webnovel

bab 11 : kasih sayang seorang kakak

~ aku yang sekarang, terlihat mirip seperti dirinya dahulu. Sekarang aku tau, bagaimana rasanya menjadi seorang kakak. Burung kecil ini sedang sekarat, memerlukan kehangatan dan kasih sayang dari sang putri salju ~

Sinka tengah menjaga Yury yang tiba tiba demam hari ini. Seluruh badan Yury sangat panas, seringkali Yury mengigau menyebut kedua orang tuanya. Sinka dengan setia duduk di samping Yury layaknya seorang kakak yang selalu menjaga adiknya.

" Bagaimana keadaannya?". Tanya Sinka pada tabib yang sedang mengobati Yury.

"Yang mulia, ada keanehan ditubuh gadis kecil ini". Ujar tabib.

"Maksudnya?". Sinka sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud keanehan di tubuh Yury.

" Gadis ini bukan mengalami sakit biasa, seluruh energi ditubuhnya seakan menguap dan menyebar keseluruh diafragma dan tulang tulangnya".

"Apakah sangat berbahaya?".

"Hamba tidak berani memastikan yang mulia, ini pertama kalinya hamba melihat penyakit seperti ini". Sinka menatap Yury yang sedang tidur dengan iba. Apa sebenarnya yang terjadi dengan gadis kecil yang sudah dia anggap adik angkatnya ini.

"Hamba pamit undur diri yang mulia". Sinka mengangguk dan kembali duduk di samping Yury.

"Jabbiel?"

"Saya di sini yang mulia". Ucap jabbiel di belakang Sinka.

"Apa kau tau, tentang gadis ini?".

"Maaf yang mulia, yang saya tahu gadis bernama Yury ini adalah penduduk bangsa es biasa. Ayahnya adalah seorang prajurit hebat yang telah gugur ketika bangsa es dan bangsa api berperang. Sedangkan, ibunya meninggal karena penyakit". Ucap jabbiel.

"Jadi tidak ada yang aneh?".

"Tidak ada yang mulia".

"Apa tidak ada tabib lain di istana?".

"Tabib fen, adalah tabib terbaik di kerajaan es. Jika tabib fen tidak bisa menyembuhkannya, terpaksa kita harus meminta bantuan kepada bangsa peri". Ucap jabbel.

"Apakah hubungan bangsa es dan bangsa peri sangat baik?".

"Tentu yang mulia, tapi pintu menuju ke negeri para peri selalu berpindah tempat. Sangat sulit untuk menemukannya".

"Jika itu satu satunya solusi". Ucap sinka.

Yury berjalan di sebuah hutan lebat. Di tengah hutan itu, dia menemukan sebuah Danau kecil dengan pohon besar di depannya. Batang pohon itu terbelah membentuk sebuah pintu. Yury mencelupkan kaki mungilnya pada air danau yang tidak terlalu dalam. Gadis kecil itu berjalan masuk kedalam pintu pohon. Di dalamnya, terdapat pohon pohon yang berjajar di sisi kiri dan kanannya. Seperti membentuk sebuah terowongan panjang. Daun dari pohon itu bercahaya dan menghiasi terowongan dengan warna merah yang cantik.

Yury melangkah perlahan, semakin jauh langkahnya berjalan. Sebuah bunga lotus besar berputar di hadapannya. Yury menyentuh bunga itu dan seketika sengatan besar membangunkannya dari tidur lelap. Gadis kecil itu melihat Sinka tengah tertidur sembari memeluknya. Yury melihat dengan intens wajah sinka.

"Cantik". Batinnya.

Entah karena apa, mata Sinka perlahan terbangun. "Apa aku membangunkan kakak?". Ucapnya dengan Suara mungilnya. Sinka tersenyum lembut melihat adik kecilnya.

"Bagaimana keadaan kamu?". Sinka menyentuh dahi Yury dengan punggung tangannya.

"Masih panas". Gumamnya.

"Maaf, karena aku sudah merepotkan kakak". Ucap Yury.

"Jangan khawatir, kamu pasti sembuh. Besok kita pergi ke bangsa para peri. Sekarang kamu tidur lagi ya". Yury mengangguk dan memeluk Sinka.

~ maaf jika kehadiranku, membuatmu pergi. Bunga lotus kecilku, mekarlah dalam buaian sang kalbu. Menanti sang putri memetiknya. Dewi kemuliaan itu, kini telah menjadi seorang kakak. Namun, dia tidak tau. Malaikat pelindungnya, sekarang sudah menjadi seorang iblis ~

" Yang mulia, biarkan beberapa perajurit menemani perjalanan anda". Ucap jabbiel.

