webnovel

Aqilla Putri Senja

Sampainya di perpustakaan, hanya ada beberapa orang saja. Dirinya pun berjalan menyusuri rak-rak buku yang tertata rapi. Namun, satu buku mencuri perhatiannya. Karena penasaran ia pun mengambil buku tersebut dan pergi menuju ke meja untuk ia baca.

" Fatimah dan Ali, mencintai dalam diam" monolog Fajar

Yups, benar sekali Fajar mengambil buku yang menceritakan kisah cinta antara Siti Fatimah binti Muhammad SAW. dan Ali bin Abi Thalib. Yang mana kisah cinta mereka selalu terkenang hingga sekarang, mencintai dalam diam bahkan syaitan pun tak tau jika mereka saling mencintai.

"Apakah aku suatu saat bisa menjadi seperti Ali?" tanya Fajar pada diri sendiri setelah membaca sinopsis cerita.

"Eh, ini sudah 15 menit, berarti 5 menit lagi sudah harus berkumpul di aula." monolog Fajar

Fajar pun segera mengembalikan buku tersebut ke tempat semula. Ia berpikir setelah melewati masa MOS ia akan meminjam buku ini kepada penjaga perpustakaan.

Keadaan aula sudah kembali ramai, dirinya celingak-celinguk mencari keberadaan Ejak. Terlihat seseorang sedang melambaikan tangannya dari arah depan kepada Fajar. Fajar pun menghampiri orang tersebut yang tak lain adalah Ejak.

"Wih, lama bner Lo di perpus. Ngapain aja? Buka warung?" ujar Ejak , saat Fajar sudah duduk disampingnya.

"Ga, cuma baca sinopsis buku doang" ujar Fajar

"Buku apa emang? Bagus ga?" tanya Ejak penasaran

"Bagus, kisah Fatimah dan Ali" jawab Fajar

"Owh, kalo ga salah tentang mencintai dalam diam ya?" ujar Ejak membuat Fajar terkejut, dari mana Enak tau? Apakah Ejak sudah membaca lebih dulu?

"Iya, Lo tau dari mana?" tanya Fajar penasaran.

"Adek gua sering cerita, jadi ya itu tadi gue jadi tau" ujar Ejak

"Lo punyak adek?" tanya Fajar

"Punya, tapi itu adek angkat gue."

"Hah? Maksud Lo?" tanya Fajar tak mengerti

"Gue kenal dia pas SMP, kita kemarin satu kelas, terus dia anggap gue Kaka. Dia sering curhat dan cerita ke gua, termasuk cerita Fatimah dan Ali" jelas Ejak diangguki Fajar

"Sekarang adek angkat Lo kemana?" tanya Fajar

"Entah, dia menghilang setelah lulus SMP, dia ikut bokap nya pergi ke luar kota. Dan sampe sekarang gue belum tau kabar dia" jelas Ejak sendu

"Owh, Lo sayang sama dia?" tanya Fajar membuat Ejak terdiam.

"I-ya, dia kan a-dek gue" ujar Ejak gugup

"Beneran? Sebagai adek atau ga?"

"A-dek lah"

"Ga ada perasaan Lo sama dia?" tanya Fajar

"Maksud, Lo?"

"Beneran Lo cuma anggap dia adek doang?"

"I-ya lah, emng ap-a la-gi,"

"Lo ga cinta sama dia?"

"G-a lh, dia adek gue,"

"Owh, bagus lah. Gpp dong klo dia sama gue," ujar Fajar enteng

"Maksud, Lo?"

"Ga"

"Awas, aja Lo"

"Knp? Lo cinta kan sama dia?"

"Sebenernya sih iya, gue udah pernah nyatain perasaan ke dia. Tapi, dia nolak gue, katanya dia selama ini ga ada perasaan sama gue. Dan walaupun ada itu berarti dia sayang sama gue sebagai Kaka ga lebih." jelas Ejak sedih

"Trus, Lo kek mna?"

"Ya kek gitu lah, gue bisa maklumin. Gue sadar diri, dia itu soleha banget ga kek gue yang urak-urakan. Dan, gue bersyukur setelah dia tau perasaan gue dia masih mau anggep gue Kaka. Jadi, gue juga harus anggep dia adek. Gue ga mau perasaan jadi penghalang persahabatan kami," jelas Ejak

"Sekarang, Lo emang bener ga ada perasaan lagi ke dia?" tanya Fajar

"Iya, gue udah sepenuhnya anggep dia sebagai adek gue."

