webnovel

Antara Bangkit dan Menyerah

Mara_Qonyta · Teen
Not enough ratings
1 Chs

pertama bertemu

Syakila Dininda Kirana adalah nama yang orang tua ku berikan kepada ku sejak 16 tahun lalu. "Non, bibi sudah menyiapkan sarapannya" dia adalah bibi yang sudah mengurusku dari kecil." Iya bi, bentar lagi dinda turun". Ini adalah hari pertama ku masuk sekolah SMA, masa di mana akan memberikan banyak cerita dan kenangan. Cerita ku di mulai dari sebuah sapaan "Hi dek" seseorang baru saja menyapa ku dengan badan yang ideal dan mempesona, dia datang menghampiri ku " hmmm siapa ya ?" aku yang kebingungan karena berusaha mengingat wajah seseorang yang tepat berada di hadapan ku sekarang " Aku Andre " akirnya aku bisa mengingat setelah dia memberi tahu ku namanya. Mas Andre adalah kakak kelas ku semasa SD dia dulunya tetangga ku sampek akhirnya kita hilang kabar karena dia pindah sekolah ketika lulus SD, aku tidak menyangka bisa bertemu dengannya lagi." Istirahat nanti boleh dong kita ke kantin bareng" kata mas Andre " boleh mas" dengan senyum yang melembar di wajah ku. Aku berharap bisa menyesesuaikan diri di sekolah ini dankembali berprestasi serta mempunyai teman –teman yang baik." Hi, Nama ku Ratih " seorang cewek dengan gaya rambut yang di kepang menyapa ku " boleh duduk di sini gak?" kata ku sambil membalas sapaannya" silahkan ". Setelah pertemuan itu aku dan Ratih saling bertukar cerita tentang kehidupan kita sebelum SMA. Hingga aku lupa kalau aku punya janji dengan mas Andre karena keasikan ngombrol " duh iyaa" (sambil memegang kepala) " ada apa din?" kata Ratih. " aku ada janji dengan mas Andre, kamu mau ikut? ". Karena aku tahu Ratih belum kenal dengan temen kelas akhirnya aku mengajaknya untuk menemui mas Andre di kantin." Maaf mas aku lupa kalau mas tadi ngajak makan bareng ke kantin" " gak papa dek " kata mas Andre. Mas Andre langsung memesankan makanan dan minuman yang akan kita makan siang ini, ternyata mas Andre masih sama seperti dulu. Dia baik, peduli dan humoris. Setelah banyak hal yang kita bicarakan siang tadi aku, Ratih dan mas andre kembali ke kelas masing- masing. Tak lama kemudian bel pulangpun berbunyi " tet...tet....tet....". Seisi kelas bersorakan karena bel pulang telah berbunyi" Din mau pulang bareng aku? " " ngga usah bentar lagi aku di jemput supir, terimaksih tawarannya ya ". Tidak lama kemudian supir ku datang untuk menjemput ku" duluan ya" " iya Din". Di sepanjang jalan aku senyum-senyum sendiri karena hari ini aku bisa bertemu dengan mas Andre dan Ratih. Aku berharap hari esok juga akan memberikan ku kebahagian. " assalamualaikum Dini pulang " dengan wajah yang begitu ceria aku langsung membuka pintu rumah dan menemui ayah dan ibu yang sedang duduk di ruang tamu. " bagaimana nak sekolahnya ? " kata ayah " baik yah, Dinda sudah punya temen loh yah" aku menceritakan semua hal yang tadi aku lakukan di sekolah kepada ayah dan ibu. Aku juga bercerita bahwa aku mengikuti ekstrakulikuler perlombaan sains di sekolah. Setelah aku bercerita panjang lebar kepada ayah dan ibu, aku langsung mandi dan makan siang bersama keluarga ku" Din ayo turun ajak gladis makan siang juga ". Gladis Natasya Kirani adalah adik ku yang masih bersekolah SMP kelas 7, umur dia selisih 3 tahun dengan ku. " iya bu " akhirnya aku pergi kebawah dengan Gladis untuk makan siang. Waktu menunjukkan sore