webnovel

Antara Cinta Dan Dendam

Dendam seorang Erick Brianna wisongko terhadap keluarga Bramantyo, dia lampiaskan terhadap seorang gadis keturunan keluarga Bramantyo. Zahra Adelia Putri gadis cantik keturunan satu satunya yang tersisa. dengan berpura pura mencintainya. Erick memulai aksi balas dendam nya. siapa sangka dalam aksi balas dendamnya Erick menaruh hati terhadap Zahra. mampukah Erick melanjutkan balas dendam atau mempertahankan cintanya ?? ikuti terus kisahnya

rafli123 · Urban
Not enough ratings
337 Chs

34. Sorot Mata Penuh Kebencian.

Brian memperhatikan Erna yang menggendong Al. menuju seorang wanita yang tengah membelakanginya. sosok wanita yang mengingatkan Brian pada wanita yang lama dia rindukan.

"Nyonya Zahra.." Zahra membalikan tubuhnya menghadap Erna. dirinya lupa jika Brian yang masih menatapnya. pandangan mata mereka saling beradu. Zahra yang terlebih dulu menyadarinya segera berpaling kearah yang lain.

Al yang memperhatikan Brian, tersenyum melambaikan tangannya. merasakan jika putranya mengenali sosok Ayahnya Zahra memalingkan wajah putranya kearah lain.

Brian yang menyadari wanita yang menggendong seorang anak adalah Zahra, berusaha mengejarnya namun seorang pria yang berada di sampingnya menghentikan langkahnya.

"Mario...?" Brian menatap pria yang memeluk pinggang wanita yang mirip dengan Zahra. Brian mempercepat langkahnya namun kembali dirinya kecewa saat Mario semakin jauh.

"Zahra...!?" Brian terus berusaha memanggil Zahra. dirinya tidak peduli pandangan orang padanya. baginya sekarang adalah mengejar wanita yang mirip dengan Zahra.

Mario yang melihat, Brian semakin mendekati mereka. dengan langkah lebar membawa Zahra ke dalam ruangan yang khusus. dirinya tidak ingin Brian mengetahui jika wanita yang bersamanya adalah Zahra.

"Zahra maafkan aku. ini terpaksa aku lakukan" Mario merasa tidak enak hati. saat dirinya memeluk pinggang Zahra.

"Tidak apa-apa Mario, kamu sudah melakukan yang terbaik"

"Ayo..masuklah keruangan itu?" Mario menunjukan ruang tunggu pada Zahra.

"Mario terim kasih. kamu telah menyelamatkan kami dari pria itu" Zahra yang tidak ingin menyebut nama pria yang tidak lain adalah Ayah dari putranya.

"Duduklah disini, Brian tidak akan kesini" Mario merasakan kekhawatiran Zahra jika Brian mengetahui dirinya.

"Tidak Mario. aku hanya ingin secepatnya pergi dari sini" Zahra khawatir jika Brian menyusul mereka di ruang tunggu.

Di ruang yang berbeda Brian yang tidak bisa tenang. menyuruh orangnya untuk mencari informasi tentang Zahra. dan penerbangan kemana. Brian yakin jika wanita itu adalah Zahra.

"Tuan Brian, wanita itu bukan Nyonya Zahra. dia istri Tuan muda Mario. bernama Yasmine dan si kecil itu putranya mereka pergi ke Paris Tuan" Ben melaporkan hasil penyelidikannya pada Brian.

"Apa kamu yakin? jika dia adalah Yasmine? bukan Zahra istriku anak itu apa kamu tidak melihatnya tadi. bahkan anak itu terus melambai padaku" Pungkasnya penuh keyakinan.

"Tuan maaf, tapi informasi yang aku dapatkan ini benar. jika Tuan masih penasaran kita bisa menyelidikinya lagi"

"Baik kamu selidiki lagi"

"Saya berjanji Tuan, Tuan sepertinya mereka sudah berangkat iringan pengawal Tuan muda telah datang" Brian menatap rombongan sepupunya. pandangannya tidak lepas dari sosok yang mengunakan dress berwarna putih, panjang selutut.

'Sorot matanya penuh Kebencian, Zahra aku menerimanya jika kamu akan membenciku seumur hidup. asal kamu tahu hati ini hanya ada namamu' Brian hanya mampu memandang Zahra dari kejauhan dirinya tidak ingin membuat keributan. meski dirinya mampu menahan kepergian sepupunya itu.

Zahra yang baru saja memasuki pesawat, bersama putra dan pengasuhnya. pikirannya kembali berapa saat yang lalu. pertemuannya dengan Brian membuatnya kembali mengenang masa dirinya bersama Brian.

'Menyakitkan, itu yang di rasakannya saat ini. kenapa harus bertemu dengannya sekarang.' pergerakan Al di pangkuannya menyadarkan dirinya dari lamunan.

"Nyonya, biar Al bersama saya?" Erna memberanikan diri untuk mengambil alih Al yang berada di pangkuan Zahra.