"Gimana kalo nanti, gue sama dia?"

"Maksud, Lo?"

"Ya gpp, gue cuma nanya kan Lo Kaka nya?"

"Gtw, keputusan ada di tangan dia. Dia yang ngejalanin hidup bukan gue"

"Menurut, Lo pribadi?"

"Ntah, gue belum tau Lo. Gue belum kenal Lo banget"

"Owh"

"What? Owh doang?" kesal Ejak

"Terus?"

"Dahlah, males gue" kesal Ejak, yang hanya dibalas senyum tipis dari Fajar.

"Assalamualaikum, adik-adik" ujar Gilang, membuat seluruh anak baru menatapnya termasuk Ejak dan Fajar.

"Waalaikumussalam, kak" jawab seisi aula

"Gimana? Udah kenyang perutnya?" tanya Gilang

"Udah kak," jawab yang lain

"Oke, kita lanjutkan ya. Jadi, ...." ujar Gilang

Acara MOS hari pertama lancar sesuai prosedur yang di siapkan para anak-anak OSIS.

***

"Pernahkah? Kau menguntai hari paling indah. Ku ukir nama kita berdua, disini surga kita."

"Bila kita mencintai yang lain, mungkinkah hati ini akan tegar. Sebisa mungkin tak akan pernah, sayangmu akan hilang." nyanyi seorang gadis sembari mengayuh sepedanya kembali ke rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap gadis tersebut, setelah memasuki sebuah rumah gedong yang hampir mirip dengan mansion

"Waalaikumussalam, baru pulang?" ujar lelaki paruh baya,

"Iya, Pah." ujar gadis itu,

"Kemana adik kamu?" tanya lelaki itu

"Ga tau, Pah. Bukannya dia udah pulang ya," ujar gadis itu lagi, membuat lelaki paruh baya itu berdiri tegak menatap tajam gadis itu.

"Kamu ini ya! Kan saya sudah bilang, kamu harus jagain adik kamu! Tapi, kenapa kamu tinggalin hah!" ujar laki-laki itu marah.

"Tap-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar pintu terbuka.

"Assalamualaikum, Papa" ujar gadis tersebut, memeluk erat lelaki paruh baya itu, langsung saja senyum terukir di bibir lelaki itu.

""Waalaikumussalam, sayang" ujar lelaki itu sembari mengusap kepala gadis itu

"Kamu dari mana aja? Kenapa baru pulang?" tanya lelaki itu

"Tadi, aku ditinggalin kak Senja. Aku udah minta tunggu tapi, dia ninggalin aku." ujar gadis itu memeluk lelaki paruh baya itu

"Senja! Saya kan sudah bilang, jangan pernah tinggalin adik kamu!" ujar lelaki itu marah.

"Maaf, Pa. Tapi, Senja ga ninggalin Indah, Indah sendiri yang nyuruh Senja pulang ke rumah." ujar gadis tersebut yang bernama Aqilla Putri Senja, kepada lelaki yang tak lain adalah Papa nya, Surya.

"Boong, Pah. Indah udah minta tunggu tapi, kak Senja ga perduli." ujar gadis itu yang bernama Indah Maharani.

"Kamu ini ya! Mulai besok, uang jajan kamu saya potong selama satu Minggu!" ujar pria itu telak, kemudian menuntun Indah ke meja makan, meninggalkan Senja yang masih terisak-isak.

"Ayo, Sayang. Kita makan dulu, kamu pasti laper." ujar Surya, diangguki Indah.

Senja hanya bisa melihatnya dari kejauhan, dirinya sudah terbiasa akan hal ini. Dibandingkan oleh saudaranya itu udah menjadi makanan sehari-hari nya, sejak kecil ralat sejak bayi pilih kasih sudah terjadi. Karena tak ingin berlama-lama melihat kasih sayang Papa nya terhadap Indah, dirinya memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dan dia pikir, dengan tidur bisa menghilangkan sedikit beban di hidupnya.

Next chapter