aset yang dia banggakan.
Makanya, Daisuke berpikir mungkin ada alasan lain yang membuat dia merasakan penolakan dan rasa bersalah itu.
Kembali ke topik, intinya Daisuke memutuskan untuk tidak mempelajari 'Teknik Rahasia Yaegashi' dan coba mencari metode lain untuk menjadi lebih kuat.
Shuuzou menyadari perubahan dari Daisuke setelah mendengar persyaratan yang dia ajukan.
Melihat ekspresi bersemangat yang digantikan dengan keengganan dan amarah, Shuuzou tersenyum kecil dan membangunkan Daisuke dari lamunannya.
"Daisuke, tampaknya kamu salah paham akan maksudku!"
"Bukankah yang dimaksud Shuuzou-sensei menjadi bagian dari keluarga Yaegashi adalah dengan menikah ke dalam keluarga Yaegashi? Maafkan aku sensei, tapi aku tidak dapat melakukannya."
"Kenapa?"
"Bagiku menikah bukanlah hal yang dapat diputuskan dengan sembarangan, apalagi hanya karena sebuah teknik. Jadi, aku mungkin tidak dapat memenuhi persyaratan ini."
"Hahaha, siapa bilang jika menjadi bagian dari keluarga Yaegashi harus dengan menikahi anggota keluarga Yaegashi?"
"Huh? Apakah ada maksud lainnya, Shuuzou-sensei?"
Shuuzou tidak langsung menjawab pertanyaan Daisuke. Dia meletakkan kedua tangan dibelakang punggungnya, dan sedikit mengangkat wajahnya dengan perasaan nostalgia sebelum bercerita.
"Daisuke, Teknik Yaegashi merupakan teknik bertarung yang diturunkan klan Yaegashi turun temurun sejak era shogun."
"Klan Yaegashi dulunya merupakan salah satu klan kepercayaan shogun dalam melaksanakan misi pembunuhan dan pengintaian."
"Berbeda dengan para samurai, orang-orang dari Klan Yaegashi lebih cocok jika disebut sebagai shinobi dan ninja."
"Dengan berakhirnya era shogun, maka kekuatan Klan Yaegashi tidak lagi dibutuhkan dan harus beradaptasi dengan perkembangan zaman."
"Meski begitu, sebagai kepercayaan Shogun yang melakukan banyak tugas eksekusi, tentunya Klan Yaegashi memiliki banyak musuh."
"Beruntung sebelumnya Klan Yaegashi adalah klan yang tertutup, sehingga tidak banyak yang mengetahui keberadaan kami."
"Oleh karena itu, setelah beberapa generasi, aku berkeinginan menghentikan tradisi meneruskan teknik ninjutsu dan taijutsu pada generasi selanjutnya untuk menghindari bahaya dan memang teknik-teknik itu sudah tidak diperlukan di era modern sekarang."
"Niat awalku adalah berhenti menurunkan teknik ini ke generasi selanjutnya dan menghentikanya sampai generasi Koichi. Makanya kami merahasiakan hal ini dari Shizuku."
Selesai menceritakan kisahnya, Shuuzou kembali dari nuansa nostalgia dan lanjut menjelaskan kepada Daisuke.
"Mengenai pertanyaanmu, sesuai aturan klan, kamu dapat menjadi bagian dari keluarga Yaegashi dengan melakukan sumpah setia dan berjanji untuk melayani keluarga Yaegashi seumur hidup."
"Tentu, kita sebagai manusia modern tidak lagi terlalu kaku akan hal-hal seperti itu dan kamu hanya perlu melakukannya sebagai formalitas."
"Untuk setelahnya, kami tidak akan terlalu peduli selama kamu tidak melanggar persyaratan pertama yang kamu janjikan sebelumnya."
Mendengar hal ini, Daisuke bernafas lega karena ternyata hal yang dimaksud tidak seperti yang dia pikirkan.
Akan tetapi, Shuuzou belum selesai.
"Tapi, cara yang kamu sebutkan sebelumnya juga dapat dilakukan. Kebetulan cucuku seumuran denganmu. Jadi, apakah kamu tertarik?"
"J-jangan, Shuuzou-sensei! Tidak perlu melakukannya sampai seperti itu." Jawab Daisuke buru-buru sambil mengerutkan dahi.
