Tuan Putri sudah tidak terlihat lagi sosoknya saat Jiang Chijing kembali ke perpustakaan.
Jiang Chijing memberi tahu penjaga penjara yang telah membantunya mengawasi perpustakaan, lalu di bawah banyak tatapan orang yang suka bergosip, dia duduk kembali di area kerjanya.
Orang yang selanjutnya masuk ke perpustakaan setelahnya, adalah Zheng Mingyi yang masih duduk di baris pertama yang paling dekat dengan Jiang Chijing, di mana masih tergeletak buku komiknya yang belum selesai dia baca.
Di masa lalu, Jiang Chijing biasanya berharap agar siang berlalu lebih cepat sehingga setelah para narapidana pergi, dia bisa bebas menghabiskan waktu di sisa sore harinya.
Namun hari ini, Jiang Chijing sangat tidak ingin menyambut kedatangan pukul dua. Karena kalau sudah jam dua, hanya dia dan Zheng Mingyi yang akan tersisa sendirian di perpustakaan lagi.
Dia baru saja melarikan diri dari ruang rekreasi yang menyesakkan dan tidak ingin berduaan dengan Zheng Mingyi lagi. Tapi tidak ada gunanya lari dari kenyataan. Setelah narapidana lain meninggalkan perpustakaan, Zheng Mingyi datang ke sisinya lagi.
"Petugas Jiang, bukankah akan sangat tidak nyaman bagimu seperti ini?" Zheng Mingyi bertanya.
Area kerja terlalu sempit. Setiap kali Jiang Chijing atau Zheng Mingyi bersantai, lutut mereka secara tidak sengaja akan bersenggolan satu sama lain. Karena Zheng Mingyi menolak untuk menutup kakinya, maka…
Kedua kaki Jiang Chijing saling menempel erat, dan lututnya mengarah ke jendela. Postur duduknya bahkan lebih sopan dan anggun daripada seorang wanita.
"Tidak." Jiang Chijing mengerjakan sudoku di tangannya. "Pelajari saja saham mu."
Zheng Mingyi menggeser mouse, menatap Jiang Chijing, dia merasa bosan, lalu bertanya, "Apa kamu butuh bantuan?"
"Apa?"
"Kamu sudah lama tidak membaliknya."
Jiang Chijing tidak membuka koran di atas meja tapi memegangnya di tangannya, dengan sengaja menghindari tatapan mata Zheng Mingyi, supaya orang ini tidak memberinya jawaban lagi.
Setiap kali dia mengerjakan sebuah kotak kosong, dia akan membuat tanda dengan pensilnya. Namun, setelah menyelesaikan kotak paling sederhana, dia tidak bergerak untuk waktu yang lama.
Bukannya dia tidak bisa menemukan jawaban di kotak yang tersisa, tapi dia bahkan tidak berminat untuk mengetahui jawabannya sejak awal.
Koran di tangannya hanya dia gunakan sebagai perisainya supaya dia tidak perlu mengobrol dengan Zheng Mingyi. Rencananya adalah menghabiskan waktu setengah jam dengan cara seperti ini, tapi dia tidak menyangka Zheng Mingyi akan menangkapnya yang sedang melamun.
"Aku tidak butuh bantuan apa pun," kata Jiang Chijing.
"Oh."
Zheng Mingyi dengan malas menoleh ke belakang, terus mempelajari grafik candlestick di layar. Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali menatap Jiang Chijing, dan berkata, "Petugas Jiang."
"Apa lagi sekarang?" Jiang Chijing meletakkan korannya, mengerutkan keningnya saat dia membalas tatapan Zheng Mingyi.
Zheng Mingyi tidak menjawab. Dia hanya berbalik dan mencondongkan badannya secara perlahan ke arah Jiang Chijing.
Kerutan masih ada di wajah Jiang Chijing, tapi ketidaksabaran tersebut berangsur-angsur berubah menjadi kewaspadaan yang meningkat, yang mana, saat Zheng Mingyi terus menekan lebih dekat, perasaannya berubah menjadi lebih rumit dengan sedikit kepanikan.
Setelah mundur sampai menempel pada jendela, Jiang Chijing tidak bisa lagi mundur. Dia menekankan tangannya di dada Zheng Mingyi. "Apa yang sedang kamu lakukan?"
Jarak antara mereka berdua begitu dekat sehingga jarak bibir Zheng Mingyi kurang dari satu kepalan tangan dari hidung Jiang Chijing. Jiang Chijing tidak bisa tidak memikirkan hal gila—kalau Zheng Mingyi akan bilang bahwa ada bulu mata di wajahnya lagi, dia akan mencabut semua bulu mata Zheng Mingyi.
