webnovel

Angel's Voice

Rein sudah mendengar suara di dalam kepalanya semenjak dia kecil, suara itu memberi tau Rein apa yang akan terjadi dan harus Rein lakukan di masa depan. Rein berpikir itu adalah anugerah Tuhan yang diberikan untuknya, sebuah suara malaikat yang menjaganya. Tapi apa malaikat memang sebaik itu?

Stift_Noir · Horror
Not enough ratings
16 Chs

Chapter 4

Johnatan Grisham, duduk di kursi meja kerjanya di kantor kejaksaan kota London, memandang sebuah amplop coklat besar di atas mejanya yang baru saja diletakan Alison.

"Itu adalah hasil otopsinya." Jelas Alison.

John mengambil amplop itu, membukanya dan mengeluarkan isinya. Sebuah surat dan beberapa foto hasil dari otopsi mayat seorang aktivis bernama Sebastian Heartwild. Surat itu memastikan bahwa Sebastian tewas karena kehabisan darah.

"Apa hanya ini?" Tanya John dengan nada heran.

"Ya. Sekarang aku semakin bingung, semua benang seakan menunjukan bahwa Sebastian bunuh diri." Jelas Alison.

"Apa maksudmu? Bunuh diri? Itu tidak mungkin, maksudku kau lihat sendiri kondisi mayatnya kan?"

"Ya, tapi pihak lab yakin bahwa dia sudah tewas sebelum dimasukan kedalam lemari pendingin itu, aku juga tidak menemukan petunjuk apapun, aku hanya menemukan sebuah pisau dapur yang digunakan untuk memotong nadinya, dan isi dari lemari pendingin yang dikeluarkan dan diletakan di atas mejamakan dengan tersusun rapih. Dan yang aneh adalah hanya ada sidik jari Sebastian saja, juga tidak ada sedikitpun bercak darah dilantai dan dinding. Semuanya seakan menunjukan bahwa Sebastian memotong nadinya sendiri." Jelas Alison.

"Jadi apa? mayatnya membungkus dirinya sendiri dengan plastik dan melompat masuk kedalam lemari pendingin? Aku tidak percaya seorang detektif kepolisian sepertimu mengatakan hal tidak masuk akal seperti itu."

"Aku tidak mengatakan itu. Sekarang aku ingin kau melihat ini." Ujar Alison, seraya memberikan amplop lain kepada Johnatan.

John membuka amplop itu dan mengeluarkan isinya. Amplop itu berisikan sebuah cetak gambar foto seorang petugas listrik yang di unggah Sebastian kedalam akun jejaring sosialnya sebelum kematiannya, dan juga sebuah pass foto dan biodata seorang pria bernama Harry Bloodwood.

"Aku yakin dia adalah orang berseragam petugas listrik itu. Satu-satunya petunjuk kita sekarang hanyalah dia." Jelas Alison.

John hanya diam untuk beberapa saat, sembari terus memandangi semua berkas ditangannya. Wajahnya kini terlihat sedikit ragu.

"Aku tidak yakin Alison. Aku merasa bahwa kasus ini akan menjadi semakin gelap, bahkan ini hampir tidak masuk akal."

"Dengar John, Sebastian adalah sahabatku semenjak kecil, dia meminta bantuan ku untuk mengumpulkan bukti kejahatan seorang konglomerat kaya beberapa bulan ini. Sebastian yakin bahwa orang itu adalah kepala dari kelompok mafia yang melakukan bisnis ilegal. Tapi sekarang dia terbunuh dan semua hasil penyelidikannya hilang, aku yakin bahwa dalang dari semua ini adalah konglomerat itu. "

"Ya itu masuk akal, tapi kita tidak memiliki bukti untuk itu."

"Oleh karena itu John, kita harus menangkap sipembunuh ini untuk melakukan kesaksiannya."

"Tapi tanpa bukti kita tidak dapat mengeluarkan surat penangkapan ataupun surat dakwaan. Jika memang dia pembunuhnya dia sangat hebat karena tidak meninggalkan jejak sedikitpun."