Mendapati Daisuke yang buru-buru menolak, Shuuzou melihat Daisuke dengan ekspresi tidak percaya.
"Jadi kamu ingin menikahi Kirino? Yah, bukannya tidak boleh, tapi Kirino adalah menantuku dan Koichi saat ini masih hidup. Jadi.. bagaimana ya mengatakannya.."
Melihat pak tua yang dengan sengaja menyelewengkan maksud perkataannya membuat Daisuke semakin mengerutkan dahi dan samar-samar terlihat urat dahi yang mulai muncul.
Ketika Daisuke ingin menghentikan permainan omong kosong Shuuzou, tiba-tiba sebuah suara keras terdengar dari seseorang yang kehadirannya mulai terlupakan.
"SUDAH CUKUP!!"
Koichi sejak tadi tidak fokus mendengarkan pembicaraan antara Shuuzou dan Daisuke. Hal ini dikarenakan ketika Daisuke masih berganti pakaian, Shuuzou menyarankan untuk coba menjodohkan Daisuke dengan Shizuku.
Alasannya cukup sederhana, Shuuzou yang untuk pertama kalinya mengamati Daisuke dari dekat baru menyadari bakat yang dimiliki Daisuke.
Saat Koichi yang merasa enggan masih terus mempertimbangkan baik buruk dari saran perjodohan ayahnya, tiba-tiba dia mendengar ayahnya memberi tawaran Daisuke untuk menikahi istrinya.
Meski dia tidak benar-benar mendengar semua percakapan, tapi saat ini amrah Koichi ada di level maksimum.
Dengan mata membara, Koichi mengepal erat tangannya, lalu sambil menggertakkan gigi membuat seringai mengerikan sambil berjalan mendekati Daisuke.
"Hey, bocah, sudah sangat berat hati aku coba mempertimbangkamu untuk menikahi putriku, sekarang kamu juga ingin mengambil istriku?"
"Sudah bosan hidup kamu rupanya."
"Tu-tunggu, itu bukan aku yang bilang-"
"Tidak-"
Tanpa menunggu penjelasan lengkap Daisuke, Koichi langsung menerjang Daisuke tanpa aba-aba dan memberikan berbagai serangan.
Bak! Buk! Bak!
Terhadap Koichi yang tampaknya terbutakan amarah tapi tidak benar-benar menyerang dengan kekuatan penuh, Daisuke hanya berusaha bertahan dan tidak membalas.
Setelah dua menit, Koichi yang sepertinya masih terbutakan amarah tampak tidak puas karena dia kesulitan menembus pertahanan Daisuke.
Oleh karena itu, dia mengalihkan pandangannya pada ayahnya, Shuuzou.
"Begitu juga denganmu, pak tua, Mentang-mentang ibu sudah tiada, jadi kamu tidak ingin menjadi satu-satunya yang kesepian dan mencoba memberikan Kirino pada orang lain?"
Melihat Koichi yang ditelan amarah, Shuuzou tersenyum kecil sembari membuat beberapa gerakan peregangan.
"Hohoho, sudah cukup lama sejak terakhir kali tulang-tulang pak tua ini bergerak. Ayo kita lihat apakah skillmu memiliki peningkatan Koichi!"
"Hyaat!"
Bak!
"Ouch, ayah, ini cuma main-main!"
Buk!
"Ouch, ayah, aku menyerah!"
Bak!
"Hey, kenapa aku juga? Ouch-" Protes Daisuke yang awalnya hanya menonton dari samping.
Buk! Bak! Buk!
"Hahaha, ternyata pak tua ini masih mampu melakukan beberapa gerakan."
10 menit kemudian, Shuuzou yang merasa segar sedikit meregangkan tubuhnya sambil berjalan menuju rumah Yaegashi.
Di belakangnya, ada Koichi dengan wajah dan pakaian berantakan disertai sebuah mata panda dan diikuti Daisuke yang seragamnya sedikit berantakan, rambut sedikit acak-acakan, dan mengenakan kacamatanya sambil membawa tas dan shinainya.
Di dalam rumah, Shizuku yang mengenakan pakaian kasual sedikit kaget dengan kedatangan seorang tamu. Tapi melihat penampilan Koichi dan Daisuke, dia menjadi khawatir.
