webnovel

AndroMega

(Slow Update!) Seorang kapten dari Organisasi NEBULA menuntut Rickolous Dattora atas penyalahgunaan sebuah gelang bersistem AndroMega, yang dikenal dapat menyimpan senjata dalam bentuk virtual. Rick marah, karena gelang itu merupakan satu-satunya peninggalan ayahnya. Karena melihat ada peluang baik pada Rick, sang kapten memberi keringanan dengan menawarkan pekerjaan sebagai Agent organisasi. Walau ragu, Rick menerima tawaran itu. Di sana, ia bekerja bersama empat Agent lainnya sebagai tim. Apa saja yang dikerjakan Rick DKK di sana? Masih banyak hal yang perlu ia cari tahu, seperti tentang Virtozous, GIGAS, Sistem AndroMega, terutama masa lalu kelam ayahnya. (Catatan : Walau disebut Sistem AndroMega, cerita ini sama sekali tidak mengambil konsep Sistem pada umumnya, seperti karakter OP, dunia lain, dewa, DLL) ***** AndroMega by. Korona Noire

Korona_Noire · Sci-fi
Not enough ratings
37 Chs

Chapie 8 : Pertemuan

"Hei, Venezea! Lihat, tuh! Perlombaannya mau mulai!"

Seorang gadis dengan pakaian militer wanita dan rambut hijau panjang segera melompat ke kursi satunya di sebelah gadis berpakaian serba merah. Saat ini, mereka tengah antusias menonton perlombaan penentuan kelompok Organisasi NEBULA yang sebenarnya tidak ditayangkan secara umum.

"Sedang menonton perlombaan menggelikan itu, huh?"

Keduanya menoleh pada gadis lain yang lebih anggun dandanannya. Wajah sang gadis terlihat begitu jutek, merasa tidak suka dengan keantusiasan mereka berdua.

"Coba kutebak!" Ia kembali bersuara, "Kau merentas siaran langsungnya dari beberapa drone di sana, Veronica? Bagaimana bisa kalian menonton acara perlombaan dari organisasi musuh kita?"

Venezea maupun Veronica sempat saling adu pandang hingga mereka saling lempar senyum lebar, merasa kalau ada yang lucu dari perkataan gadis itu.

"Ayolah, Sharon…. Pemikiranmu sempit sekali," cibir Venezea, mengulum sebuah permen loli, "Kalau mau ikut nonton, sini. Kalau enggak, ya pergi saja sana."

Persimpangan imajiner muncul di kepala merah muda Sharon. Dia sama sekali tidak terima dikatain memiliki pemikiran sempit oleh gadis militer penggila lolipop itu.

"Ish! Kalian ini…! Kalian kira apa yang kalian lakukan itu—."

"Ini termasuk riset, Sharon," kata Veronica menghentikan omelan Sharon, "Master Obsidian juga meminta kami untuk mengamati perlombaan. Yaa…. Walau aku hanya bisa merentas sekitar dua sampai tiga jaringan drone dan visualnya juga tidak begitu jelas karena kendala sinyal, tapi setidaknya kita bakal tahu siapa saja Agent hebat yang ada di sini. Mengumpulkan informasi mereka juga termasuk menemukan titik kelemahannya, lho."

Sharon langsung diam. Tak sampai terpikirkan di otaknya kalau ini diperlukan untuk riset langsung dari master mereka. Ia pikir apa yang Venezea dan Veronica lakukan saat ini hanya sekedar menghibur diri. Kalau seperti itu, Sharon tak berhak mengomeli, walau memang ada rasa jengkel dengan mereka berdua.

"Ya, sudah!" Sharon berbalik, melangkah kembali menuju pintu. "Kalian tonton saja sepuasnya. Aku masih punya urusan yang lebih penting lagi ketimbang menonton acara Reality Show dadakan."

Pintu langsung ditutup dengan kerasnya oleh Sharon setelah ia keluar. Venezea dan Veronica terlonjak kaget, hampir mengumpatinya, tapi fokus mereka teralih kembali pada layar monitor, enggan peduli seberapa jengkelnya si gadis merah muda itu pada mereka.