"Ya. Tapi Sebastian meninggalkannya. Aku sudah memeriksa data perkerja National Grid, dan tidak ada nama Harry Bloodwood. Dan yang aneh adalah aku justru menemukan namanya di daftar alumni fakultas kedokteran Oxford, dan dia juga masuk kedalam daftar lulusan terbaik." Jelas Alison seraya menunjuk cetak foto di tangan John.

Johnatan hanya diam untuk beberapa saat sembari terus memandangi semua berkas di atas mejanya. Firasatnya mengatakan bahwa kasus ini akan berbahaya. Tapi setelah mendapatkan permintaan khusus dari kepolisian John tidak dapat menolaknya karena nama dan karirnya sebagai seorang jaksa akan dipertaruhkan .

John juga merasa bahwa kasus ini tidak masuk akal, jelas bahwa Sebastian tewas dibunuh, tapi aneh jika tidak ada sedikitpun jejak pelaku yang tertinggal. Dan juga jika memang pria ini membunuhnya bagai mana cara dia membunuh orang yang bunuh diri, untuk apa dia memasukannya kedalam lemari pendingin, jika saja pelaku tidak memasukan mayatnya kedalam lemari pendingin, kasus ini akan berhenti karena tidak ada bukti dan Sebastian akan dinyatakan bunuh diri. Begitu banyak pertanyaan di dalam kepala John yang tidak dapat dia pecahkan.

"Sepertinya tidak ada cara lain. Apa kau sudah mencari latar belakang pria ini?" Tanya John.

"Ya. Kau akan tertarik jika mendengar latar belakang pria ini. Akan aku jelaskan diperjalanan." Ujar Alison

Harry Bloodwood, duduk disebuah sofa classic mewah berwarna coklat yang terbuat dari kulit sapi diruang kerja rumahnya, walupun sebenarnya dia hanya menyewa rumah itu sebagai pendukung aksinya untuk mengelabui polisi setelah dia membunuh Sebastian. Rumah dua lantai yang dibangun di atas tanah seluas 400 meter bergaya british classic dengan dinding terbuat dari batu bata merah yang cukup mewah. Rumah itu juga dilengkapi dengan halaman belakang yang cukup luas untuk mengadakan pesta taman dengan 20 tamu dan sebuah taman kecil dibagian depan rumah.

Waktu menunjukan pukul 21.30 Harry duduk di sofa didepan perapian ruang kerjanya sembari melihat situs berita di laptopnya. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa Sebastian sudah mencurigainya dan memasukan gambar dirinya yang terekam CCTV ke jejaring sosial dan dia baru menyadarinya setelah beritanya muncul di media. Jika saja Harry menyadarinya lebih awal dia akan menunggu waktu yang tepat untuk membunuh Sebastian dan mengambil langkah antisipasi. Tapi semua sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur, Harry tau bahwa polisi pasti sudah menyelidikinya sekarang. Harry mengepalkan sebelah tangannya dengan sekuat tenaga, berusaha menahan emosinya.

"Bajingan pintar! Dia pasti mengunggah gambar itu sesaat sebelum aku membunuhnya." Gumam Harry.

Harry menarik nafas dalam dan menghembuskannya, berusaha menjernihkan pikirannya dan memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya.

"Baiklah, polisi pasti sedang menyelidikiku sekarang, mereka sudah pasti akan menangkapku. Dan hingga sekarang bajingan tua itu belum membunuhku, tapi kenapa? Kalau polisi menangkapku dan motif pembunuhan ini terungkap dipastikan itu akan membahayakannya, jadi kenapa dia tidak membunuhku?" Gumam Harry.

Harry kembali menatap laptopnya, dan terus memperhatikan gambar dirinya yang tertangkap CCTV, sembari terus memikirkan alasan kenapa dirinya masih hidup saat ini dan kenapa para mafia itu tidak menghabisinya atau bahkan menghubunginya. Tiba-tiba Harry tersenyum dan menunjukan wajah puas.

"Jadi karena itu. Karena identitasku sudah terungkap dan polisi mencurigaiku. Jika dia membunuhku sekarang itu hanya akan memperburuk keadaan."

