webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

48. kejujuran juno

Hari ini, Juno sudah lebih baik dari sebelumnya. kecemasannya sudah memudar dan kembali bersikap manja pada Lily. Juno tidak lagi menyembunyikan sesuatu, benar benar sudah bisa bernafas lega. Pak Budi sungguh berjasa di dalam hal ini, kasus pemerasan yang dilakukan oleh Silvia mampu di tutupi rapat olehnya tanpa terendus oleh Lily.

Dari semalam Juno ingin sekali berkata jujur pada istrinya, tapi semua itu di urungkannya. Tangan Juno terus saja membelai Lily perlahan dan lembut bibirnya mengecup lembut kening Lily. Menatap Lily yang masih terlelap dengan pulas membuat Juno mendalami kebaikan dari istrinya dari semua kejadian yang pernah mereka lalui bersama. Lily mulai terbangun dan sedikit memicingkan matanya lalu semakin memeluk erat tubuh suaminya sambil membenamkan kepalanya di dada Juno.

"Pagi, suamiku." Ucap Lily dengan suara berat khas bangun tidur dan wajah bantal yang di sembunyikannya.

Pergelutan semalam benar benar melelahkan untuk Lily, karena dia juga melampiaskan segala amarahnya saat itu. Tanpa sepengetahuan Juno ternyata Silvia juga sering mengancam Lily melalui foto foto saat mereka di atas ranjang. Lily terbakar emosi benar benar terbakar, tapi dia juga tidak mau bersikap bodoh yang bisa merugikan bagi rumah tangganya sendiri.

"Makasih Bunda, untuk semalam. Bunda semangat sekali, sampai ga masih celah untuk Papa." kata Juno sambil mengusap usap rambut dan punggung Lily yang masih belum berbalut baju.

Lily mulai bersandar pada sandaran ranjang, wajahnya seperti ingin menyampaikan sesuatu. Tapi matanya mulai berkaca kaca dan pipinya mulai memerah. Lily menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Semalam memang sangat menggairahkan tapi Juno sama sekali tidak tau jika itulah cara Lily untuk meluapkan emosinya alih alih beradu argumen. Lily mencoba menepis dan mencoba bersikap abai, tapi nyatanya pertanyaan itu terus menggelayut di benaknya. Juno yang menangkap sikap aneh istrinya yang biasanya selalu ceria dan suka merayunya saat bangun tidur itu kini sedikit berubah.

"Kamu kenapa Bunda?" tanya Juno yang saat ini sedang memeluk kaki Lily dan menjadikan paha Lily sebagai bantalan.

"Apa, aku masih kurang bagus dalam melayani mu Pa?" Tanya Lily dengan wajah sendu.

Juno cukup peka dan mulai menangkap arah pembicaraan lily, dia tau saat ini istrinya pasti sangat kecewa. Entah hal macam apa yang sudah di lakukan Silvia kepadanya.

"Kamu sangat bagus sayang, sampai aku kewalahan." jawab Juno yang tidak ingin membuat Lily menjadi lebih buruk lagi.

"Lalu, kenapa masih ada wanita lain di antara kita? Apa aku terlalu sibuk sampai kau ada celah dengan wanita lain, atau kau memang sudah tidak mencintaiku lagi?" Sederet pertanyaan dengan suara Lily yang bergetar dan mata yang mulai basah karena air mata.

Juno menjadi terkejut, ketakutannya kali ini menjadi nyata. Juno menghela nafas panjang dan menghembuskannya seperti sedang ingin memulai penjelasan.

"Aku sudah berusaha sebaik mungkin dengan semua ini, tapi ga mudah buat aku untuk selalu pura pura bodoh dengan kelakuanmu di luaran sana. Bukan sekali dua kali aku menerima foto kemesraan mu dengan wanita lain. Tidak kah kau tau Pa, aku sakit dan hancur dengan apa yang kalian lakukan di belakangku!" Seru Lily dengan suara seraknya karena menangis.

"Apa maksud bunda?" kata Juno yang mencoba berkilah dan tak ingin memperpanjang amarah.

Juno mulai bangun dengan setengah tubuh yang telanjang dan duduk di hadapan lily. Matanya memandang sendu istrinya yang tengah bersedih, tapi Lily mencoba menghindar dan berdiri lalu memakai lagi bajunya yang semalam. Lily mengambil ponsel lalu menyerahkannya pada Juno. Semua ada di situ foto foto yang di kirim oleh Silvia padanya. Ada tanda waktu di foto foto itu yang membuat Lily semakin bersedih.

Tanggal itu adalah tanggal pernikahannya dan juga sekaligus saat dimana sakit dan badan yang panas. Saat itu Lily tengah begadang semalaman dengan daster dan penampilan yang berantakan. Berkali kali lily mencoba menghubungi Juno tapi tak mendapat jawaban. Lily ditemani oleh Mama Kim begadang bergantian mengurus Elang dan Embun yang keduanya sangat rewel kala itu.

Wajah Juno menjadi merah padam dan hatinya terkoyak melihat istrinya yang kini menangis tersedu di tepian ranjang.

"Ingat, tanggal itu. Itu adalah tanggal ulang tahun pernikahan kita Pa, tapi kamu malah bersama wanita lain dan mengabaikan kami!" Seru Lily dengan kekecewaan yang menyesakkan dada.

"Bunda tenang dulu, aku bakalan jelasin ini semua."

"Kamu tau kenapa aku semalam sangat liar? Aku ingin meluapkan semua amarah dan kekecewaan ku sama kamu Pa, supaya kamu bisa berfikir jika aku itu lebih baik darinya." Ucap Lily dengan tangis yang tersedu.

"Kamu memang yang terbaik Bund, Dengarkan aku. Aku dan dia tidak ada hubungan apa apa. Semua hanya salah paham."

"Salah paham yang berakhir indah di ranjang?" jawab Lily sambil tertawa getir.

"Baik Papa mau jujur sama Bunda. Jadi waktu itu, orang orang kantor sedang merayakan kemenangan tender. Seperti biasa Papa harus ikut, wanita itu hanya salah satu teman dari bawahan papa yang ga sengaja ketemu disana Bund. Tapi aku ga tau persisnya kapan dia masukin obat tidur di gelas ku. Yang aku tau keesokan harinya siang hari aku sudah bangun dengan sepucuk surat ancaman. Dia mengancam aku untuk foto foto yang sudah tersimpan di ponselnya, dia hanya ingin aku sebagai sumber dananya Bund. Kami tidak melakukan apa apa." kata Juno menjelaskan.

"Hhh, kenapa tidak ada satu pun bawahan mu yang mengurus mu dan mengantarmu pulang ke rumah? Apakah mereka semua mabuk juga? Hem sungguh ceritamu bagus sekali Pa." Sahut Lily yang tidak percaya begitu saja dengan ucapan Juno.

"Baik, kita langsung aja. Mereka semua yang terkait hal ini sudah berada di penjara saat ini, Papa sudah mengutus hal ini melalui jalur hukum. Terserah kamu Bun,au percaya atau ga. Aku udah jujur sama kamu. Aku malas berdebat lagi pagi pagi ga bagus." Kata Juno yang menghampiri Lily lalu mengecup pipi istrinya yang basah karena air mata.