hari, aku pamit untuk bermain bola voli ke lapangan bersama teman-teman baru ku, ini adalah hari pertama ku bermain bola voli dengan teman baru di SMA. Seperti SMP aku tetap saja bersepeda ketika ingin berangkat bermain bola voli, rasanya itu bisa menkimati tiap pemandangan di sepanjang jalan dengan warna langit yang mulai berwarna orange. Setibanya di lapangan aku langsung melakukan peregangan agar nantinya ketika bermain tidak mengalami cidera. Waktu menunjukkan jam 17:00 wib aku harus segera pulang karena langit akan berganti menjadi hitam. Setibanya di rumah aku langsung mandi lalu makan malam bersama keluarga ku. Malam ini sunyi dan sepi seakan udara ini membiusku untuk tidur lebih cepat, mungkin karena badan ku yang capek karena tadi sore bermain bola voli. Akupun terlelap dalam genggaman selimut berwarna pink yang bergambar bunga-bunga. " kring...kring....kring...." alarm ku berbunyi " huf.. sudah jam berapa ini " ternyata masih jam 5 pagi. Aku langsung mandi untuk berangkat ke sekolah setelah itu aku turun ke bawah untuk sarapan" kak, aku nebeng ya, boleh ya..yaaa " dengan wajah yang sok ngerayu biar aku bolehin nebeng " ihhh sepeda mu kemana ? " " rantai sepeda ku copot "( kepalanya menunduk seperti wajah yang letih). Padahal meskipun dia tidak bertingkah seperti itu aku akan memberikan tumpangan tapi hanya saja aku ingin melihat wajahnya yang sok imut itu. Dalam hati aku berkata" hahahaha" " iya iya aku bolehin" seketika dia langsung memeluk ku" yeyyy..yeyy...yey....". " ayah, ibu Dini berangkat yah " kataku. " Gladis juga ". Aku mengantar adik ku terlebih dahulu karena dia ada jadwal piket hari ini, setibanya di sekolahnya" makasih kakak " " hmm iya deh" kataku.. Setelah mengantar adik ku, pak supir mengantar ku ke sekolah. " pak saya nanti tidak usah di jemput, langsung jemput gladis saja ya pak " " baik, non ". Karena sepulang sekolah ada bimbingan untuk siswa yang mengikuti olimpiade akhirnya aku tidak pulang kerumah. Waktu menunjukkan jam 17:10 wib, mataharipun sudah berada di sebelah barat dan bersiap untuk terbenam, akupun langsung pulang ke rumah. Setibanya di rumah aku langsung menuliskan note agar tidak lupa kalau 3 hari lagi akan ada olimpiade. " kak besok jalan-jalan yuk kan hari libur kayaknya ada baju- baju terbaru deh " kata gladis yang tiba-tiba masuk ke kamar ku" ahh masak padahal kemarin masih ga ada deh" " ini loh kak " sambil menunjukkan handphone nya kepada ku " oh iya, boleh lah. Sekalian aku ajak Ratih deh kalau begitu ". Akhirnya aku menyetujui permintaan adik ku. Keesokan harinya aku, adikku dan Ratih pergi belanja ke salah satu mall yang berada di kota ku. " wow itu semua belanjaan mu Din ? " dengan muka yang sedikit terkejut karena melihat belanjaan ku begitu banyak " hehehe iya, emangnya kenapa ? " sambil ketawa kecil. Ini itu adalah kebiasaan ku dengan adikku ketika ayah telah mentransfer ku uang bulanan. Kadang bukan hanya belanja tapi juga berlibur ke luar negri selama seminggu atau sebulan. Ayah ku mempunyai perusahaan besar mangkanya kita bisa menghabiskan uang begitu bnyak dalam sekejab. Tapi jangan khawatir nanti kalau uangnya sudah habis ayah bakal memberikannya lagi kepada kita hehehe. Tak lama setelah berbelanja kita pulang dan mengantar Ratih kerumahnya. " makasih Din " kata Ratih sambil turun dari mobil dan melambaikan tangan " sama-sama