"Jadi…." Venezea menatap tanya Veronica. "Siapa yang kita amati di bagian Drone ini?"

Tanpa berucap, Veronica hanya menggerakan dagunya ke depan sebagai jawabannya, lebih tepatnya ke arah monitor. Ketika mata jingga Venezea mengarah ke monitor, samar-samar ia melihat sosok pria berjaket merah di sana. Ia hanya tersenyum miring sambil mengulum lolipopnya.

"Hmm…. Wajahnya terlihat familiar."

~*~*~*~

Perlombaan penentuan sekaligus pembagian kelompok untuk para Agent Organisasi NEBULA hari ini telah dimulai. Masing-masing dari Agent sudah diperintahkan untuk memasuki area Taman Dinosaurus demi mengambil pita yang telah disebarkan ke berbagai area untuk menentukan pembagian kelompok nanti secara acak.

Sosok Rick tiba-tiba muncul di area hutan setelah memasuki taman menggunakan teleportasi. Area hutan ini terlihat cukup sepi, ada beberapa batang pohon tumbang menghalangi jalan. Beberapa kali Rick sempat meregangkan tubuhnya yang terasa kaku agar lebih rileks.

"Ukh…! Semua sistem sarafku terasa pindah posisi ke bagian tubuh lain," ucapnya sendiri.

Setelah menggunakan teleportasi, tubuh Rick jadi kurang nyaman. Memang Rick sempat tahu kalau ada efek merugikan ketika makhluk hidup menggunakan teleportasi, apalagi secara berlebihan. Ada yang bilang kalau beberapa bagian tubuh akan terpisah atau pindah ke bagian tubuh lainnya karena efek penyusunan partikel saat berteleportasi yang tidak seimbang. Bahkan Rick melihat berita tentang tubuh manusia yang terlalu sering menggunakan teleportasi mendadak pindah posisi dari tangan ada di mulut, mata di kaki, atau lidahnya tumbuh banyak di punggung.

"Hueeek! Rasanya perutku dikocok-kocok kalau mengingat berita itu," kata Rick lagi sambil menepuk pelan perut ratanya, "Untung kalau kemana-mana aku selalu memilih jalan kaki atau menggunakan transportasi. Lebih banyak gerak, lebih sehat."

Rick memulai perjalanannya menelusuri hutan, mencari Dinosaurus yang memiliki pita di bagian tubuh mereka. Namun saat beberapa kali melangkah, Rick mendengar suara ribut mendekat disertai getaran-getaran kecil di tanah.

"Lho? Ada apa ini?" Mata birunya sempat menelusuri tanah yang ia pijaki. "Area sini enggak mungkin kena gempa, kan?"

Ketika Rick menoleh, ia melihat rombongan Dinosaurus jenis Dromiceiomimus lari berombongan dalam jumlah banyak ke arahnya. Rick benar-benar dibuat tercengang, bingung harus melakukan apa. Lari percuma, menghindar pun takkan sempat.

"Sialan! Demi jempol kurapan Pak Mamat!"

Syukur, ada beberapa susun pohon tumbang menghalangi setiap jalan, jadi Rick memutuskan untuk bersembunyi di antara batang pohon tumbang itu. Jantungnya berpacu, nafasnya tak beraturan saat melihat kaki-kaki para Dromiceiomimus melompat cepat melewati batang-batang pohon tempat Rick bersembunyi. Kalau saja Rick tidak bertindak, maka celakalah dia.

"Jadi debu kayu aku kalau enggak sempat bergerak tadi," gumam Rick sambil mengelus-elus dadanya. "Eh?"

Mata Rick langsung fokus pada sosok gadis berambut biru yang kebetulan menunggangi salah satu Dromiceiomimus. Rick cukup kaget melihat betapa tenangnya gadis itu duduk di atas tubuh Dromiceiomimus yang dianggap sebagai Dinosaurus tercepat di alam semesta.

Setelah dirasa semua Dromiceiomimus sudah lewat, Rick keluar dari persembunyiannya di sela-sela batang pohon tumbang, lalu berlari cepat menyusul gadis itu. Di sana, Rick bisa melihat sang gadis masih menunggangi Dromiceiomimus.

