webnovel

2. Bunga Mawar

Usai mengantar pesanan gadis cantik nan baik hati, kembali mengayun sepeda buntutnya ke kampus. sampai di kampus ke parkiran untuk memarkirkan sepedanya. dengan berlari kecil menuju ruang dosen pembimbingnya. keluar dari ruang dosen dia berjalan menuju kantin. disana sudah di tunggu temannya.

Vania melambaikan tangannya, supaya Zahra tidak mencarinya.

"Bagaimana sidang skripsi mu Zahra... apa Dosen pembimbingmu menolak lagi?" Tanya Vania.

" Tidak, kali ini diterima...tinggal tunggu sidangnya." Jawab Zahra, kini mereka berada di parkiran kampus.

" Zahra bagaimana keadaan Nenekmu..?" Tanya Vania, ia mendengar jika Nenek Zahra kembali sakit.

"Sudah lebih baik sekarang... Van apa kamu masih ada kelas lagi, jika iya aku akan pergi.." Kata Zahra saat akan meninggalkan kampus.

"Tidak ada, apa kamu mau ke toko. jika iya ayo, kita pergi aku ingin bertemu dengan Mario sebelum aku berangkat kerja." Kata Vania, dengan senyum mengembang.

"Baiklah ayo..." Mereka keluar dari kampus bersama, sepanjang jalan mereka bersenda gurau. Vania yang menaiki motor metiknya, sedangkan Zahra dengan sepeda buntutnya. tidak berapa lama mereka telah sampai ke toko bunga milik Mario, yang terlihat tengah merangkai bunga mawar untuk pemesan.

"Zahra kamu sudah datang, bagaimana pengajuan skripsi mu apa di terima?" Tanya Mario saat melihat dua wanita yang tengah melangkah mendekati dirinya.

"Ya, kali ini di terima..." Kata Zahra dengan senyum mengembang yang tidak lepas dari bibirnya.

"Kamu benar-benar gadis yang pintar, aku kagum padamu...dalam waktu Singkat ini kamu bisa mengejar skripsi mu...bahkan aku pun belum tentu bisa." Kata Mario, dirinya benar-benar bangga memiliki sahabat yang kepandaiannya di atas rata-rata.

"Kamu terlalu berlebihan Mario, aku hanya ingin cepat lulus agar bisa bekerja tanpa terbebani urusan kuliah." Kata Zahra enteng, membuat dia sahabatnya menganggukkan kepala.

"Oh ya.. Mario siapa yang memesan bunga mawar sebanyak ini?" Tanya Zahra, tidak biasanya toko bunga sahabatnya ada yang memesan. bunga sebanyak saat ini.

"Penghuni baru di perumahan sebrang sana.. nanti sore sebelum pulang kamu ikut aku kesana untuk mengantar bunga ini.." Kata Mario.

"Oke..."

"Apa kalian terus berbicara tanpa menyuruhku untuk duduk hah!!" Vania yang merasa di acuhkan okeh dus sahabatnya, menghentakkan kakinya dan menarik kursi yang berada di kasir.

"Aku tidak menyuruhmu kesini, untuk apa aku mengajakmu bicara.." Kata Mario, membuat Vania mengerucutkan bibirnya.

"Menyebalkan..." Melihat Vania merajuk membuat Zahra dan Mario tertawa lepas.

****

Hari ini toko lumayan ramai, bahkan Vania ikut membantu, waktu menunjukkan pukul setengah lima, mereka bergegas pergi mengantar pesanan.

"Vania bisakah kamu tunggu disini, karena tidak mungkin aku menyuruh Zahra sendiri yang mengantarkan pesanan terlebih ini pelanggan baru?" Kata Mario pada pada Vania.

"Oke!! pergilah aku akan menunggu kalian, jam kerjaku masih lama..." Jawab Vania.

"Vania kita pergi dulu... titip toko sebentar." Ucap Mario sebelum meninggalkan toko.

"Ya, udah sana pergi!!" Vania melambaikan tangannya ke pada Mario dan Zahra.

"Zahra bagaimana keadaan Nenekmu? apa sekarang sudah lebih baik..?" Mario yabg mendengar jika Nenek Zahra telah jatuh sakit.

"Sudah, hanya saja. Nenek keras kepala saat aku pergi diam-diam Nenek tetap berjualan, akibatnya kesehatan Nenek menurun lagi." Kata Zahra.

"Kamu yang sabar ya Zahra, semua akan indah pada waktunya dan aku yakin jika nenek pasti akan sembuh." kata Mario, dirinya tidak ingin sesuatu terjadi pada Zahra.

"Aku takut sesuatu, seperti aku hanya takut kehilangan Nenek. hanya Nenek yang aku dalam hidupku." tanpa terasa air mata Zahra menetes, membuat Mario menepikan kendaraannya ditepi jalan,

"Zahra maafkan aku. aku tidak bermaksud membuatmu bersedih ." Kata Mario panik saat melihat Zahra menangis.

"tidak Mario aku yang cengeng." Zahra mengusap air matanya dan tersenyum pada Mario. yang di melihat senyum Zahra membuat jantungnya berdetak lebih cepat. tanpa sadar Mario meraba dadanya.

"Mario, hayoo kita lanjutkan. kasian Vania harus sendirian di toko." Kata Maharani. mendengar kata Zahra, Mario melajukkan kembali kendaraan di jalan. keheningan di dalam kendaraan Zahra melihat kearah jendela mobil. Mario yang fokus mengendarai mobilnya sesekali melirik kearah Zahra. entah kenapa hatinya selalu berdebar saat bersama Zahra. tak berapa lama mereka sampai di rumah yang bercat putih dengan pagar yang tinggi, Zahra yang sedari tadi melihat kesamping terkejut saat sudah di depan rumah mewah.

" Mario ini rumah yang tadi pagi aku antarkan pesanan. jadi dia yang memesan bunga sebanyak ini "

" hhmm...hayo turun " setelah memasuki pekarangan rumah mewah itu. Mario Bertanya pada salah satu satpam.

" Pak bisa bertemu tuan pemilik rumah ini, bunga sebanyak ini mau di letakkan dimana "

" Tuan tidak ada di rumah. tuan berpesan jika bunganya datang letakan di taman samping " jelas sang satpam.

Mario dan Zahra memindahkan pot dari mobil ke taman. tanpa mereka sadari sepasang mata terus mengawasi mereka.

' tunggu sebentar lagi kamu tidak akan aku lepaskan '

Next chapter