Tapi Zheng Mingyi tidak menyentuh wajah Jiang Chijing kali ini. Dia hanya mengulurkan tangan kirinya, menekannya ke bingkai jendela di sebelah telinga Jiang Chijing, lalu menggunakan tangan kanannya untuk menutup tirai. Dia berkata, "Matahari terlalu terik."
Saat Zheng Mingyi berbicara, dagunya terangkat dan pandangannya diarahkan ke atas, ke arah rel geser di atas tirai.
Garis rahang halus ditempatkan tepat di depan mata Jiang Chijing. Tatapannya turun, setengah terbuka, menatap kosong ke jakun Zheng Mingyi, dan dorongan untuk menggigit benda yang ada di depannya muncul di benaknya.
Jendela di perpustakaan menghadap ke arah utara. Meskipun sinar matahari sore tidak menyinari secara langsung, memang benar kursi di dekat jendela akan terasa lebih hangat.
Zheng Mingyi menarik tangan kanannya dan menyentuh bagian luar telinga Jiang Chijing. Dia bertanya, sembari menatapnya, "Petugas Jiang, apa kamu juga merasa kepanasan?"
Jiang Chijing menurunkan pandangannya tanpa memberikan jawaban, dan dia mendengar Zheng Mingyi berkata, "Telingamu memerah."
Baiklah. Jiang Chijing memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam.
Dia benar-benar tidak bisa menahan godaan tersebut, yang entah disengaja atau tidak, yang dilakukan oleh Zheng Mingyi padanya. Bahkan jauh sebelum Zheng Mingyi masuk penjara, dia sudah tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria ini.
Pemicu pertamanya adalah—Zheng Mingyi yang bertelanjang dada, mengenakan celemek, atau membakar steak—setiap bagian dari dirinya mampu merangsang setiap saraf di otaknya, apalagi jarak dekat di antara mereka sekarang, jakun dan tulang lehernya yang berada dalam jangkauannya.
"Zheng Mingyi," Jiang Chijing menahan suara serak di tenggorokannya, berbicara dengan lembut, "Menjauh dariku."
Dia sudah berada di ujung batas pertahanannya. Bulu matanya bergetar karena upaya keras yang diperlukannya untuk tidak menyerah pada godaan. Dia takut kalau Zheng Mingyi akan semakin mendekat dengannya, dia tidak akan bisa menahan diri untuk tidak menerkam Zheng Mingyi, dan Zheng Mingyi akan sepenuhnya tahu kalau dia adalah orang yang cabul.
Setelah beberapa saat kemudian, Zheng Mingyi menjawab dengan "oke" dan mundur kembali ke tempat duduknya.
Ketegangan saluran napasnya akhirnya mendapatkan kembali kemerdekaannya. Jiang Chijing diam-diam menghela nafas lega di hatinya, mengambil korannya lagi, kali ini menjaga jarak yang lebih jauh dari Zheng Mingyi.
Dia tidak mengatakan apa-apa dan bibirnya mengerucut menjadi garis lurus. Kekesalan berat terkonsentrasi di antara alisnya; siapa pun bisa tahu kalau dia sedang dalam suasana hati yang sangat buruk.
Sementara Zheng Mingyi menjadi sebagian besar penyebab di balik suasana hatinya yang kurang baik, lebih banyak perasaan frustrasinya diarahkan pada dirinya sendiri karena tidak mampu mengendalikan pikirannya yang berputar-putar dan cabul yang secara otomatis memenuhi otaknya.
"Petugas Jiang," Zheng Mingyi tiba-tiba berbicara. "Apa aku membuatmu merasa sangat tidak nyaman?"
Mendengar pertanyaan ini, Jiang Chijing langsung tercengang. Dia tidak menyangka setelah merangsangnya sedemikian rupa, Zheng Mingyi akan benar-benar menyadari ketidakbahagiaannya dan mengambil waktu sejenak untuk melakukan refleksi diri.
"Ya," kata Jiang Chijing.
"Maaf," kata Zheng Mingyi dengan tulus, "Aku tidak bisa menahannya."
Jiang Chijing, "..."
Zheng Mingyi berdiri. "Kalau begitu, aku akan pergi sekarang untuk hari ini."
Jiang Chijing membenci orang-orang seperti ini yang secara terbuka dan jujur akan meminta maaf, karena dengan begitu akan sulit baginya untuk tetap mencap mereka sebagai orang 'jahat'.
Dia terdiam sejenak, dan memperhatikan sosok Zheng Mingyi, dia berkata, "Besok juga tidak perlu datang kemari lagi. Aku akan membicarakannya dengan sipir."
