webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasy
Not enough ratings
413 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Chapter 18: Sleeping Here Seems Fine

Oleh: Manggala Kaukseya

Tiap-tiap dari kami telah selesai bebersih, baik itu raga ataupun pakaian kami. Sang Mentari telah pergi menenggelamkan dirinya sementara Sang Bulan sudah tampak benderang melukiskan diri di atas Langit.

Ini bukanlah malam yang gelap, karena tempat kami bernaung dikeliling oleh cahaya rembulan dan api Phoenix yang melingkar mengitari. Tapi ini pertama kalinya aku berada di alam liar pada jam-jam segini.

"Kakak deg-degan gak kak?" Lalita memandang ke arahku, antara dirinya bergairah untuk bermalam di tempat ini, ataukah berselimutkan rasa takut, kedua ekspresi itu bercampur aduk di wajahnya.

Kami berdua terduduk di depan kemah kami, menyantab makan malam yang menjadi porsi kedua dari katering yang dibawakan kereta Talaria.

"Sedikit… mungkin aku akan lebih tenang jika para Uhndak tak menyerang kita tadi siang."