Mata biru terang sang gadis menyipit kala melihat sebuah pita berwarna hijau terikat di salah satu leher Dromiceiomimus. Saatnya untuk dirinya bertindak.

"Megalodania!"

'[Akses : Diterima.]'

Di tangan kanan sang gadis muncul banyak butiran hologram, menggumpal membentuk sebuah pedang Berseker berwarna biru terang. Dengan berani gadis itu melompat dari satu Dromiceiomimus ke Dromiceiomimus lainnya yang masih berlari cepat berombongan di tengah hutan. Saat menginjak tubuh Dromiceiomimus di urutan paling depan, dia melompat salto sambil meraih pita biru dari salah satu leher Dromiceiomimus, lalu mendarat di depan para Dinosaurus itu.

Sang gadis berdiri di sana, menghadang para Dromiceiomimus dengan Pedang Megalodania di tangannya, mengaktifkan salah satu fungsi dari pedangnya dimana muncul gerigi-gerigi gergaji di setiap sisi pedang yang bergerak ganas hingga menimbulkan suara keras.

Dengan mengaktifkan suatu pemicu yang berada di gagang pedang sambil menusukan pedangnnya ke tanah, gerigi-gerigi gergaji pada pedangnya semakin bergerak lebih cepat di dalam tanah, menimbulkan semburan tanah di sisi kanan-kiri. Hal itu membuat para Dromiceiomimus panik untuk lewat, pada akhirnya mereka berlari menjauh dari dirinya.

Setelah dirasa sudah tidak ada lagi Dromiceiomimus yang lewat, gadis itu mematikan gerigi gergaji pedangnya, memanggul pedang Berserker itu di bahu seakan-akan tak merasa berat sama sekali. Biarpun wajahnya terlihat datar, ia cukup lega karena berhasil mendapatkan satu pita. Kini tinggal mencari anggota timnya.

Suara tepuk tangan seseorang membuat gadis itu terganggu. Ia menoleh mendapati sosok Rick bertepuk tangan setelah melihat aksinya.

"Wow! Tadi itu hebat!" puji Rick. "Hei! Itu pedang tipe Berserker, kan? Pedang itu sangat berat jika diangkat oleh orang yang tidak ahli memakainya. Huh, kau gadis yang tangguh, mampu mengangkat pedang itu dengan mudah."

Dia jengkel akan kehadiran Rick. Sungguh membuat ia terganggu dengan basa-basi tidak pentingnya itu.

"Kau sudah mendapat pita?" tanya gadis itu sinis.

"Eh? Belum."

Sang gadis memutar bola matanya jengah. Ia menghampiri Rick masih sambil memanggul pedangnya. Hal itu membuat Rick sempat mundur sesaat karena bingung apa yang ingin gadis dingin itu lakukan padanya.

"Eh! Eh! Tunggu dulu! Kau mau apa? Eeeeeh?!"

Tak ada badai, tak ada bencana alam lainnya, kaki gadis itu malah menendang Rick hingga pria berambut pirang itu jatuh telungkup dengan pantat mencuat. Sungguh posisi memalukan, bahkan sang gadis merasa enggan untuk melihatnya. Tapi, ada yang harus ia lakukan pada Rick.

"Eh?! Apa yang kau lakukan?!"

Seketika Rick panik saat melihat pedang Berseker itu diangkat oleh sang gadis, mengambil posisi siap digunakan. Matanya menajam, genggaman tangan pada gagang pedang mengerat. Dia siap memberi pelajaran pada Rick.

"Menyingkirkanmu…."

Belum sempat Rick bangun, pantat Rick langsung dipukul sekeras mungkin menggunakan bagian datar pedangnya. Seketika Rick terpental jauh ke atas langit, berteriak panik di sana, sampai sosoknya lenyap menjadi kilatan bintang di langit pagi.

"Sungguh dramatis…," tanggap dingin gadis itu, kembali memanggul pedangnya di bahu.

~*~*~*~

"Baaaaaa!!!"

