webnovel

Rasa dan Benci

Ada apa dengan kebencian? Lalu mengapa kebencian bisa menjadi sebuah perasaan, bencilah sewajarnya karena perasaan adalah rahasia yang susah untuk diketahui.

Yogyakarta 12 April 2005

Perkenalkan nama aku Natasyah Puteri Anggraini, aku lahir di kota Yogyakarta 27 Agustus 1985.

Dan aku sedang menjalani kuliah memasuki semester 4, aku kuliah di fakultas ternama di yogyakarta yaitu di Universitas Gadjah Mada.

Banyak yang bilang aku ini seseorang yang pintar, berbakat, dan cantik namun aku fikir I am just an ordinary person but those who judge me too highly.

I don't like compliments, we all have the same weaknesses. if someone is good at one thing, that person is not necessarily good at another thing. because we are created to have each other's strengths, so don't ever judge someone only by their cover, whether they are good or bad, we don't necessarily know it.

When I first entered the world of college, there were quite a number of people who wanted to get acquainted with me because I had a fairly easy nature to meet someone. someone I met for the first time was Viola, she was cute, beautiful, polite and also cool to be friends with.

Viola adalah salah satu dari sekian banyak orang yang ingin mengajakku berkenalan, tidak tahu kenapa rasanya hati ini terlalu nyaman bertemanan dengan dirinya.

Setelah berbincang-bincang dengan viola, akupun memasuki ruang kelas untuk mengikuti pelajaran, kebetulan aku sendiri masuk di universitas ini untuk mengambil jurusan kedokteran. Karena aku sangat ingin membahagiakan mereka dengan masuk jurusan kedokteran karena dikeluarga kami belum ada yang menjadi dokter bahkan akupun sebenarnya ingin masuk ke jurusan sastra karena ingin menjadi penulis terkenal namun takdir berkata lain, aku harus masuk fakultas kedokteran tapi ya sudahlah, akan ku ikuti mau orang tuaku.

Setelah mengikuti pelajaran dan selesai, aku pun bergegas pulang mengendarai mobilku. Kebetulan aku diberi mobil oleh ayahku dikarenakan aku masuk di universitas gadja mada.

Sambil menyetir mobil dengan laju yang cukup pelan, tiba-tiba datang seorang laki-laki menyebrang tanpa melihat kanan, kiri terlebih dahulu.

"GUBBRAAAAKKKKK" sambil mengerem kendaraanku.

"Eh anjing, buta mata lo?" ujar sang laki-laki dengan nada kasar.

"Eh, goblok. Lo yang buta nyebrang ga liat-liat" ujarku kepadanya.

Lalu laki-laki tersebut pergi meninggalkanku tanpa memiliki perasaan salah sedikit pun, untuk kendaraanku sendiri sedikit penyok didepan karena menabrak laki-laki itu.

Setelah kejadian yang menimpaku, aku pulang dengan penuh rasa marah, karena laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu pergi begitu saja.

Sesampainya dirumah orang tuaku sedang berada di luar dan Ayahku bertanya denganku.

"Why are you dear?"

"I am very angry with this day, dad"

"Calm down and tell me"

"There was a man who walked without looking at the road first, then hit my car and damaged it"

"Patience dear, later we fix it better you take a break, later you will take the car to the garage"

"Thanks, dad"

Untunglah ayahku tidak terlalu marah denganku, atas kejadian yang menimpaku. Ayahku bernama Nicholas, dia sudah lama tinggal di inggris, jadi untuk bahasa indonesia sendiri ia belum menguasai sepenuhnya. Sebenarnya aku diajarkan oleh ayahku untuk menggunakan bahasa english sehari-hari, namun ibuku tetap mengajariku bahasa indonesia.

Karena dia sendiri berasal dari Surabaya dan menikah dengan ayahku yang berasal dari belanda. Setelah menikah dengan ibuku dan tinggal lebih dari satu tahun di indonesia, ia pun pergi ke amerika untuk mengurus perusahaannya di new york.

Jadi dari kecil, aku hanya tinggal dengan ibuku dan bibiku. Ibuku sendiri bernama Riana, dia adalah bisnis women yang mempunyai perusahaan ternama di jakarta dan terkadang aku hanya tinggal bersama bibiku di yogyakarta.

For Javanese, maybe I am fluent in polite Javanese / kromo and for crude Javanese, I can also.