Zheng Mingyi menghentikan langkahnya, tapi dia tidak menoleh ke belakang saat dia meninggalkan perpustakaan.
Sebenarnya, Jiang Chijing tidak menyuruh Zheng Mingyi untuk tidak datang lagi karena marah, tapi dia secara objektif menilai dia tidak bisa membiarkan Zheng Mingyi masuk ke area terlarangnya lagi. Kalau hal ini terus berlanjut, dia hanya akan bermain dengan hal yang berbahaya.
Dia memprediksi kalau sipir tidak akan langsung menyetujui permintaannya dan mempersiapkan dirinya untuk bolak-balik beberapa kali ke kantornya. Tapi mungkin Zheng Mingyi sudah menemukan kewarasannya, karena secara tak terduga, dia benar-benar tidak kembali ke perpustakaan keesokan harinya.
Pekerjaannya sebagai pustakawan sudah sangat senggang. Selanjutnya, Jiang Chijing sudah terbiasa melihat Zheng Mingyi dua kali sehari, jadi menganggur sekarang membuatnya merasa tidak nyaman.
Dia mengambil sebatang rokok dan berjalan ke ruang kesehatan yang ada di seberang. Pada saat ini, Luo Hai sedang menyirami bunga dan tanaman di balkon, sedangkan bocah tengik Yu Guang itu kembali ke belakang komputer lagi.
"Jadi ada apa denganmu hari ini?" Jiang Chijing berjalan ke balkon dan menyalakan rokoknya, menatap ke arah Yu Guang saat dia menanyakan pertanyaan ini, bersandar di pagar.
"Aku sakit perut hari ini," Yu Guang terkekeh, dan tangannya kembali memainkan keyboard dengan berisik.
Mendengar suara keyboard, Jiang Chijing tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Dia berjalan ke arah Yu Guang dan memeriksanya. Benar saja, ada program abnormal yang berjalan di layar komputer.
"Apa kamu tidak akan menghentikannya?" Jiang Chijing bertanya, menegakkan tubuhnya dan melihat ke arah Luo Hai di balkon.
"Aku tidak bisa membujuknya untuk berhenti." Luo Hai menghela nafas dengan putus asa. "Dia berjanji untuk tidak mengungkapkan identitas idolanya itu kepada siapa pun setelah memeriksanya dan tidak akan ada tindakan lanjutan apa pun."
Kepala Jiang Chijing terasa berdenyut. "Dan kau langsung mempercayai kata-katanya begitu saja?"
"Aku bersumpah." Yu Guang mengangkat tiga jarinya. "Kalau Dewa Go baik-baik saja, aku tidak akan pernah menyebabkan masalah untuknya."
Jiang Chijing berjalan kembali ke balkon, melirihkan suaranya saat dia berbicara dengan Luo Hai. "Intinya, dia tetap saja seorang narapidana, bagaimana bisa kau membiarkannya melanggar aturan?"
"Aku tahu ini salah." Melihat area pabrik saat berdiri di balkon, Luo Hai berkata, "Kamu mungkin tidak akan mengerti, tapi terkadang orang tidak bisa menahan diri."
Jiang Chijing sering tidak bisa mengendalikan pikirannya sendiri. Tentu saja dia tahu seperti apa rasanya, jadi dia tahu bahwa tidak ada gunanya tidak peduli apa yang dia katakan. Namun, dengan Luo Hai melakukan hal seperti ini memberinya amunisi. Dia berkata, "Karena itu, kamu juga tidak boleh mencampuri urusanku mulai sekarang."
Luo Hai tahu dia tidak bisa memenangkan pertempuran ini dan tidak membandingkan Zheng Mingyi dengan Yu Guang lagi. Namun, dia tiba-tiba teringat sesuatu; dia melihat jam, bertanya, "Apa kamu tidak akan membacakan berita untuk Zheng Mingyi hari ini?"
"Tidak untuk hari ini," kata Jiang Chijing. Luo Hai sepertinya ingin melanjutkan, tapi pada saat ini, Yu Guang tiba-tiba menjulurkan kepalanya dari belakang komputer, menyela, "Oh, ya, Petugas Jiang. Apa benar Zheng Mingyi benar-benar tidak bisa melakukannya?"
"Tidak bisa melakukan apa?" Jiang Chijing benar-benar bingung.
"Mereka semua bilang kalau barang milik Zheng Mingyi tidak bisa berdiri, jadi dia hanya bisa menjadi orang yang menerima."