"Tidak usah Erna, biarkan saja Sepertinya dia nyaman seperti ini. kamu tidurlah perjalanan masih panjang"

"Baik. Nyonya" perjalanan yang memakan waktu sekitar dua belas jam di habiskan Zahra tidur dirinya yang memeluk tubuh putra tercintanya. hingga di mereka sampai di bandara internasional. seorang sopir telah menunggu kedatangan di pintu keluar. dari bandara menuju Apartemen milik Mario yang hanya berjarak kurang lebih lima belas menit. Zahra maupun Erna yang merasa lelah memilih merebahkan tubuhnya di Apartemen. Al yang tertidur pulas di dalam dekapannya membuat Zahra terlelap hingga malam hari

"Nyonya mau makan apa?" mereka kini berada di ruang tamu setelah beristirahat.

"Apa aja yang bisa di makan, besok kita belanja kebutuhan sehari-hari kita Erna"Zahra bersyukur Mario mengutus Erna bersamanya jika tidak entah apa yang bisa Zahra lakukan sendiri.

Keesokan hari setelah kepulangannya Zahra dari kampus, dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari. sesampainya di Apartemen pertama kali dirinya lakukan. memeluk putra tercinta.

"Hallo sayang " Zahra mengambil alih Al yang berada di pelukan Erna.

"Erna masaklah sesuai keinginanmu kebetulan aku masih kenyang, aku akan kekamar ya"

Perjalanan hidup seorang Zahra Adelia Putri akan di mulai disini di kota Paris. dirinya bukan lagi Zahra yang memiliki rambut panjang hitam. kini dirinya merubah semuanya.

bukan hanya jati dirinya tapi juga penampilannya berubah Seratus tujuh puluh derajat. rambutnya yang panjang kini berubah menjadi sepanjang bahu dan bergelombang.

berwarna coklat. sikapnya yang dulu murah senyum kini berubah menjadi dingin. perubahan dirinya hanya untuk balas dendam pada Brian. Zahra bertekad untuk menghancurkan Brian. hari-hari yang di laluinya bukan lagi untuk dirinya tapi juga untuk masa depan putranya. kini dirinya tidak lagi mengenal hari. dimana orang-orang menghabiskan akhir pekan untuk mencari kesenangan. lain halnya dengan Zahra di akhir pekan dia gunakan untuk mengejar tugas-tugas kuliahnya. kini tujuan hidupnya hanya untuk mengejar studinya selesai sesuai waktu yang sudah di tentukan. seperti hari ini sahabat barunya Veronica mengajaknya ke Club, untuk mencari kesenangan dengan tegas dirinya menolak.

"Ayolah Yasmine apa kamu tidak ingin menikmati masa mudamu, aku tau kondisi dirimu tapi bukan berarti kamu tidak pernah mencari kesenangan bukan" Vero tidak putus asa dirinya terus merayu Zahra yang kini berganti nama Yasmine.

"Benar kamu ingin mencari kesenangan Vero?" Zahra menatap wajah Vero yang memelas. dengan antusias Vero menganggukkan kepalanya.

"Apakah kamu akan membawaku Yasmine? YES ! pada akhirnya kamu menerima ajakan ku" Vero berjingkrak penuh kemenangan dirinya telah berhasil merayu Zahra.

"Tentu bahkan aku yakin kamu akan puas Vero. ayo kita pergi aku tidak ingin terlambat" Zahra tersenyum puas rencananya berhasil mengerjai sahabatnya. mengenal Vero sebagi sahabatnya di Paris, mengingatkan sahabatnya yang berada di kampung halamannya Vania sahabat karibnya. Vero merasa jalan mereka menuju Apartemen sahabatnya.

"Yasmine katakan apakah kamu ingin aku bermain dengan pangeran tampanku?" dirinya yakin jika Yasmine akan membawanya ke Apartemen.

"Seratus untukmu Vero, aku yakin kamu akan puas bermain bersamanya" Zahra tersenyum puas. melihat wajah Vero berubah. dirinya memahami keinginan sahabatnya tapi untuk ke Club dirinya tidak ingin menginjakan kakinya kesana. biarkan dia bermain dengan Al Zahra yakin Vero akan bahagia.

"Halo pria tampan, cepat besar Aunty ingin pergi bersamamu keliling Paris" setelah mereka sampai di Apartemen milik Zahra. mereka di sambut Erna yang menggendong Al. usianya yang kini menginjak satu tahun namu kelincahannya melebihi anak seusianya.

"Kejutan..." Zahra terlonjak kaget saat dari arah kamar tamu keluarlah Mario bersama Vania dan Bibi Mina. Zahra menutup mulutnya dengan dirinya tidak percaya jika hari ini akan bertemu dengan mereka.

"Zahra aku merindukanmu" Vania menghambur ke pelukan Zahra dirinya sangat merindukan sahabatnya yang menghilang tanpa jejak.

"Mario aku tidak percaya hari ini, kamu membawa mereka kesini" air mata Zahra mengalir tanpa bisa di hentikan.

"Kami sangat merindukanmu Zahra" mereka saling melepas rindu. Vero menatap mereka penuh haru dirinya mengerti kondisi Zahra bahkan harus merubah identitasnya demi menghindari seseorang.