kak" kata adik ku yang menjawab. Karena langit masih begitu cerah aku meminta pak supir mengantar ku ke tempat buku untuk membeli beberapa buku latihan untuk aku belajar. Bukan karena aku adalah anak dari keluarga kaya aku bisanya menghabiskan uang untuk belanja dan lainnya tapi aku juga siswa yang harus belajar dan bisa membanggakan kedua orang tua ku. Mungkin kebanyakan orang berpikir bahwa anak orang kaya itu bodoh, bisanya menghamburkan uang dengan percuma tentu tidak, aku ini juga siswa yang mempunyai kewajiban untuk belajar dan membawa bangsa ini maju kedepannya. Selagi punya waktu untuk belajar maka gunakan waktunya sebaik mungkin untuk berprestasi. Setelah hari itu, waktu begitu cepat berlalu hingga aku telah banyak mengikuti olimpiade di semua tingkat dan menjuarainya. Bukan hanya SMA, sejak SMP aku juga menjadi siswi berpretasi. Menjadi siswi berprestasi itu tidak mudah, membagi waktu antara beajar dengan bermain seperti remaja pada umumnya itu sulit. Tapi aku yakin dengan apa yang aku lakukan saat ini akan membuat orang tua ku bangga terhadap ku. Hari ini aku kembali untuk sekolah seperti biasanya setelah beberapa kali tidak sekolah karena lomba. Aku melakukan kegiatan ku seperti biasanya bersama teman-teman ku tapi " kenapa perasaan ku aneh ya " pikir ku dalam hati. Setelah pulang sekolah aku merasa perasaan ku tambah tidak karuan, tibalah aku di rumah dan langsung membuka pintu rumah " assalamualaikum, Dini pulang" aku melihat ayah dan ibu sedang duduk di ruang tamu dan aku langsung menghampirinya " ayah kenapa? "( sambil berlutut tepat di samping ayah). Ternyata benar tentang perasaan ku tadi siang, ayah baru saja kehilangan perusahaannya karena karyawannya korupsi. Aku dan ibu berusaha menguatkan ayah dan membuat ayah bisa bangkit dari masalah ini, tapi bukan hanya ayah yang merasa sedih tapi aku, Gladis dan ibu juga merasa sedih. Ayah sudah membangun perusahaan itu dari nol benar-benar dari bawah hingga sekarang ayah bisa memberikan kita tempat tinggal yang layak dan fasilitas yang memadai hingga seseorang dengan begitu gampangnya merusak usaha yang ayah ku rintis dari bawah. Masalah ini bukan hanya merusak batin ayah tetapi fisiknya juga setelah kejadian itu ayah ku terkena penyakit stroke yang mengharuskan ku ikut dalam memperbaiki perekonomian keluarga. Akhirnya aku dan ibu berusaha untuk bekerja dengan tekad yang kuat, ibu yang membuat kue dan aku yang menjualnya . sifat dan perilaku ku di sekolah tidak pernah berubah hanya saja yang berubah perekonomian keluarga ku, setelah ayah bangkrut dan aku pindah tempat tiggal karena rumah mewahku harus disita, teman-teman ku tidak mengatahuinya termasuk Ratih teman dekat ku. Bukan karena aku malu karena jatuh miskin, hanya saja aku tidak mau menyusahkan mereka. Aku tidak mau mereka berteman dengan ku karena belas kasih. Hari- hari banyak ku lalui dengan keadaan seperti ini hingga aku harus mengorbankan masa remaja ku untuk bekerja. walaupun aku sekolah sambil bekerja tapi aku tidak pernah lupa akan tanggung jawab ku sebagai siswa yaitu belajar. Aku tak hanya membantu ibu berjualan tapi aku tetap mengikuti perlombaan-perlombaan agar nanti setelah lulus SMA aku bisa mendapatkan besiswa untuk kuliah. Aku berkata kepada adik ku " dik, jangan sia-siakan masa muda mu, buat bangga ayah dan ibu dik " gladis menudukkan kepala sambil berkata " doakan gladis bisa seperti kakak ya " tanpa dia memintaanya aku akan mendoakan yang terbaik untuknya. Sampai pada suatu ketika dimana langit mulai menyinari rumah kecil ini dengan kicauan burung peliharaan ayah tepat pada tanggal 22 juni 2003 ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Apa yang harus aku lakukan? Apa harus aku membangunkan ayah yang sedang tak mau di bangunkan? Aku harus apa tuhan? Kehilangan seorang yang kita sayang yang menyayangi kita sejak 18 tahun hingga saat ini bagaimana rasanya? Seakan kaki ini tak napak lagi di tanah, badan ini tak kuasa untuk berdiri, mata ini tak mau berhenti mengeluarkan air mata. Penyesalan yang ada dalam pikiran ini,"kenapa ayah harus pergi sebelum aku sukses yah, aku masih membutuhkan ayah " ibu yang berada di samping ku berusaha utuk menahan ku saat pemakaman ayah berlangsung. Ini adalah terkhir kali aku melihat ayah dan tak akan ada lagi yang menemani belajar sampai larut malam. Setiap hari sepulang sekolah aku berjualan kue, hingga sore hari lalu malamnya aku membantu ibu membuat kue untuk esoknya dan sekitar jam 21:00 ayah lah yang menemani ku belajar karena ayah tahu kalau aku seorang yang penakut. Ayah pernah berkata tiap kali aku mengeluh kesulitan " semua tingkatan sekolah itu susah nak hanya saja bagaimana kamu belajar untuk memepermudahkan yang sulit itu" kata-kata ayah memang benar. Setelah 7 hari meninggalnya ayah aku kembali melanjutkan aktivitas ku dengan ibu dan gladis, tanpa ayah tentunya. " Hi Dini, apa kabar ? " kata Ratih sambil mempersilahkan aku duduk. Semenjak kematiaan ayah teman-teman ku mengetahui bahwa selama setahun ini aku hidup susah dan berjualan sambil bersekolah. 2 tahun kemudian, aku telah banyak melewati banyak rintangan hidup dengan ibu dan adik ku hingga tidak terasa bahwa aku akan lulus SMA dan gladis akan masuk SMA. Karena sekarang aku sudah kelas 12 SMA maka akan banyak sekali kegiatan yang akan mengurangi jam berjualan kue nantinya, karena uang tabungan yang ibu kumpulkan sejak 2 tahun lalu sudah cukup mangkanya ibu membangun toko roti sendiri. Baru beberapa tahun yang lalu aku kehilangan ayah, walau 2 tahun berlalu tanpa ayah aku masih saja merindukannya. Sore itu langit tampak berwarna orange tepat di belakang rumah ku, aku yang sedang menyapu halaman belakang rumah berhenti sejenak karena ada pesan masuk " Dini apa kabar ? " pesan singkat dari seseorang yang aku kenal 5 tahun lalu" baik mas " " boleh ketemu ga nanti malem ? " kenapa tiba-tiba dia ngajakin ketemu ya pikir ku dalam hati, sudahlah ya mungkin mau membahas hal penting lainnya. Akhirnya jam 20:00 wib dia menjemput ku. " Din itu temennya di depan " " iya bu "setelah aku selesai bersiap-siap aku langsung menemuinya di ruang tamu " ini beneran rumah mu ?" kata dia. Akupun memintanya langsung pergi dan akan aku ceritakan di perjalanan nanti. Aku tahu kenapa dia tiba-tiba menanyakan hal itu karena yang dia tahu keluarga ku dulunya adalah orang kaya dan kenapa aku tinggal di rumah kecil itu. Aku tidak menceritakan semuanya tentang keluarga ku ke padanya karena aku pikir dia tidak harus tahu semua hal tentang ku termasuk keluarga ku. " hey dek kenapa ga turun, ayo masuk " " eh iya mas " sambil tersenyum kecil, di menghentikan lamunan ku. Aku dan dia makan malam di cafe yang tidak jauh dari tempat tinggal ku." Oh iya dek, ada hal