Harry mengambil ponselnya, dan mencari daftar kontak di ponselnya, bermaksud untuk menghubungi orang yang menyuruhnya untuk membunuh Sebastian. Tapi tangannya terhenti saat bell rumahnya berbunyi. Mendengar bunyi bell itu membuat jantung Harry berhenti untuk sesaat, dan kembali berdegub kencang, memicu adrenalinnya dengan cepat.

Dengan cepat Harry mengambil ranselnya yang sudah dia siapkan untuk pelariannya, memasukan laptop dan sebuah botol obat kedalam Ranselnya dan pergi menuju pintu belakang. Harry membuka pintu belakang rumahnya berlahan, berusaha untuk tidak membuat suara dan berjalan keluar, lalu menutup pintunya kembali dan menguncinya. Harry berusaha untuk membuat kesan bahwa dia memang sedang tidak ada di rumah.

"Bajingan! Polisi memang bergerak cepat, tapi apa ini tidak terlalu cepat?" Gumam Harry.

Harry berjalan menyusuri halaman belakang rumahnya. Halaman itu sangat gelap, hanya ada sebuah lampu taman kecil disalah satu sudutnya yang menerangi sebagian kecil halaman itu dan membiarkan sebagian besar halaman ditutupi kegelapan, cukup gelap untuk menyembunyikan orang dewasa ditengah kegelapan jika tidak ada cahaya bulan. Dia sengaja tidak pernah menyalakan lampu halaman agar orang lain sulit untuk melihatnya.

Harry sudah menyiapkan segala rute pelariannya, dia bahkan sudah menyiapkan sebuah mobil Toyota tahun 2010 yang dia taruh disebuah rumah lain yang dia sewa hanya untuk memarkirkan mobil pelariannya itu. Harry juga sudah menyiapkan identitas baru untuk dirinya melarikan diri keluar negeri.

Harry berhenti didepan pagar halaman belakang rumahnya, sebuah pagar kayu setinggi dua meter yang dia buat beberapa hari setelah dia menempati rumah itu. Harry meraba dinding kayu itu dengan tangannya, mencari sebuah tanda sayatan kecil di pagarnya. Itu adalah sebuah sayatan untuk menandai jalan rahasia yang dia buat. Di atas sayatan itu ada sebuah paku yang sedikit menonjol. Harry menarik paku itu dan mendorong papannya. Membuat sebuah jalan kecil yang bisa dia lewati. Jalan itu menembus kesebuah jalan setapak yang gelap di antara halaman belakang rumahnya dan sebuah rumah di belakangnya. Tapi tubuh Harry berhenti saat dia melihat sebuah siluet seorang pria ditengah kegelapan jalan setapak itu yang sudah menunggunya.

Dengan cepat dan panik Harry mengambil sebuah pisau dari balik jaketnya dan menerjang pria itu. Tapi dengan cepat pria itu mundur, bersamaan dengan tangannya yang menangkap tangan Harry. Menarik Harry ke depan dengan cepat dan membuatnya hilang keseimbangan dan jatuh.

Pria itu merebut pisau Harry, dan memasukannya ke balik pakaiannya.

"Tenanglah aku di sini untuk membantumu." Ujar Pria itu.

Harry mendongakan kepalanya untuk melihat Pria itu. Sekilas Harry melihat Pria itu seperti menggunakan sebuah setelan jas. Harry lekas bangkit dan berdiri lalu mundur dua langkah utuk menjaga jarak dari pria itu. Harry menyadari bahwa serangannya tadi adalah sebuah kesalahan dikarenakan kepanikannya.

Harry menajamkan matanya, berusaha melihat sosok pria itu ditengah kegelapan.

"Siapa kau?" Tanya Harry.

Tapi untuk beberapa saat pria itu hanya berdiri diam ditengah kegelapan, memandangnya dan tidak menjawab pertanyaan Harry. Dan tiba-tiba Harry merasa kalau pria itu berbahaya, berlahan Harry menyiapkan dirinya untuk bertarung, mengepalkan kedua tangannya, merendahkan kuda-kudanya, dan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan wajahnya. Tapi saat itu juga pria itu mulai bicara.

"Aku datang dari kantor pengacara London untuk membantumu." Jelas pria itu.