webnovel

Membayar dengan Wajah Lucu

Editor: Wave Literature

Paman penjual makanan itu sebenarnya ingin berbicara dan meminta kepada istrinya, untuk bersama-sama memberi pelajaran pada dua anak kecil yang licik ini. Karena dia berpikir, jika Tong Lele dan Mo Lisi tidak diberi pelajaran, hal itu sama dengan mereka membayar makanan itu dengan tampangnya saja, karena mereka sama sekali tidak memberi uang.

"Kemarilah anak-anak, biarkan bibi melihat kalian! Kulit kalian begitu mulus, apakah sabun cuci tadi sempat melukai tangan kecil kalian?" tanya istri penjual makanan itu

Istri penjual makanan itu sebenarnya tadi hanya pergi sebentar, lalu ketika kembali dia melihat Tong Lele dan Mo Lisi sedang mencuci piring. Sedangkan suaminya, dengan asyik dia malah duduk di meja depan, sambil bermain game. Hal itu membuatnya sangat marah, "Aku benar-benar salah menikahimu! Bisa-bisanya kamu seperti itu kepada anak kecil yang begitu imut dan lucu! Apakah hati nuranimu sudah di makan anjing?" katanya dengan kesal.

"Wow, bibi sangat cantik!" kata Tong Lele sambil mengulurkan tangannya, "Bibi, lihatlah aku, sebenarnya aku alergi terhadap sabun cuci! Tolong mintakan kepada paman untuk mengeluarkan uang." katanya lagi.

"Suamiku, cepat keluarkan uang!" Kata istri paman penjual makanan itu dengan geram.

"Istriku, apa aku tidak salah dengar? Mereka bukan anak kita, kenapa aku harus mengeluarkan uang? Bahkan, barusan mereka makan di tempat kita dan tidak membayar..." kata paman penjual makanan.

Namun, istrinya langsung menyela kata-kata suaminya, "Aku telah makan beberapa telur ikan di sana, dan kondisinya juga tidak bagus." katanya.

"Istriku..." Kata paman penjual makanan itu kepada istrinya, sambil menunjukkan ekspresi wajah yang jelek.

"Dasar Jelek! Jangan berbicara padaku! Sekarang, aku begitu marah gara-gara melihat wajah jelekmu! Bagaimana bisa dulu aku merasa bahwa kamu begitu tampan? Pasti karena waktu itu aku sedang rabun!" Kata istri penjual makanan itu sambil menatap tajam ke arah suaminya. 

Hal itu membuat paman penjual makanan itu bertanya-tanya di dalam hatinya, Sebenarnya siapa suaminya?

"Bibi, ketika marah pun bibi begitu manis, kami sangat menyukai bibi. Akhirnya kami tahu, kenapa telur ikan itu begitu enak. Ternyata karena bibi begitu cantik." Kata Tong Lele dengan wajah kagum kepada istri penjual makanan itu, karena dia telah melindunginya.

Istri paman penjual makanan itu hanya tersenyum. lalu dia bertanya, "Apakah kalian sekolah di sini? Kenapa aku belum pernah melihat kalian?"

"Kami adalah murid pindahan. Karena kami mendengar bahwa ada makanan yang sangat enak di sini, lalu kami datang kemari. Tapi kami lupa membawa uang, dan paman itu memarahi kami." kata Tong Lele berbohong. 

"Kalau menurut kalian enak, sering-seringlah datang kemari. Tidak usah bayar!" kata istri penjual makanan itu. Karena melihat dua anak kecil yang begitu imut, membuatnya begitu senang.

"Wah, hati anda begitu baik bibi." Kata Tong Lele sambil membungkukkan badan pada istri penjual makanan tersebut.

"Terima kasih bibi, kami akan sering datang." Kata Mo Lisi sambil membungkukkan badan juga.

"Hei hei hei, hentikan! Istriku, apakah kamu tahu berapa banyak makanan yang bisa mereka makan? Mungkin, raksasa saja bisa dimakan oleh mereka. Barusan juga, semua telurku sudah habis dimakan oleh mereka." kata paman penjual makanan itu, ketika dia mendengar bahwa istrinya mempersilahkan Tong Lele dan Mo Lisi makan tanpa perlu membayar. Hal itu membuatnya takut untuk kehilangan ponselnya.

"Meskipun bilang masakanku enak, tapi bukan berarti kalau makan tidak bayar. Aku menyuruh mereka mencuci piring, juga sebagai pertimbangan untuk membayar hutang. Apakah aku salah?" tanya paman penjual makanan itu.

"Apakah kamu tidak dengar yang baru saja dikatakan oleh mereka? Karena aku cantik, telur ikan ini rasanya menjadi enak. Ini tidak ada hubungannya dengan keahlianmu." kata istri penjual makanan itu, lagi-lagi dia menyela kata-kata suaminya.

Paman penjual makanan itu kemudian menangis, "Istriku, dua anak ini dari awal memang sangat pandai berbicara. Bagaimana bisa kamu mempercayai mereka? Mereka sedang membohongimu." katanya.

"Maksudmu aku tidak cantik?" kata istri paman penjual makanan itu sambil memberikan panci pada suaminya, lalu dia menyuruhnya pergi untuk mencari telur ikan lagi. Paman penjual makanan itu akhirnya pergi dengan membawa air mata kesedihan. Kemudian, istri penjual makanan yang sangat menyukai Tong Lele dan Mo Lisi itu bertanya, "Nama kalian siapa?"

"Nama saya Tong Lele dan dia Mo Lisi" kata Tong Lele sambil memperkenalkan diri...