webnovel

Kucing Hitam

Ada sebuah legenda yang menceritakan bahwa seekor kucing hitam mulus adalah peliharaan seorang dukun santet. Ia membawa malapetaka, tetapi jika berhasil dijinakkan dan diambil hatinya, maka akan mendatangkan kebajikan bagi tuannya.

----

"Yu, Yu Parni... Anakmu bawa kucing hitam mulus dari pasar..." Teriak Yu Kiyem dari depan halaman sebuah rumah berdinding bambu yang mulai keropos.

Yu Parni yang mendengar teriakan, lalu keluar. Mengintip dari lubang dinding bambunya, memastikan bahwa bukan penagih bank titil yang memanggil namanya.

Suara pintu berderit nyaring ketika dibuka.

"Ngagetin saja, Yu. Aku kira siapa. Ya wis biarkan bawa kucing, memang Agus itu suka memelihara kucing. Itu di rumah sudah ada 9, nambah satu ya sama saja."

Yu Parni berjalan keluar sambil mengangkat sandalnya yang sudah berkali ditambal sulam dengan paku dan peniti supaya masih bisa dipakai.

"Tapi yang ini beda, Yu. Agus bawa kucing hitam mulus. Ndak ilok kata mbah mbah jaman dulu." Yu Kiyem juga berjalan masuk menghampiri Yu Parni.

Mereka berdua lantas berdiri bersama di halaman depan rumah.

Angin semilir bertiup. Udara kering musim kemarau terasa menyesakkan dada, meskipun masih lebih sesak menunggu suami pulang yang kadang bawa uang dan kadang tidak.

"Aku pernah dengar dari Cak Paidi, yang jualan sate di perempatan sana. Katanya, Mbah Gandrung itu biasa kirim ilmu hitam alias santet lewat kucing hitam mulus." Suara Yu Kiyem terdengar lirih, mungkin takut terdengar orang lain. Atau hanya sebatas formalitas intonasi saat adegan ghibah dimulai.

"Beneran, Yu? Aku baru dengar. Tapi kalau tak ingat lagi, memang dulu mbok itu pernah bilang, memelihara kucing hitam mulus itu bahaya." Timpal Yu Parni.

"Iya itu yu, betul itu. Cak Kirun yang rumahnya dulu gedongan itu, setelah memelihara kucing hitam mulus, langsung jatuh miskin." Yu Kiyem semakin bersemangat melanjutkan.

Angin bertiup lagi.

"Sudahlah, Yu. Agus memang dasarnya suka kucing. Barangkali yang ini malah bawa rejeki." Ujar Yu Parni sambil tertawa terkikik.

"Aku tak pamit masuk rumah dulu. Sebentar lagi Mas Cungkring bakalan datang. Aku ndak ada pegangan uang hari ini."

"Oalah, Yu... Suamimu yang keluar pamit kerja tiap hari, kamu bisa bilang ndak ada pegangan uang. Apalagi aku. Mas Pardi sudah seminggu ini nganggur. Aku tadi kesini mau tanya pinjaman, barangkali ada seratus." Seloroh Yu Kiyem.

"Kok seratus toh Yu... Ini loh duitku sisa sepuluh ribu buat pegangan beli tahu sore nanti. Coba ke Yu Marnik, biasanya bisa nyarikan pinjaman ke bank titil." Yu Parni yang agak sewot karena mau dihutangi oleh Yu Kiyem lantas mencari-cari alasan untuk segera masuk rumah.

"Kok mau hutang lagi, yang dulu sepuluh ribu saja tidak pernah kembali. Padahal pinjam sampai lima kali." Gumamnya.

---

"Mak.. Emak..." Suara sepeda kayuh terdengar dari depan rumah.

Agus masuk sambil membawa seekor anak kucing hitam mulus di tangannya. Mata bulatnya berwarna keemasan, membawa kesan tajam dan berwibawa.

"Baru pulang kamu, Gus. Itu kucing siapa kamu bawa? Kucing sudah banyak kok masih nambah lagi." Yu Parni keluar dari dapur dengan membawa sepiring singkong bakar. Aroma asap masih tercium saat Yu Parni berjalan mendekat.

"Nemu di pasar tadi. Emak tenang saja. Kucing itu selalu membawa rejeki." Agus tersenyum sumringah.

Ide yang muncul dibenaknya tadi benar-benar menutupi isi kepalanya.

"Sudah ya mak. Aku mau belajar jualan online dulu. Ingin belajar usaha mandiri."

Agus masuk kamar. Kucing hitam mulus itu diberikan kepada emaknya untuk diurus.

----

6 bulan kemudian

Masih dengan tokoh yang sama

Agus keluar rumah. Pakaiannya necis. Di halaman rumah sudah ada sepeda motor bekas yang dibelinya minggu kemarin secara cash.

Yu Parni duduk di atas sofa empuk yang sengaja diletakkan di depan teras. Pakaiannya bukan lagi daster kumal, tapi sudah menjelma menjadi daster sultan. Gelangnya ada tiga. Kalungnya 3 gram. Bank titilnya sudah lunas semua.

Yu Kiyem yang masih dalam kondisi sama seperti 6 bulan sebelumnya datang lagi dengan maksud yang serupa.

"Biyuh biyuh... Cantiknya Yu Parni sekarang..." Sapa Yu Kiyem sambil menatap Agus yang keluar rumah mengendarai sepeda motor.

"Mau kemana, Gus?" Tanyanya

"Biasa bulek, mau ketemu klien bisnis" Jawab Agus sambil berlalu.

"Cuaca sekarang panas ya.. Ayo masuk ke dalam Yu, di dalam ada kipas angin." Kata Yu Parni sambil mengangkat roknya sedikit ke atas. Memperlihatkan sandal barunya yang berwarna hijau tosca.

"Sandal baru lagi Yu... Sukses ya Agus sekarang... Ibunya tambah makmur..." Yu Kiyem menimpali sembari mengikuti Yu Parni masuk ke dalam rumah.

"Iya Yu, usaha online nya lancar. Bisa buat beli motor, ngelunasi hutang juga. Sama beli barang-barang ini sedikit." Cerita Yu Parni sambil mengelus jari tangannya.

"Kalau aku ingat-ingat lagi Yu, memang rejekinya si Agus tambah lancar semenjak memelihara kucing hitam mulus dulu itu ya... Benar-benar bawa rejeki kucingnya." Kata Yu Kiyem.