Keesokan harinya, natasyah bangun lebih awal dari biasanya karena ia ingin mengetahui sosok laki-laki yang membuat mobilnya rusak.

Setelah mandi ia pun turun untuk melakukan sarapan pagi bersama kedua orangnya, kebetulan natasyah adalah puteri satu-satunya. Jadi ia sangat diperhatikan oleh kedua orang tuanya.

"What's wrong? How come it's not like you usually go to college early?"

"Yes father, I have a task to take care of earlier"

"Okay, you eat first then prepare your things to go to college"

"Yes daddy"

Setelah melakukan sarapan pagi, natasyah pun bergegas pergi dari rumahnya untuk menuju ke kampus.

Sesampainya di kampus, ia pun mencari-cari keberadaan laki-laki tersebut dengan mengelilingi kampus. Karena berputar-putar cukup lama akhirnya ia memutuskan untuk memperlajutnya besok, karena melihat natasyah binggung akhirnya viola pun menghampirinya dan bertanya.

"Kamu kenapa?kok binggung gitu?" ujar viola.

"Gapapa kok"

"Kamu jangan bohong deh sama aku"

"Hmm, aku lagi nyari orang nih"

"Kemarin ada orang yang aku tabrak, jadi aku mau nyari orangnya"

"Oh siapa?"

"Makannya itu, aku mau nyari"

"Yaudah deh, masuk dulu udah masuk jam pelajaran"

"Yaudah deh ayo"

Mereka pun bergegas untuk masuk kedalam kelasnya, untuk mengikuti pelajaran.

Setelah beberapa hari mencari dirinya, kini aku kembali menemuinya di pertigaan lampu merah dekat rumahku. Ternyata dia memiliki sebuah kedai kopi, bisa dibilang seperti warkop (warung kopi). Karena aku kesal dengan dia, akupun menghampirinya.

"We, opo kowe seng ngerusak mobilku kae?" ujarku dengan nada kesal.

"Nyang opo maneh, golek perkoro wae dadi wedokan" ujarnya.

"Dadi, wong kere ae jan-jan lagune sok paleng sugeh" ucapku dengan nada sangat kesal.

"Nak wong kere ke ojo belagu yo" lanjutku.

Tak lama kemudian datanglah seorang wanita tua, dengan jalan sedikit membungkuk lalu berkata.

"Gene to le, ko rame-rame ngene" ucap wanita tua itu.

"Iki lho bu, teko-teko langsung mbengok-mbengok" ujar laki-laki itu.

"Iki lho bu, anakmu wes ngerusak mobilku. Yo aku njalo ganti rugi" ujarku.

"Ganti rugi opo to?wong kowe seng nabrak aku" ucap laki-laki itu.

"Wes le, duet seng go ibu berobat gunane sek. Seharus e kowe sebagai cah lanang harus wani bertanggung jawab" ucap wanita tua itu.

"Tapikan bu, kowe harus berobat gek endang mari" ucap laki-laki itu.

"Wes le, seng penting kowe ora enek masalah. Masalah berobat ibuk iso golek neh"

Seraya berjalan bungkuk dan terbatuk-batuk, sang ibu pun pergi ke dalam untuk mengambil uang tersebut.

"Rungokno ibukmu, dadi lanang ko renek tanggung jawab e!" ujarku dengan nada kesal.

"Titen ono kowe yo" ujar laki-laki itu nada mengancam.

"Nyang opo ha?" nadaku menantang.

Tak lama kemudian, datanglah sang ibuk laki-laki menjulurkan uang kepadaku dan berkata.

"Ndo, nyuwun pangapurone ibuk namung enten arto sekedek" ujar ibuk itu.

"Nggeh bu, sak jane ijek kurang geh bu arto sak mene" ujarku.

"Nggeh ndo, mengko nak enek neh ibuk wei neh nak enek" ujar ibuk itu.

"Nggeh bu, kulo tunggu" ujarku.

Sesudah mendapatkan uangnya, aku pun pergi kedalam mobil dan berfikir. Kenapa aku bisa sekasar itu, padahal aku tidak pernah diajarkan untuk kasar kepada orang lain. Mungkin saja terlalu terbawa emosi sehingga membuatku mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya, lagi pula benar kata dia. Aku yang menabraknya lantas kenapa aku yang harus minta uang ganti rugi kepadanya.