webnovel

Angkasa dan Lily

Simpan dulu di coll kalian, siapa tahu suka^^ 18+ di vol2 * Kamu tahu? Lily itu gak akan bisa tumbuh di Angkasa. Kenapa? Karena Lily gak diciptakan untuk Angkasa. Aku tahu, Lily memang gak bisa bertahan hidup di Angkasa. Dan Lily memang gak diciptain buat ada di Angkasa. Tapi Lily akan buat Angkasa jadi milik Lily. Mereka adalah dua hal yang sangat tidak mungkin untuk bersama, namun takdir menjadikan mereka bertemu dan menjadi dekat. Lalu menjauh dan menjadi dekat kembali. * Jika kalian suka cerita yang ringan, silahkan mampir ya :)) Ini cerita remaja yang dibumbui dengan bumbu istimewa atau tidak biasa Dan merupakan cerita pertama yang aku terbitkan di Webnovel Vol 1 : 1-295 Vol 2 : 296-sekarang Cover by apgraphic_ Terima kasih! mohon dukungannya! Chuuby_Sugar

Chuuby_Sugar · Teen
Not enough ratings
443 Chs

15. Salah paham

Lily terperangah melihat Yuli yang lebih emosional daripada biasanya. Jika biasanya Lily akan membiarkan emosinya meluap, tapi kali ini lebih memilih untuk menahannya.

Sekarang Lily tahu penyebab dirinya bisa mengontrol kemarahannya, karena emosi itu berpindah pada Yuli. Atau justru malah menular pada Yuli?

"Lo kalau berani ngomong langsung dong! Jangan dibelakang aja!"

"Emang kita ngomong apa?" Kata salah satu orang yang tadi ditampar oleh Yuli.

"Lo ngehina temen gue!"

"Salah denger kali lo."

"Gue denger sendiri dan gak mungkin salah."

"Emang kalian ada yang denger kita ngebicarain temen dia?" Tanya dua gadis itu pada siswa dan siswi yang telah berkerumun mengelilingi mereka.

Semua orang yang ditanya malah saling melempar tatapan mata.

"Gak ada kan?!" Yuli terperangah tak percaya pada dua gadis ular yang mengendalikan seluruh orang disini, percaya bahwa merekalah korbannya. "Karena dari awal kita emang gak bicara tentang Lily!" Skakmat!

"Gue gak bilang kalau temen gue itu Lily." Yuli tersenyum miring. Spontan mereka gelagapan mencari alasan lain.

"Gue gak ngebicarain dia!"

Gemas mendengar alasan tak masuk akal mereka, Yuli menjambak rambut pelangi mereka dengan keras. Membuat mereka memekik kesakitan.

Dua orang itu menjambak balik rambut Yuli dan terjadilah pertandingan dua lawan satu. Pertandingan bola yang sedang berlangsungpun tertunda karenanya.

Lily dan Rena yang melihat pertengkaran semakin tak terkendali berusaha menerobos kerumunan yang padat itu. Saat berhasil melewatinya, hal pertama yang Lily lakukan adalah meleraikan mereka dan segera membawa pergi Yuli sebelum terkena amukan Bu Santi.

"Aduh." Salah satu dari mereka terjatuh saat Lily ingin mencoba meleraikan mereka.

"LILY!" Jantung Lily hampir terlepas saat tahu Angkasa membentaknya di tengah kerumunan itu. Sontak seluruh orang yang berkerumun disana menatap Angkasa dan Lily bergantian.

"Kamu apain dia?" Lily menggeleng, takut dengan Angkasa yang menunjukkan raut wajah marahnya.

"Sa, dengerin Lily dulu." Kata Rena agar Angkasa tidak salah paham dengan apa yang sedang terjadi. Namun dengan cepat Doni membawa Rena pergi dari sana untuk tidak ikut campur.

"Ikut aku." Angkasa menarik tangan Lily dengan kuat, membuat Lily meringis menahan sakitnya. Angkasa membawa Lily menjauh dari keramaian.

"Angkasa sakit!" Lily menarik tangannya, terlepas dari cengkraman kuat Angkasa. Setitik air mata tertahan di pelupuk mata Lily.

"Kamu ngapain disana? Kamu bertengkar lagi?"

"Enggak."

"Udah jelas Ly. Emang kenapa lagi ada kerumunan sama ada kamu?"

"Aku gak bertengkar Sa."

"Jangan bohong sama aku."

"Buat apa aku bohong."

"Aku tahu kamu itu kayak gimana!"

"Emang aku kayak gimana? Pemarah iya?" Lily menitikkan air mata yang tak dapat lagi ditahan. "Aku emang pemarah karena aku punya trauma, tapi tadi itu aku bener-bener cuma mau melerai Yuli."

Lily berjongkok, menutupi tangisnya dengan kedua tangannya. Baru kali ini Angkasa bersikap seperti ini pada Lily.

"Tadi, dua cewek itu ngehina aku, ngehina kamu juga dan Yuli bela aku sampe bertengkar. Aku cuma mau melerai aja, aku bahkan kaget pas cewek itu tiba-tiba jatuh saat aku cuma coba lepasin dia dari Yuli." Ucap Lily disela tangisnya.

Lily merasakan seseorang memeluknya dalam keadaan berjongkok dan Lily tahu bahwa orang itu adalah Angkasa.

"Maafin aku." Mendengar permintaan maaf Angkasa justru membuat Lily semakin menangis lebih keras lagi.

