webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasy
Not enough ratings
413 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Chapter 31: Person On Top

Oleh: Ghanimah Himesh

Angin berhembus sendu, dunia ini terasa begitu hening. Satu-satunya suara yang bisa kudengar hanyalah roda kereta Talaria yang berputar sepanjang perjalanan.

Manggala terus memandangi jalan di depannya, berfokus pada kemana ia membawa kuda ini melangkah. Sementara aku terduduk di sampingnya, dihantui seribu pertanyaan. Kurasa ia tahu apa yang ingin kubicarakan dengannya, namun melihat matanya yang jelas berusaha mengeringkan dirinya agar tak berkaca-kaca, aku jadi merasa ragu untuk mengicaukan suaraku.

Tapi… jika aku tak mengutarakan isi segala kerisauanku, hal ini… justru hanya akan menambah beban di benaknya…

"Mang, tadi kamu kenapa?"

"Kenapa apanya?" Aku yakin dia tahu maksud pertanyaanku, tapi kalimat ini cukup logis mengingat banyak hal yang baru saja terjadi.

"Kok kamu panik sendiri pas tim 39 tumbang?"

"Panik? Hahaha enggak kok, aku cuma kaget aja."

"Mang…"

Wajahnya perlahan mulai melemas, ia sadar tak ada gunanya menahan hal ini dariku.