Jangan lupa vote dan beri rating novel ini ya!
Pagi cerah, suara burung dan tetes sisa air hujan semalam terdengar menenangkan. Suasana mendukung tersebut membuat seorang gadis berusia sekitar 15 tahun semakin menikmati tidurnya. Tak lama berselang, suara pintu terbuka menampakan seorang wanita cantik. Wanita tersebut berjalan mendekati ranjang queen size di tengah ruang tidur bernuansa pastel, dengan sayang ia membelai rambut coklat gadis yang tertidur tersebut. "Bangun Aquira, sudah pagi. Ayo mandi dan sarapan. Kita hari ini akan mengunjungi rumah sahabat Mama". "Sebentar Mah Aquira masih ngatuk". Tak berselang lama, seperti teringat akan sesuatu Aquira bangkit dari tidurnya dan memandang Mamanya dengan seksama.
Aquira yang diam dan tiba-tiba menangis membuat Mamanya panik. Dengan nada khawatir Mama Aquira atau dapat kita sebut 'Nyonya Zestasia' memeriksa suhu tubuh Aquira dan menanyakan penyebabnya menangis. Dengan sesenggukan Aquira mengatakan bahwa dia mimpi buruk.
Aquira POV: Aku merasakan sentuhan di rambutku dan kata-kata hangat Mama yang seringku dengar bila kesiangan, dengan spontan aku menjawab seperti biasanya. Tak berselang lama aku teringat sesuatu. Aku bangkit dan memandang wanita di sampingku dengan seksama. Ingatan tentang penyiksaan dari 'Gabriel' masih terasa begitu menyakitan dan nyata. Penyiksaan yang membawaku kepada kematian yang menyakitakan dan penyesalan akan sikap acuhku kepada kedua orang tua dan kakakku. Seketika itu hatiku pedih. Air mataku tak dapat ku bendung. Ku luapkan semua penyesalanku. Lalu aku merasakan tangan hangat Mama menyentuh dahi dinginku. Disusul dengan pelukan hangat dan usapan menenangkan di punggungku. Mama yang bertanya penyebabku menangis, membuatku berbohong untuk menghilangkan kekhawatirannya.
"Huss Husst Husst... Tenang sayang itu hanya bunga tidur. Memang kamu bermimpi buruk apa sayang?" Nyonya Zestasia bertanya sambil mengelus punggung Aquira dengan sayang.
"Aku mimpi bertemu kelinci lucu tapi kelincinya lari dan menggigitku Ma" Aquira menjawab sambil sesenggukan.
"Kamu itu udah mau masuk SMA Aquira. Kenapa masih mimpi tentang kelinci lucu? Sudah-sudah ayo bangun, mandi dan sarapan. Mama mau ajak kamu bertemu dengan keluarga sahabat Mama" Nyoya Zestasia berkata sambil melepaskan pelukan dan mengusap wajah sang putri dengan lembut.
"Enggak ah... Ma, aku enggak mau ikut ke rumah sahabat Mama" Jawab Aquira dengan nada malas.
"Udah-udah enggak ada penolakan. Ini hari minggu, kita sekalian jalan-jalan bersama" Ungkap Nyonya Zestasia sambil berdiri dari tempat tidur sang putri.
Setelah pintu tertutup, Aquira bangkit dari tempat tidurnya menuju meja rias. Ia memandang wajahnya di cermin dan berkata "Wajah tanpa riasanku cantik juga ternyata. Aku hampir lupa dengan wajah asliku hahaha....". Kemudian, ia mengambil ponsel dan memeriksa tanggal. Dengan mata terbuka lebar seakan ingat akan sesuatu penting.
Ia berdecak malas dan mengepalkan tangannya "Cih... kenapa aku kembali ke hari ini?"
Hari pertama ia membuka mata setelah kematiannya merupakan hari pertama ia bertemu dengan sumber masalah di kehidupannya yaitu Zax.
'Seharusnya aku reinkarnasi setahun atau beberapa tahun sebelum bertemu dengan Zax' Aquira mengatakannya dalam hati. Kemudian ia melihat kaca lagi dan berjanji kepada dirinya untuk mengembalikan kasih sayang orang tua dan kakaknya. Sehingga mereka tidak akan terluka lagi atas semua tindakan bodohnya.
*****
Apabila Anda menemukan diri Anda membaca chapter ini sampai habis. Saya mohon dukungannya! Sehingga saya bisa terus semangat untuk menulis. Dukungan berupa kritikan, saran dan utamanya segelas kopi sangat saya perlukan karena penulis 'poor' tidak memiliki pendapatan tetap. Apabila teman-teman menyukai cerita saya dan menginginkan saya untuk fokus menulis, saya akan sangat berterima kasih atas dukungannya.