" Tidak perlu, aku akan pergi lama. Perketat penjagaan kerajaan, kita tidak tau apa yang akan dilakukan raja api selanjutnya".

"Laksanakan yang mulia". Ucap jabbiel. Sinka menunggangi kuda putih dengan Yury di depannya. Perjalanan mereka menuju kerjaan peri di mulai.

Di sebuah tempat yang sangat jauh, seorang gadis dengan enam sayap hitam legam tengah duduk di singgasana. Pandangannya sangat tajam, menelisik keseluruh sudut ruangan. Di depannya seorang pria berambut panjang tengah bersujud hormat.

"Jadi kau dikalahkan oleh seorang putri es?". Ucap gadis itu dengan suara yang sangat menusuk.

Pria itu gemetaran, aura yang di keluarkan gadis itu benar benar mencekam.

"Be-benar ratu, hamba mohon untuk memberi hamba kekuatan untuk membunuh gadis itu". Gadis bersayap enam itu tertawa. "Kau tau apa yang harus kau berikan sebagai imbalannya?". Tanya gadis itu.

"Hamba mengerti ratu".

"Baiklah, karena kau sudah membuktikan kestiaanmu kepadaku. Terimalah kekuatan dariku". Gadis itu merentangkan tangannya. Kabut hitam menguar dari belakangnya dan menelan pria itu. Gadis bersayap hitam itu tertawa puas. Sosok pria itu berubah menjadi sosok iblis manusia bertanduk dengan sayap yang terbuat dari tengkorak.

"Keabadian untuk ratu Sinta".

Sinka dan Yury tiba di sebuah kota, mereka memutuskan untuk mencari tempat makan. Sembari mencari informasi tentang bangsa peri. Keduanya memasuki sebuah rumah makan yang besar.

"Makanlah yang banyak". Ujar Sinka. Yury pun mengangguk senang.

"Kau sudah dengar, mengenai bangsa api yang dikalahkan oleh seroang gadis?".

"Iya, aku dengar dia adalah putri es terdahulu yang menghilang dan baru muncul sekarang".

"Kabarnya, putri es itu memiliki paras yang sangat cantik bak Dewi surgawi".

"Dia juga memiliki kekuatan dasyat, yang mampu mengalahkan raja api dan para pasukannya hanya dalam satu jurus".

"Sekarang setiap kerajaan bisa damai setelah bangsa api dikalahkan".

Sinka mengabaikan pembicaraan para pelanggan yang dia dengar. Baginya itu hal biasa yang sering dia dengar Di dunianya.

Setelah makan, Sinka dan Yury melanjutkan perjalanan, tapi penyakit Yury kembali kambuh. Badannya sangat panas. Sinka segera mencari pertolongan, seorang kakek tua lewat dan menanyakan kondisi Yury. Beruntung, kakek yang ditemui Sinka adalah seorang tabib. Yury di bawa kerumah kakek itu.

" Bagaimana keadaannya?". Tanya Sinka.

"Sangat sulit. Terkadang dingin dan terkadang gelap. Mungkin hanya bangsa peri yang bisa menyembuhkannya". Ucap kakek itu.

"Itulah tujuan kami sejak awal, tapi kami tidak tau dimana letak bangsa peri". Ucap Sinka.

"Bangsa peri adalah bangsa yang pendiam.  Mereka sangat jarang ikut campur dengan bangsa lainnya. Pintu menuju negeri mereka juga selalu berpindah pindah". Kakek itu mengambil sebuah kertas dari rak lemarinya yang usang.

"Aku hanya pernah satu kali pergi ke negeri itu, aku tidak tau apakah pintunya masih berada di tempat yang sama. Ini adalah peta menuju ke negeri peri. Jika kau beruntung, pintunya mungkin masih Sama dengan terakhir aku pergi kesana". Ucap kakek itu memberikan peta kepada Sinka.

" Terima kasih, apa adiku akan bisa bertahan?".

" Aku tidak tau pasti". kakek itu memberikan sebuah botol kecil kepada Sinka.

"Pil ini, akan membantunya bertahan untuk sementara". Ucap kakek itu. Sekali lagi Sinka berterima kasih kepadanya.

Sinka dan Yury kembali menunggangi kuda. "Aku harap kalian selamat". Ucap kakek itu.

"Jika ada waktu, kami akan berkunjung kesini lagi". Sinka memacu kudanya pergi. Kakek itu melihat Sinka dan Yury semakin menjauh.

"Dia bukan gadis biasa". Ujar kakek itu.