"Ada apa dengan kalian?"
"Hanya terpleset di ruang latihan!" (Koichi dan Daisuke)
Melihat penampilan mereka yang lebih seperti baru saja selesai berkelahi dibandingkan terpleset, Shizuku bertanya lagi dengan sedikit tidak percaya.
"Benarkah?"
"Sudah jangan pedulikan mereka berdua, Shizuku. Mereka tadi sedikit bersemangat saat melakukan sparring satu sama lain dan tanpa sengaja menggunakan lebih banyak kekuatan"
"Oh, begitu rupanya."
"Lebih baik kamu beritahu Kirino untuk menyiapkan satu mangkuk tambahan karena kita kedatangan seorang tamu!"
"Baik, kek!"
Melihat tindakan Shuuzou yang berani berbuat tapi menolak mengakui, Koichi dan Daisuke hanya memberikan tatapan menusuk tapi tidak berbuat apa-apa.
Daisuke sendiri sebenarnya tidak punya niat untuk makan malam di rumah Yaegashi. Tetapi dia memutuskan untuk tidak menolak tawaran makan malam setelah melihat 'keramahan' dari tuan rumah.
Proses makan malam bisa dibilang membosankan karena tidak ada yang berbicara kecuali Kirino yang sesekali menawarkan makanan pada Daisuke.
Daisuke pun hanya fokus untuk segera menghabiskan makanannya, agar dapat segera pulang.
Setelah semuanya selesai makan, Daisuke tanpa basa-basi bergegas pamit.
"Shizuku, tolong antarkan Daisuke ke depan!"
"Ah, tidak perlu repot-repot Shuuzou-sensei!"
"Apakah itu hal yang merepotkan, Shizuku?"
"Bukan hal yang merepotkan kok. Ayo, Endou-san!"
"Tidak perlu Yaegashi-san, lebih baik aku keluar sendiri saja!"
"Tidak apa-apa Endou-san. Sebenarnya aku juga punya sesuatu untuk ditanyakan!"
"...baiklah kalau begitu!"
Dengan begitu, Daisuke keluar dari kediaman Yaegashi dengan ditemani oleh Shizuku.
Keduanya berjalan hingga keluar dari pagar Dojo Yaegashi tanpa mengatakan apa-apa.
Disini, Daisuke berinisiatif untuk memecah keheningan.
"Ano, Yaegashi-san, sepertinya cukup antarkan sampai sini saja."
"Apakah kamu yakin, Endou-san?"
"Tentu saja, Yaegashi-san."
"Okelah kalau begitu. Bye bye, Endou-san"
Melihat Yaegashi yang mengucapkan selamat tinggal dan akan kembali, Daisuke menghentikannya.
"Tunggu, Yaegashi-san!"
"Ada apa, Endou-san?"
"Itu, aku minta maaf karena tadi sudah berlebihan saat sparring!" Ucap Daisuke dengan tulus sambil membungkukkan badan.
Mendengar permintaan maaf Daisuke, sedikit ketidakpuasan di hati Shizuku menghilang dan dia tersenyum.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Endou-san. Sudah sewajarnya seseorang mengerahkan seluruh kemampuannya saat menghadapi lawan, tidak peduli siapa yang dia lawan."
"Tapi-"
"Tidak perlu dilanjutkan lagi, Endou-san. Sejujurnya aku merasa sedikit berterimakasih karena Endou-san membuatku sadar jika masih ada banyak hal dariku yang perlu ditingkatkan lagi."
"Sebenarnya Yaegashi-san memiliki skill kendo yang sangat tinggi, hanya saja perbedaan kekuatan fisik laki-laki dan perempuan yang memberiku keuntungan besar."
"Pada akhirnya, aku tetap kalah dan perlu berlatih lebih keras, bukan?"
"Ya, tidak ada yang salah dengan lebih banyak berlatih."
Disini, tatapan Daisuke dan Shizuku saling bertemu dan keduanya sama-sama tertawa.
(End of Chapter)
Di chapter ini, Author membuat improvisasi dari alasan keluarga Yaegashi yang sepertinya punya teknik ninjutsu dan taijutsu tetapi merahasiakannya dari Shizuku.
Semoga bisa diterima!