Sosok besar Xeno tiba-tiba keluar dari dalam semak-semak. Dari tadi ia berusaha mencari pita kemana-mana, tapi tak kunjung ketemu juga. Di dalam hutan seperti ini, Xeno kesulitan menemukannya, apalagi dia tipikal orang yang mudah nyasar. Tapi, tetap saja terlihat ceria.

Yaaa…. Bahagia sama kelihatan bego kadang beda tipis.

"Eh…. Ada Dinosaurus, Pyo."

Mata hijau bergradasi kuningnya menemukan seekor Dinosaurus kecil jenis Compsognathus. Di leher Compsognathus terikat sebuah pita berwarna merah, Xeno yakin kalau itu adalah salah satu pita yang harus dicari.

"Waaah…. Sepertinya kau tersesat, Pyo. Boleh aku melepaskan pita itu di lehermu, Pyo? Pasti sangat menganggu."

Dengan hati-hati, tangan besar Xeno melepas pita merah tersebut dari leher Compsognathus. Xeno kegirangan dalam hati ketika behasil melepasnya, dia senang karena akhirnya telah mendapatkan pita.

"Sekarang, Dinosaurus kecil boleh pergi. Terima kasih, Pyo!"

Compsognathus pun langsung meninggalkan Xeno yang tengah melambaikan tangan padanya tanpa merespon apapun. Mungkin, makhluk macam Xeno tidak mengancam baginya.

Xeno perhatikan pita merah di tangannya ini. Kini dia tinggal mencari anggota kelompok yang memiliki pita dengan warna yang sama dengannya.

Belum sempat Xeno melangkah, pria imut berbadan besar itu mendengar suara grasak-grusuk di sekitar hutan. Kepalanya menoleh ke sana kemari, tapi tak menemukan siapapun di hutan selain dirinya.

"UWAAAAA!!! ULAR, PYOOOO!!!"

Ketika Xeno kembali menatap lurus ke depan, dia sangat kaget menemukan sosok bergelantungan dengan mata kuning mengkilat di hadapannya. Sontak Xeno kabur dan bersembunyi di semak-semak terdekat.

"Semengerikan itukah aku?"

Mendengar suara orang, Xeno mengintip takut-takut dari balik semak-semak. Di sana, terlihat sosok pria berpenampilan Emo baru saja turun dari pohon sambil membersihkan bekas dedaunan dan ranting pohon yang melekat di pakaian serba hitamnya. Xeno bernafas lega, setidaknya pria itu bukan sesuatu yang lebih buruk dari ular. Bukannya Xeno takut ular, cuma dia tidak tahan dengan sesuatu yang mampu membuat dia kaget seketika.

"Ah! Ternyata orang, Pyo."

Xeno melompat dari semak-semak, menghampirinya sambil melempar senyuman khas. Yang dihampiri hanya menatap pria tinggi menjulang itu tanpa ekspresi apapun.

"Halo, Pyo! Namaku Xeno. Salam kenal," ucap Xeno riang memperkenalkan diri, "Lalu, siapa namamu, Pyo?"

Sejenak pria Emo itu menaikan sebelah alis, heran dengan perilaku riang Xeno yang menurutnya tidak biasa. Dia berpikir, bisa-bisanya Xeno bersikap seriang itu pada orang asing yang baru ia temui seperti dia seakan-akan sudah lama dikenal.

"Kau… terlihat ceria."

Dan ucapan si Emo itu, sebaliknya membuat Xeno memiringkan kepalanya bingung.

"Memang salah jika Xeno ramah sama orang, Pyo?" tanya polos Xeno. "Kan Xeno mau punya teman juga, Pyo~"

Ia menghela nafas, berusaha memaklumi sifat Xeno yang sepertinya begitu kekanak-kanakan. Mungkin tak salah bagi dirinya tuk mengenal Xeno juga.

"Kobra. Panggil saja Kobra."

"Eh?" Sontak Xeno terkejut lagi dengan perkenalan pria Emo bernama 'Kobra' itu. "Jadi, kau ular jadi-jadian, Pyo?"

Untuk kedua kalinya Kobra menghela nafas. Pria jakung yang ia hadapi ini benar-benar kekanak-kanakan.