"Kamu nyakitin aku tahu gak?" Angkasa mengangguk, merasa bersalah pada Lily. "Maaf Ly."

"Aku emang pemarah, bahkan gila. Jadi mending kamu gak usah deket-deket aku lagi."

"Gak Ly, jangan ngomong gitu. Aku salah, aku minta maaf." Angkasa semakin mengeratkan pelukannya, sembari mengelus rambut pendek Lily. Membiarkan Lily untuk menangis lebih lama.

Lily sudah terlalu banyak mendapatkan rasa sakit di masa lalu yang mengakibatkan trauma yang Angkasa belum tahu bagaimana cerita trauma itu. Sampai waktunya siap, Angkasa yakin jika Lily akan menceritakannya.

Juga rasa sakit dari papanya yang meninggalkan bekas luka dihati dan luka sayatan dibelakang leher Lily, yang dapat dilihat Angkasa disela-sela rambut pendek Lily yang melayang-layang dihembuskan angin sore.

"Ly, maafin aku gak bisa janji untuk gak nyakitin kamu lagi. Aku gak tahu apa yang bakal terjadi kedepan."

"Aku gak minta kamu janji." Lily melepas pelukannya dan membuat lengan baju olahraga Angkasa menjadi lap ingusnya.

Angkasa terkekeh melihat Lily yang seenaknya sendiri.

"Ly, cabut yuk." Lily membulatkan matanya tak percaya dengan ucapan Angkasa.

"Ha?"

"Apanya yang ha?"

"Kamu gitu, siswa teladan ngajak aku cabut, rasanya aneh banget."

"Beneran."

"Mau kemana?"

"Pantai pinggir kota?" Mata Lily berbinar penuh semangat, jika pergi sekarang pasti Lily bisa lihat sunset.

Angkasa dan Lily pergi mengambil tas di dalam kelas mereka masing-masing, kemudian bertemu di parkiran sekolah. Karena ini merupakan lomba kemerdekaan, gerbang sekolah sama sekali tidak ditutup, namun terdapat seksi keamanan dari OSIS.

Lily menghentikan Angkasa yang hendak menginjak pedal gas. Angkasa menatap Lily bingung.

"Lomba sepak bola kamu gimana?"

"Tinggalin aja." Lily tertawa terbahak-bahak mendengar Angkasa mengatakan kalimatnya dengan enteng.

Angkasa menginjak gas mobilnya dengan keras, membuat seksi keamanan berteriak meminta mereka berhenti.

Namun Angkasa dan Lily sama sekali tidak peduli dan tertawa melihat kekonyolan mereka.

*

"Baunya asin." Lily menutup hidungnya segera setelah menghirup udara pantai. Lily melihat area pinggiran pantai yang sangat ramai karena sudah sore.

"Yuk." Angkasa menuntun Lily menuju pinggiran pantai untuk duduk ditempat yang masih lowong.

Lily menatap sebal kepada orang-orang yang menatap Angkasa penuh minat karena Angkasa melepaskan riasan culunnya, padahal masih memakai seragam olahraga sekolah, tapi gantengnya tetep kelewatan.

"Kamu gak apa-apa Sa? Ngelepas penampilan culun? Ntar ada yang ngenalin kamu gimana?"

"Ya paling cuma minta tanda tangan sama foto." Lily mendesis tak suka dengan jawaban yang diberikan Angkasa dan Angkasa malah sibuk mentertawai ekspresi Lily.

"Jangan marah lagi ya Ly?"

"Masihlah."

"Kok gitu."

"Kamu ngajak aku cabut sih. Kan aku masih mau lihat si most wanted Kak Rian." Kini gantian Lily yang mentertawai Angkasa begitu Angkasa mengerucutkan bibirnya.

"Yang didepan udah ganteng masih lewat sama yang disekolah ternyata." Lily tak bisa berhenti tertawa.

"Ya udah sih, jangan marah. Kan aku sendiri juga mau kamu ajak cabut." Lily menyapit bibir Angkasa gemas karena tidak berhenti manyun.

"Sakit Ly." Angkasa menutup bibirnya segera setelah Lily melepas capitannya.

"Jangan sedih lagi ya. Aku ngaku salah nuduh kamu tanpa tahu kejadian seluruhnya."

"Nah yang kayak gitu tuh, sama aja kayak cewek-cewek ular yang ngehina aku tadi."

Angkasa memeluk Lily dari samping. "Ly, maafin aku."

"Angkasa, apaan sih? Dilihatin orang tuh." Lily melepaskan Angkasa dengan paksa.

"Makanya maafin aku ya." Angkasa menyikut-nyikut Lily.

*

Lily menatap layar hpnya dengan penuh seringaian ngeri menurut Aster.

"Kakak ngapain sih? Kayak joker kalau senyum gitu."

Lily melempar Aster dengan kacang polong yang jadi teman camilannya malam ini."Enak aja lo!"

Aster berlalu meninggalkan kakaknya yang sudah gila menjadi semakin gila karena tak segera berhenti tersenyum melihat layar handphonenya.

Lily tersenyum karena melihat sebuah akun insta bercentang biru dan memiliki username Sky flower, mengupload sebuah foto bayangan berambut pendek berlatar langit berwarna oranye dan luasnya lautan.

Tentu dengan caption yang membuat Lily melayang hingga langit ketujuh. Jangan deng, Lily belum mau ke surga. Membuat Lily melayang tinggi diantara bintang.

Ma Love❤

Semoga Lily tidak jatuh setelah ini.