yang pengen mas tanyain " " apa mas ? " tidak pernah aku menyangka kalau dia bakal nanya tentang kisah percintaan ku, aku berpikir kalau dia hanya menganggap ku adek kelasnya saja tapi kenapa tiba-tiba bertanya hal itu. " aku ga punya cowok mas, emang kenapa ? " dengan raut wajah ku yang datar dan sambil meminum minuman yang aku pesan tadi dia mengagetkan ku dengan perkataan dia" mas suka sama adek " " hah" aku langsung terkejut ketika mendengarkan pernyataan itu . mana mungkin dia suka sama aku padahal aku jarang masuk sekolah karena sering mengikuti olimpiade dan lomba lainnya pastinya jarang ketemu jugakan. Malam itu seolah-olah aku sedang bermimpi hingga jangkrik yang setiap malam menemani malam ku membangunkan lamunan ku " krik..krik...krik..." apa yang tadi mas bilang itu benar ya? Atau aku hanya mimpi? Ahhh jika itu bukan mimpi lalu aku harus apa? " hi dek, gimana jawabannya" layar ponsel ku menunjukkan bahwa ada pesan masuk." Duh mas nanya jawabannya lalu apa yang harus aku jawab ini " aku kebingungan harus jawab apa, sambil mondar mandir di depan meja belajar, akhirnya setelah butuh waktu beberapa menit aku menjawab pesan itu" kita coba jalani saja mas seperti biasanya " lalu aku ragu-ragu mengirimnya tetapi dengan berat hati tetap aku kirimkan pesan itu. " baik dek". Keesokan harinya tepat di depan pintu kelas ku ada seseorang yang sedang menunggu. " hi dek " " iya mas ".ternyata dia sedang mencari ku, aku mengira dia bakal menjauhi ku karena jawaban dari pesan ku tadi malam, ternyata dia masih bersikeras untuk mendapatkan hati ku. Setelah banyak ujian sekolah dan ujian perguruan tinggi telah aku lewati sekarang adalah hari pengumumannya. Aku merasa takut kalau nantinya aku tidak bisa keterima dan mendapatkan beasiswa itu, itu ibu selalu meyakinkan ku dan memberika support. Tepat jam 00:00 wib aku terbangun untuk melihat hasil seleksi perguruan tinggi negeri dan alhamdulillah aku bisa keterima di perguruan tinggi negeri yang aku inginkan tanpa membayarnya sedikitpun karena aku mendapatkan beasiswa itu. Ke esokan harinya orang yang selama ini menyayangi lebih dari seorang teman datang kerumah ku" aku tahu dik apa yang terjadi pada keluarga mu sebelum ayah mu meninggal sampai akhirnya ayah u meninggal, aku tak ingin menanyakan hal itu terhadapa mu karena takut melukai perasaan mu. Aku juga tahu waktu itu kenapa kamu tidak menerima perasaan ku. Sekarang aku tambah yakin kalau kamu adalah wanita yang akan mendampingiku " " maaf mas, aku waktu itu aku menolak mu karena aku tidak pernah punya rasa ke mas " seseorang yang datang kerumah ku itu adalah mas Reyhan kakak dari mas Andre. Mungkin kalian berpikir itu adalah mas Andre tapi itu bukan mas Andre. Mas Andre telah lama meninggal tepat satu hari setelah ayah meninggal. Mas Andre menitipkan aku kepada mas Reyhan, mas Andre menceritakan ku kepada mas Reyhan, mas Andre berkata kalau dia menyukai ku sejak SD, dulu dia sempat menyari ku tapi tidak ketemu. Akhirnya setelah pertemuan pertama kita setelah 5 tahun tidak bertemua dia mencari tahu tentang ku. Hingga sebelum mas Andre menghembuskan nafas terakhirnya dia menitipkan ku kepada kakaknya untuk menikahi ku. Awalnya aku menolak tetapi karena aku juga yakin mas Reyhan bisa membahagiakan ku dan keluarga ku. Aku menerima lamaranya dan mas Reyhan mau menunggu hingga aku lulus kuliah nanti.