Kobra tidak ingin menjawab, dan memutuskan untuk balik bertanya tentang sesuatu saat ia merogoh sebuah pita dari sakunya. Pita yang baru saja ia dapat dari salah satu jenis Dinosaurus.

"Apa kau dapat pita yang sama denganku?"

Iris hijau bergradasi kuning milik Xeno terbelalak sempurna saat melihat pita merah di tangan Kobra. Pasalnya pita itu berwarna merah, sama seperti warna pita yang baru didapat Xeno.

"I-iya! Xeno dapat, Pyo." Dengan bangga Xeno memperlihatkan pita miliknya. "Jadi, kita satu tim, Pyo?"

Untuk kesekian kalinya Kobra menghela nafas. Dia tak menyangka jika akan satu tim dengan pria kekanak-kanakan ini. Tak apalah…. Jika Xeno mampu banyak membantu dalam timnya kelak, tak masalah Kobra satu tim dengannya.

"Begitulah." Kobra memasukan kembali pitanya ke saku celana. "Sepertinya, kita harus cari teman-teman tim kita. Kau ikut aku, oke?"

Xeno mengacungkan jempolnya dengan senyum lebar. "Oke, Pyo!"

Keduanya melangkah menyusuri hutan dalam diam. Iseng-iseng Xeno membandingkan tinggi tubuhnya dengan Kobra. Kobra telihat lebih pendek darinya, bahkan mungkin agak pendek dari Rick dan Horu, hanya seukuran bahunya.

"Kobra pendek, Pyo~"

"Kau yang terlalu tinggi, Xeno."

~*~*~*~

"G-Rioooooo!!!"

Suara melengking si gadis pirang ini membuat seisi hutan mendadak berisik, bahkan burung-burung sekitar yang damai bertengger di pohon masing-masing langsung pergi mencari area hutan yang lebih senyap.

Alis pria merah berkacamata ini beberapa kali berkedut kesal kala mendengar rengekan gadis itu semenjak mereka mendapatkan pita berbeda, si gadis terus saja mengikutinya. Iya~, dia tidak terima mendapatkan warna pita yang berbeda dari pria itu.

"G-Rio, aku pengen punya pita yang sama denganmu…!" rengek gadis itu terus saja menghentakan kakinya mengikuti langkah sang pria.

Karena jengkelnya sampai di ubun-ubun, G-Rio berhenti dan menghadap si gadis dengan tatapan mata biru setajam belati siap menyayat siapa saja yang mengganggunya. Sontak gadis itu menciut, namun rasa kesal tetap mendominasi.

Maklum, namanya juga perempuan labil.

Karena tidak ingin memperlihatkan ekspresi marahnya, G-Rio bicara dengan nada datar, "Jessie, kau harus terima kalau kita mendapat warna pita yang berbeda. Itu berarti, kita tidak satu tim."

"Ish! Tapi aku pengen satu tim denganmu, bahkan dengan Derby juga! Kita bertiga 'kan sudah lama bersama semenjak kita sama-sama kerja jadi DJ…?"

G-Rio memutar matanya jengah. Mereka bertiga, bersama sosok Derby yang saat ini tidak bersama mereka, memang sama-sama saling kenal ketika bekerja sebagai DJ. Sudah cukup lama mereka bersahabat dan sama-sama memutuskan untuk ikut mendaftar sebagai Agent NEBULA setelah sempat menekuni pendidikan khusus AndroMega sampai berhasil lulus tes.

Dia yakin jika ia, Jessie, maupun Derby mungkin takkan satu kelompok saat pemilihan kelompok seperti ini. Mungkin Derby juga saat ini mendapat warna pita yang berbeda dengan mereka berdua.

"Dengar, Jes. Aku mendapat pita warna kuning, dan kau mendapat pita warna biru," jelas G-Rio sambil memperlihatkan pita kuning miliknya, "Kita memang tidak satu kelompok, Jes…. Mungkin saja, Derby juga dapat warna pita berbeda dari kita."

"Ish! Tahu gini 'mah aku lewatkan saja pita biru sialan ini!" ucap Jessie merengut kesal ketika melihat pita biru miliknya. "Ditukar sama Agent lain bisa tidak, ya?"