"..." Jiang Chijing telah mempertimbangkan bahwa Tuan Putri akan menyebarkan alasan yang dibuat oleh Zheng Mingyi untuk mengusirnya, tapi dia tidak menyangka akan adanya lonceng dan peluit tambahan, secara langsung memutarbalikkan cerita menjadi Zheng Mingyi tidak bisa ereksi.
"Zheng Mingyi adalah seorang Shou?" Ketika Luo Hai mendengar ini, matanya melebar karena terkejut.
"Bukan." Jiang Chijing mengerutkan keningnya. Tidak hanya Zheng Mingyi bukan seorang Shou, tapi dia juga tak terbantahkan, secara otomatis memancarkan getaran Gong yang begitu kuat.
"Benarkah?" Yu Guang berkedip seperti burung hantu. "Jadi Petugas Jiang masih menjadi pihak yang menerima?"
"Apa hubungannya berita ini denganku?" Pembuluh darah di pelipis Jiang Chijing menonjol. "Mereka semua bilang kalau kamu sudah tidur dengannya," kata Yu Guang. "Mereka bahkan bilang kalau Petugas Jiang sangat liar, bukan Shou kecil lemah yang akan dengan mudah tertiup angin."
'Bajingan mana yang akan tertiup angin...'
Sumpah serapah sudah ada di lidah Jiang Chijing, tapi dia mendengar Yu Guang berkata, seolah-olah belum selesai, "Dulu banyak orang mengira Petugas Jiang sangat longgar, tapi sekarang mereka benar-benar kehilangan minat, takut pantat mereka akan menderita. ."
Mendengar ini, Jiang Chijing tiba-tiba mendapat firasat aneh, seperti dia telah melewatkan sesuatu.
Dia terus memilah-milah pikirannya, akhirnya memutar seutas benang tipis yang terfragmentasi menjadi tali tebal, lalu memegang tali ini dan menariknya. Sebuah kesimpulan yang jelas melompat ke garis depan pikirannya—
Alasan Zheng Mingyi memutar fakta bukan hanya untuk mengusir Tuan Putri.
Dia tahu kalau Tuan Putri akan menyebarkan kata-katanya, dan dia juga tahu kalau penjara dipenuhi dengan rumor tentang dia dan Jiang Chijing. Jadi dia dengan sengaja mengaku sebagai Shou, tidak hanya untuk menghilangkan ketertarikan Tuan Putri padanya tapi juga agar orang lain mengira kalau Jiang Chijing adalah seorang Gong, menghentikan rumor kalau dia adalah bus umum.
Memikirkan kembali bagaimana Zheng Mingyi berpura-pura membiarkan Tuan Putri bermain-main dengannya, tindakan ini sebenarnya berfungsi untuk mengalihkan perhatian Tuan Putri, memberinya celah untuk menyampaikan pesan pada Jiang Chijing melalui kamera, tanpa mengeksposnya yang sedang berbicara di depan Tuan Putri.
Begitu pesan itu tersampaikan, dia menghentikan Tuan Putri. Pada saat ini, dia sudah mencapai tujuannya, sambil menjaga rahasia kecil Jiang Chijing.
Adapun alasan mengapa dia memanggil Jiang Chijing, mungkin dimotivasi oleh apa yang telah dianalisis Jiang Chijing sebelumnya, tapi mungkin juga ada alasan lain. Misalnya, dengan memperdalam hubungan antara mereka berdua, desas-desus bahwa Jiang Chijing adalah seorang Gong akan memiliki lebih banyak kredibilitas.
Di permukaan, Zheng Mingyi melakukan ini untuk memusnahkan hama bernama Tuan Putri.
Namun pada kenyataannya, saat berurusan dengan Tuan Putri, dia juga membantu Jiang Chijing untuk membersihkan namanya yang telah kotor karena rumor yang beredar.
Saat Jiang Chijing akhirnya sampai pada kesimpulan ini, seluruh punggungnya tertusuk mati rasa.
Taktik Zheng Mingyi ternyata sangat dalam. Tapi insting pertama Jiang Chijing bukanlah untuk menjauh darinya, tapi untuk menemuinya sekarang dan bertanya apakah kesimpulan yang dia peroleh barusan memang benar.
Sebelumnya, Jiang Chijing memiliki firasat bahwa dia tidak berhasil menyembunyikan apa yang ingin dia sembunyikan, bahwa Zheng Mingyi sudah menelanjanginya hingga celana dalamnya.
Tapi sekarang, perasaan ini berubah. Dia memiliki firasat yang samar-samar bahwa dia mungkin ditelanjangi begitu jauh sehingga dia bahkan tidak memakai pakaian dalam lagi.