webnovel

Are You Happy Now?

Cerpen yang akan membawamu ke dunia yang penuh dengan keputusasaan dan kegagalan.

RIN1214 · Horror
Not enough ratings
5 Chs

[ Menunggu ]

Ruangan yang penuh aroma bunga mawar, dan cahaya lilin indah yang tersusun rapi di atas meja makan itu, benar-benar membuat ruangan sederhana itu menjadi sangat mewah dan romantis. Kau merasa bangga dengan dirimu sendiri, karena menjadi istri yang begitu perhatian dan terampil. Kau mengeluarkan cermin kecil dan merapikan rambut hitammu yang terurai indah dan begitu menawan.

Kau mengenakan gaun biru laut cantik yang baru saja kau beli dengan harga yang tidak murah, tapi kau merasa itu tidak perlu dipikirkan. Ini adalah hari spesialmu yang perlu dirayakan dengan gaun yang indah. Setidaknya, kau perlu memanjakan dirimu sendiri, dan menikmati waktu dengan punggung yang ringan.

Tersenyum malu dan bersemangat dengan kepulangan suami yang pastinya lelah dari pekerjaannya, membuat hatimu berdebar-debar dan kau terlihat sedikit gugup karena mungkin kau mengacaukan sesuatu. Tapi, kau segera menepis pemikiran negatif itu dan merasa harus percaya diri, dan yakin jika ini sudah sempurna. Kau ingin segera menyambutnya dan memberinya pelukan hangat untuk menghilangkan beban di kepalanya.

Kau melihat jam yang sudah menunjuk angka setengah tujuh. Kau tahu jika dia akan segera pulang jam tujuh malam, dia tak pernah pulang melebihi jam tujuh dan kau begitu bersemangat dengan waktu yang akan segera berada di puncaknya.

Tik tok tik tok

Kau menunggu dan menunggu. Jarum jam telah melewati angka tujuh tapi tak ada suara pada pintu yang tertutup rapat itu. Kau tetap bersabar dan menunggu dengan tenang, senyuman simpul masih terlukis di wajahmu yang cerah. Mungkin ada macet panjang di perjalanan pulangnya, itulah yang kau pikirkan.

Tik tok tik tok

Jarum jam telah menunjuk angka jam delapan malam, tapi dia tetap tak kunjung datang. Kau mulai khawatir dan mengambil ponselmu dan berusaha meneleponnya. Pikiranmu menjadi tidak tenang, tapi kau berusaha untuk tetap berpikir positif. 

Aneh.

Kau tidak bisa menelepon nomor itu. Operator mengatakan jika nomor itu tidak terdaftar lagi. Kau mulai merasa khawatir, keringat dingin mengalir di sekujur tubuhmu dan jarimu menjadi licin dan menjatuhkan ponsel itu. Api lilin menjadi tak tenang, dan ruangan itu terasa begitu panas dan terus memanas, kau seperti berada di oven yang membakar tubuhmu secara perlahan. 

Apa yang kau harapkan?

"Ti-tidak, dia akan segera pulang."

Kenapa kau tidak menyerah saja?

"Tidak akan! Dia akan pulang! Aku yakin itu."

Kau terus-menerus berkata jika dia akan segera membuka pintu itu dan tersenyum ke arahmu. Jantungmu berdetak kencang, dan tiba-tiba kakimu kehilangan keseimbangannya. Kau terjatuh, gaun dan rambutmu menjadi berantakan. Kemudian keringat yang mengalir melunturkan riasan yang sudah kau buat sempurna sebelumnya.

Kau benar-benar mengacaukannya.

"Aku … aku bisa memperbaikinya lagi!"

Kau mencoba berdiri tapi itu sama sekali tidak berhasil. Kau kehilangan tenagamu, ruangan yang indah itu mulai tertutup kegelapan dan memperlihatkan ruangan rusak yang penuh dengan noda hitam. Cahaya lilin mulai meredup dan terkubur di kegelapan yang tak berujung. Kau mulai ketakutan, tubuhmu bergetar tiada henti dan kau hanya bisa berdoa agar orang yang kau cintai segera datang dan memelukmu erat.

"Kenapa kau belum pulang? Ak-aku mohon … pulanglah."

Kau menangis dengan suara yang lemah, kau berharap kepulangannya yang kau sudah tahu tak akan lagi tersenyum ke arahmu dan memelukmu erat. Gaun biru laut itu, mulai rusak dan lapuk seperti kayu yang dimakan rayap, warnanya memudar dan mulai memancarkan warna hitam yang pekat. 

Tapi jauh di dalam hatimu, kau masih setia menunggu kehadirannya. Kau terus-menerus mengatakan jika dia akan pulang, dia pasti akan pulang. Berulang-ulang kali, kau bahkan tidak tahu berapa banyak kau sudah mengucapkan kalimat kutukan itu.

Tik tok tik tok

Jam sepuluh, sebelas, dua belas … waktu terus berlalu, tapi kau tetap setia menunggu dia pulang, kau tetap percaya dia akan membuka pintu itu. Walau selama apapun itu, menunggu dan menunggu, kau terus menunggu hingga waktu terasa berhenti dan tak bergerak sedikitpun. Namun, semakin lama kau menunggu, semakin tubuhmu terkikis dan melapuk karenanya, tapi kau tetap terdiam dan menunggu. Bibirmu kering dan tertutup debu, matamu seakan kehilangan cahayanya dan napasmu mulai memendek.

Ah lihat, kau bahkan tidak ada bedanya dengan zombie yang mengerikan.

"Dia … a-akan … pulang …."

"Dia … pasti … akan … pu-pulang …."

"Jika … ak-aku … te-te … tetap … setia … me-menunggu … ak-aku yakin."

Sudah berapa lama kau menunggu? Kau bahkan tidak tahu lagi, berminggu-minggu? Berbulan-bulan? Atau apa ini sudah hampir setahun? Kau tidak peduli dan hanya menunggu dengan setia. Lendir menjijikkan mulai keluar dari sekujur tubuhmu, wajahmu membusuk dan digerogoti serangga menjijikkan. Isi perutmu keluar dari berbagai sisi tubuhmu dan mengeluarkan aroma busuk yang pekat. Ruangan itu dipenuhi aroma menjijikkan dan kengerian dari kehadiranmu di sana.

Tapi kau tetap menunggu di ruangan itu dan berharap.

Yaa, teruslah berharap.

Wanita yang malang, lihatlah tulang yang menjijikkan itu. Berserakan dengan gaun yang masih terpasang dengan indah. Itu bukanlah manusia atau monster, itu bahkan lebih mengerikan dan menyedihkan dari yang pernah dipikirkan. Sosok wanita bodoh yang tidak bisa menerima dan memilih untuk tinggal di penjaranya yang nyaman. 

Kenapa kau begitu bodoh?

Dagingmu membusuk dan menjadi debu, terlupakan dan dimakan waktu yang tak akan berhenti. Tapi aku tahu, itulah kebahagiaanmu. Bukankah begitu? Akhirnya, kau bisa bertemu dengan orang yang kau cintai, orang yang selama ini kau tunggu kehadirannya dan akan memberikan pelukan hangatnya kepadamu.

Apa kau bahagia sekarang?

Matamu terbuka lebar, sesosok orang yang sangat kau kenal berdiri di depanmu dan melebarkan tangannya, menyambutmu, dengan kehangatan yang sudah kau lupakan.

Kau tersenyum lebar dengan wajah yang berseri-seri. Gaun biru lautmu yang indah, menari-nari karena sentuhan lembut angin yang berhembus.

Kau tertawa kecil. "Iya, aku … bahagia."

•‿•