"Mana bisa? Kau tidak lihat banyak drone melihat kita?" G-Rio menunjuk ke arah salah satu drone yang merekam pembicaraan mereka.

Para drone memang ditugaskan untuk mengawasi jalannya perlombaan di seluruh area Taman Dinosaurus secara langsung, di sana ada para panitia dan empat kapten yang mengawasi lewat drone-drone tersebut.

Jessie makin kesal saja. Kalau bisa, dia ingin sekali melempari drone-drone itu menggunakan batu sampai rusak.

"WOI!!! JANGAN BERDUAAN DI HUTAN!!! ENTAR DISAMBAR DINOSAURUS!!!"

Jessie dan G-Rio menoleh ke arah sumber teriakan. Mereka kaget menyadari seseorang terbang di langit dengan cara melontarkan dirinya menggunakan salah satu fungsi senjata AndroMega yang berupa tombak. Keduanya dibuat heran akan orang itu, bahkan orang itu sempat nyengir-nyengir usil pada mereka.

"Dia siapa?" tanya Jessie bingung.

"Entah," jawab G-Rio seadanya, "Orang iseng, kali."

~*~*~*~

Langit terlihat begitu cerah dengan warna biru indah mendominasi, udara khas hutan pun terasa segar memasuki indra pernafasan. Biarpun suasana mendukung, tapi tetap Rick merasa jengkel dengan apa yang terjadi padanya tadi.

Dengan wajah datar khas orang kesal, Rick menerbangkan dirinya sendiri menggunakan fungsi pelontar Shotgun yang ada pada ujung bawah tombak Tyrant-X miliknya dengan cara menembakan peluru Shotgun bertenaga lontar maksimal yang dapat membuat penggunanya sendiri terlempar jauh.

Semenjak dipukul gadis misterius pengguna pedang Berseker tadi sampai ia terlempar jauh ke udara, Rick mengaktifkan fungsi pelontar Shotgun-nya agar ia terbang jauh ke sekitar hutan. Dia sendiri tak menyangka kalau senjata AndroMega-nya memiliki fungsi yang unik. Terima kasih pada ayahnya dulu yang telah memodifikasi Tyrant-X sedemikian rupa.

"Oke…. Cari Dinosaurus…. Cari Dinosaurus…."

Sambil terus menembakan pelontar Shotgun di belakang, agak ke bawah agar tetap terbang, mata birunya terus mencari-cari keberadaan Dinosaurus yang memiliki pita. Hingga akhirnya ia tersenyum sumringah kala melihat pita terikat di gading seekor Dinosaurus Triceratops.

"Yap! Ketemu!"

Setelah memposisikan posisi pendaratan yang pas di udara, Rick menghilangkan fungsi pelontar Shotgun di ujung bawah tombaknya, membiarkan dirinya terjun di ketinggian yang pas menurutnya. Rick terjun, mendarat dengan posisi kedua kaki yang sempurna, posisi kuda-kuda pas untuk menumpu berat tubuh sehabis terjun.

"Aduh, Bangsat! Kakiku sakit, Kambing!"

Seketika Rick tepar di padang rumput sambil memeluk kedua kakinya yang mendadak sakit. Bilang bahwa Rick terjun dengan posisi sempurna? Sebenarnya ada cara yang lebih baik agar mengurangi cedera saat jatuh, yaitu dengan berguling ke depan. Tapi kenapa Rick tidak melakukannya?

Mungkin Rick malas berpikir. Dia kira mendarat dengan posisi berdiri adalah cara terbaik seperti apa yang dilakukan kucing. Yaaa~, kucing dan manusia 'kan beda.

Dengusan keras Rick rasakan di sekitar tubuhnya saat ia masih tepar di rerumputan. Ketika menoleh, Rick terlonjak kaget menyadari Triceratops yang ia lihat tadi berada di hadapannya. Rick bisa mengenali dari pita yang terikat pada cula di atas hidung sang Dinosuarus.

"Woo! Woo! Tenang, Gan…!"

Buru-buru Rick bangkit berdiri, mendadak rasa sakit dikedua kakinya enyah entah kemana. Tak apa, Rick sudah biasa banting tulang hingga patah tulang saat kerja serabutan di area bawah kota. Sakit seperti itu sebenarnya sudah biasa bagi Rick.

