webnovel

26.Kebencian Zahra.

Zahra memandang hamparan bunga mawar yang indah di hadapannya, ingatan kembali pada pria yang sudah menjebaknya. bahkan kini berstatus menjadi suaminya bahkan sebentar lagi akan menjadi Ayah untuk anak yang berada dalam kandungannya.

Seperti biasa pagi ini Zahra meresa gelisah ingin rasanya Zahra mencium aroma tubuh suaminya.

"Sayang jangan lakukan ini pada ibumu Nak." Kata Zahra mengelus perutnya yang mulai terlihat membuncit meskipun belum terlihat jelas.

"Non Zahra ada apa?" kata Bi Minah.

"Seperti biasa Bi dia menginginkan aroma Ayahnya." ucap Zahra, mendengar keluhannya Bi Minah tersenyum, dirinya tahu betul jika anak yang berada di dalam kandungan Zahra sangat merindukan sentuhan sang ayah.

"Itu wajar non, dia ingin dekat dengan Ayahnya." kata Minah pada Zahra.

"Tidak Bi, aku tidak akan membiarkan anakku mengenal sosok Ayahnya!" kata Zahra dengan suara dingin penuh penekanan.

" Itu tidak baik Nak biar bagaimanapun dia Ayahnya, tidak ada mantan anak atau mantan ayah non Zahra.

"Bi dia bukan Ayahnya!! setelah apa yang ia lakukan padaku dan anak yang ada dalam kandunganku bahkan dengan teganya menolak kehadiran anakku dan lebih menyakitkan lagi dialah dalang dari penculikan diriku dan kebakaran itu. bukankah dia ingin membunuhku dan anak yang ada dalam kandunganku? Lalu apakah dia masih punya hak atas anak yang aku kandung ini bi!?" kata Zahra penuh penekanan, ingatannya kembali di mana saat dirinya berusaha melepaskan diri saat kobaran api melahap mobilnya namun sayangnya dirinya tidak memiliki tenaga dan pada akhirnya dia pingsan dan tersadar saat berada dalam kamar mewah yang saat ini menjadi kamarnya.

" Nak jangan simpan dendam seperti itu, ingat anak yang ada dalam kandunganmu." kata Bi Minah,

"Apa yang sudah dia lakukan pada keluargaku Bi, tidak dapat di maafkan, Nenekku kerabat satu-satunya yang aku miliki dengan teganya dia bunuh, bahkan anak yang aku kandung akan dibunuh nya juga. orang macam apa dia Bi, yang tega membunuh anaknya sendiri!!" kata Zahra diesel Isak tangisnya dirinya tidak percaya nasibnya menjadi seperti ini.

"Nak Zahra sudah jangan di pikirkan lagi ingat anak yang berada dalam kandungan non Zahra." kata Bi Minah, tangannya terulur menyentuh punggung tangan Zahra, memberikan kekuatan pada wanita muda yang kini berada dihadapannya.

" Iya Bi..." kata Zahra setelah dirinya menghela nafasnya panjang.

"Sekarang Nak Zahra sarapan dulu ya, bibi sudah siapkan untuk Nak Zahra." kata Bi Minah dengan lembut.

" Bi apa tuan muda ada ?" tanpa menjawab perkataan bibi Minah, Zahra menanyakan tentang tuan muda.

"Tidak ada Nak, pagi-pagi sekali beliau pergi. ada apa Nak?" kata Bi Minah.

"Jika dia pulang aku ingin bertemu dengannya. tolong bibi, katakan pada tuan muda jika dia kembali." Ucap Zahra, dirinya ingin bertemu dengan tuan muda yang telah menolongnya.

"Baik Nak nanti akan Bibi katakan pada Tuan muda, sekarang ayo... Nak Zahra sarapan ya. ingat anak yang ada di dalam kandungan." kata Bi Minah.

Di tempat yang berbeda Brian yang tengah memandang kemeja putih yang biasa di peluk Zahra, tercium aroma tubuh Zahra di kemejanya. ada rasa rindu menyeruak di lubuk hatinya. teringat perkataannya yang tidak peduli dengan anak yang di kandung Zahra, membuatnya semakin bersalah. namun hanya satu di dalam lubuk hati Brian tidak ada yang tau selain dirinya, yaitu dirinya tidak akan pernah membunuh Zahra. karena gadis itulah dirinya mengenal cinta pada pandangan pertama. gadis kecil pengayun sepeda itulah panggilan Brian pada Zahra. tanpa sadar bibir Brian tertarik keatas. ' maaf... maaf.' gumam Brian dalam hati, dirinya telah menyesali perbuatannya selama ini pada Zahra dan anka yang di kandungnya. suara ketukan pintu menyadarkan lamunan Brian, dengan enggan ia melangkah membuka pintu.

Tok Tok !!!

"Tuan Brian, maaf atas kelancangan saya seseorang menunggu Anda di bawah." Kata sang pelayan.

"Siapa...?" kata Brian merasa dirinya tidak memiliki janji dengan siapapun.

"Tuan muda..." Ucapan sang pelayan padanya.

"Aku akan menemuinya!" Ucap Brian dengan suara dingin.

"Baik Tuan." Brian meletakan kembali kemeja yang di pegangnya. saat berada di tangga Brian menatap orang yang tengah duduku disofa ruang tamu. lelaki yang tak kalah tampannya dengan Brian.

"Apa yang kamu lakukan disini ?" Ucap Brian dingin.

"Begini caramu menyambut kedatanganku Brian?" Kata laki-laki yang tengah duduk dengan santainya.

"Katakan apa yang kamu lakukan disini ?" Dengan nada dingin, sarat akan kebencian Brian pada pria yang kini berada di hadapannya.

"Menemui sepupuku yang lama tidak di jumpai, apa itu tidak membuat mu senang?" Ucapan pria yang kini tengah duduk dengan santainya, tidak kalah dinginnya dengan Brian.

"Berhenti bicara omong kosong!! sekarang katakan pada yang kamu inginkan?" Kata Brian.

"Hahaha...sifatmu Tidak pernah berubah dari dulu Brian hahahaha..." Tawa pria yang tengah duduk dengan angkuhnya di hadapan Brian.

"Cukup basa-basimu. katakan apa tujuanmu datang kemari?" Brian yang tidak ingin berlama-lama berada di hadapan laki-laki yang kini dengan senyum sinisnya mencemooh Brian.

"Melihat keadaanmu Brianna!!" tatapannya berubah menjadi lebih dingin, membuat Brian mengerutkan keningnya.

"Sudah melihatku, sekarang pergilah!!!" jawab Brian tidak ingin kalah pada laki-laki yang tidak lain adalah sepupunya.

"Apa kamu telah menyesali sesuatu Brian?" Kata pria yang kini menatap Brian penuh kemarahan.

"PERGI !!!! KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG JUGA !!" Teriak Brian, dirinya berdiri dari duduknya dan meminta. pada sepupunya keluar dari kediamannya.

"Hahaha...kamu memang pantas hidup sendiri Brian!!! sangat pantas, bahkan dirimu tidak pantas mendapatkan apapun kelak!!" setelah mengatakannya. Tuan muda keluar dari kediaman Brian dan kembali ke Mansion nya yang berada di pulau kecil. sejak tadi dirinya menahan untuk tidak memukul Brian walau pada akhirnya dia berhasil menahan kemarahannya namun. emosinya tidak kunjung hilang, sesaat dirinya meminta pada sang sopir untuk berhenti dan melampiaskan kemarahannya.

Next chapter