Dianya saja yang lebay sampai-sampai kata-kata kebun binatang terlontar dari mulut indahnya.

Triceratops itu mendengus Rick beberapa kali seakan-akan tertarik dengan baunya. Mungkin karena beberapa rumput ada yang menempel di pakaian Rick.

"Ooh…! Demen rumput, ya?"

Dengan tombak merahnya, Rick membabat banyak rumput besar di sekitar. Ia genggam dan diserahkannya pada Triceratops agar binatang itu memakannya.

"Makanlah…! Tapi tetap tenang, ya?"

Dengan tenang Triceratops memakan rumput-rumput di genggaman Rick. Saat itu juga, Rick mengambil kesempatan. Ia berusaha menggapai pita yang terikat asal di gading Triceratops menggunakan tombak bawahnya. Dengan hati-hati, Rick melepas pita itu walau sempat mengumpat pelan kala beberapa kali tombaknya tidak berhasil meraih pita. Akhirnya, Rick berhasil meraih pita tersebut, lalu membawa ujung tombaknya mendekat.

"Nah! Akhirnya, dapat juga…. Eh?"

Tanpa Rick sadari, tangannya yang menyerahkan rerumputan tadi digigit oleh Triceratops. Dalam diam, Rick berusaha menarik tangannya perlahan agar tidak mengagetkan sang Dinosaurus, tapi percuma karena mulutnya masih menggigit tangan Rick. Terus Rick melakukannya dan hasilnya tetap nihil.

"GAAAAAAAAAHHHHH!!!"

Seketika Rick panik. Dia bingung bagaimana cara untuk melepaskan satu tangannya dari gigitan Triceratops.

"Kalau dibiarin terus, bisa putus tanganku!!!"

Rick menggigit pita yang berhasil ia dapatkan. Dia berusaha melepaskan tangannya dengan memukul-mukulkan tombak ke kepala Triceratops, tapi tetap saja tidak bisa, malah Dinosaurus itu nekat menariknya.

Karena tidak ada cara lain, Rick terpaksa melakukan cara yang cukup buruk tuk menghadapi binatang. Dia berharap drone-drone sekitar tidak memperhatikannya, semoga saja ia tidak kena sanksi akibat melakukan ini.

Caranya, Rick memutar tombak Tyrant-X hingga bertransformasi menjadi Shotgun. Dengan terpaksa ia tembakan peluru Shotgun biasa ke udara, menimbulkan bunyi yang sangat membisingkan telinga.

Triceratops sontak melepas gigitannya, meraung keras, dan berlari ketakutan bersama Triceratops lain yang ikutan panik ketika mendengar suara tembakan Shotgun milik Rick. Tubuh Rick sendiri terhuyung ke belakang akibat dilepas mendadak oleh Triceratops hingga punggungnya menabrak punggung seseorang di belakang.

"EH?!"

Keduanya berpaling bersamaan, saling menodongkan moncong senjata api mereka. Rick dengan Shotgun-nya dan orang itu dengan sebuah Snipe hitam. Rick langsung terpana ketika melihat rupa sosok itu, sosok seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan kulit bersih dan mata cokelat sayu.

Ditambah lagi, gadis itu punya ukuran dada yang cukup besar sampai menyesakan bagian pakaian berwarna putih yang ia kenakan.

Karena sama-sama merasa bersalah, Rick maupun gadis itu menurunkan senjata masing-masing. Sang gadis terlihat begitu gugup sambil memeluk erat Snipe-nya saat menyadari keberadaan Rick.

"Eh…? Anu…. Maaf. Aku kira… tadi… Dinosaurus atau semacam… binatang mengerikan lain… gitu…," ucap gadis itu grogi dengan iris mata bergerak-gerak gelisah tak menentu arah tatapannya.

"O-oh...." Rick sendiri hanya merespon sesingkat itu sambil menggaruk kepalanya, baru sadar setelah matanya disuguhi oleh pemandangan sepasang gunung yang indah.

Dasar, pria mesum!

"Santai saja. Aku juga tadi spontan nodong kamu. Maaf, yaa…," kata Rick sesopan mungkin, tak ingin imej dan perangai lelaki tukang ngegasnya ketahuan si cantik ini. "Omong-omong, kau 'dah dapat pita? Mungkin saja kita satu tim."

Iya, sebagai pria normal, Rick berharap bisa satu kelompok dengan gadis ini. Lumayan buat cuci mata~.

"Eee…. Itu…." Gadis itu menoel-noel bagian Snipe-nya, entah itu secara sadar atau tidak disadari. "Be-belum. Aku belum dapat. Kau dapat, ya?"

"Iya." Rick memperlihatkan pita yang baru ia dapat pada gadis itu. "Baru saja. Dari Triceratops itu. Tanganku sempat digigit gara-gara berusaha ambil pita ini di gadingnya."

"Aduh…. Sakit, ya?" raut wajah sang gadis terlihat cemas.

Melihat ada kesempatan, Rick langsung saja mengeluh pelan. "I-iya, nih. Sakit kena gigit. Tapi, tak apalah. Aku 'mah kuat."

"Memangnya, yang mana yang sakit?"

"Di sini, nih. Tadi sakit, pegal pula." Rick menyodorkan tangannya yang kena gigit Triceratops tadi.

Spontan karena antara rasa cemas dan kepolosannya, gadis itu menyentuh dan mengelus pelan tangan serta lengan berotot Rick, membuat si pria pirang ini meriang keenakan.

Baiklah, mungkin tidak perlu diteruskan lagi modusnya. Mengingat Rick ingin cepat menyelesaikan lomba dan gadis ini juga belum mendapatkan pitanya.

"Tapi tak apa, kan?" tanya cemas gadis itu lagi setelah menyentuh tangan Rick agar merasa lebih baik.

Bukannya lebih baik, malah keenakannya melunjak.

"Oh, enggak apa-apa, kok. Sakitnya bentar aja," kata Rick sambil tersenyum semempesona mungkin, "Oh, iya! Jadi enggak enak kalau kita tidak saling kenal." Rick mengulurkan tangannya tuk berjabat tangan dengan sang gadis. "Aku Rickolous Dattora. Biasanya dipanggil Rick, tapi kamu panggil Rickolous pun tak apa."

Satu lagi modus kacangan dilancarkan oleh seorang Rickolous.

Dengan senang hati gadis itu membalas jabatan tangan Rick. "Namaku Annelyn S. Widi, Mas Rick. Salam kenal, ya. Senang bisa bertemu denganmu, Mas. Aku di sini belum punya teman satu Agent sebelumnya."

"Aduh~ Mas juga senang ketemu sama kamu, Dek…."

Perasaan bahagia Rick makin melunjak saat Annelyn berjabat tangan dengannya, ditambah lagi ia dipanggil dengan sebutan 'Mas'. Lumayanlah, ketemu cewek cakep. Dah lama Rick ngebujang dari lahir sampai sekarang. Modusin cewek-cewek selalu aja gagal.

"Kalau begitu, aku duluan dulu ya, Mas." Annelyn melepas jabatan tangan mereka walau Rick sempat terlihat tak ikhlas, Rick masih ingin menyentuh tangan selembut sutra itu. "Harus cepat-cepat cari pitanya."

"Ya sudah. Semoga berhasil, ya!"

"Iya. Makasih, Mas."

Annelyn pun berlalu meninggalkan Rick sambil terus memeluk Snipe hitamnya. Bertemu dengan Annelyn benar-benar membuat tubuh Rick seakan-akan meledak hendak mengeluarkan ribuan kupu-kupu berterbangan di udara.

Oke, cukup untuk jatuh cintanya. Saatnya Rick untuk bergegas mencari anggota timnya.

"Oke!" Rick menyeringai sambil memperhatikan pitanya. "Warna merah. Saatnya cari yang pitanya sama denganku."

~*~*~*~

Kutipan Terbaik :

"WOI!!! JANGAN BERDUAAN DI HUTAN!!! ENTAR DISAMBAR DINOSAURUS!!!" ~Rick JoNes kronis