webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

37.

Tidak ada yang mampu mengetahui nasib seseorang bahkan hanya untuk 0.5 detik selanjutnya.

~~~~~~~~~~~~~~•••~~~~~~~~~~~~~

"Maaf nyonya, Tuan mengutus saya untuk menjemput nyonya" Ucap Leon sambil membungkukkan badanya dan memberi hormat pada Lily yang masih menangis di pinggir jalan.

Lily hanya bengong diam mematung menatap keberadaan Leon di hadapannya. Mama Kim hanya diam dengan tatapan heran dan bingung.

"Siapa tuanmu?" tanya Lily dengan suara serak.

"Tuan Nando, nyonya. ini beliau melakukan vc. " ucap leon memberikan ponselnya pada Lily.

"Ly, kamu segera ikut Leon. hari sudah menjelang petang tidak baik wanita hamil bekeliaran saat magrib" Ucap Nando di panggilan video itu.

Lily hanya mengangguk dan menyeka air matanya yang terus berlinang. Mama Kim ikut menitikan air mata dan menahan tangisnya di hadapan Lily.

Mereka masuk kedalam mobil dan melaju kencang menuju ke hunian Nando.

Dengan raut kesedihan Nando menyambut adiknya yang sudah lama hilang itu. Nando meregangkan tanganya seperti ingin memeluk dan benar saja Lily berlari memeluk kakaknya itu. Lily semakin terisak dan semakin kencang menangis. Nando memeluk erat dan menepuk nepuk punggung Lily lembut.

🌼🌼🌼🌼

"Minumlah, ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Nando dengan penuh iba di matanya.

Lily masih mengalirkan air mata yang jatuh dengan derasnya. Sementara mama Kim terus saja menemaninya duduk di samping Lily sambil mengusap usap tangan Lily. Lama tak menjawab, akhirnya mama Kim yang menjelaskan semuanya dari awal sampai akhir.

🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️

"Aku rasa aku perlu memberitahu Anda tentang ini." ucap Nando sambil memberikan salinan hasil tes DNA pada Mama Kim.

Mama Kim membaca dengan seksama lalu mengangguk paham.

"Aku mengerti sekarang mengapa kalian berpelukan di depan pusara mama kalian" Ucap Mama Kim sambil menyeka air matanya.

"Dari awal, mama yakin padamu. Tak mungkin kau mampu melakukan hal kotor seperti apa yang di tuduhkan Juno padamu" Ucap Mama Kim lembut.

"Ini semua hanya kesalah pahaman saja. Mama mohon kepadamu Lily. jangan terbawa emosi. Mama mohon pertahankan rumah tangga kalian demi dia" Ucap Mama Kim sambil menangis dan mengelus perut Lily.

"Untuk sementara kau tenangkan dirimu dulu di sini. Aku akan pergi menemuinya untuk menjelaskan semua ini pada Juno" Ucap Nando seraya mengusap lembut rambut Lily yang masih berlinang air mata.

"Sudah, jangan menangis lagi. kasihan bayi yang ada di dalam kandunganmu" Ucap Nando denagn tatapan nanarnya.

"Ma, bawa Lily ke kamarnya untuk beristirahat. Pakailah kamar Mama ly." Ucap Nando sambil membukakan pintu kamar almarhum Mama Mella.

"Leon, antarkan saya menemui Juno" ucap Nando dengan berjalan menuju mobil yang tengah terparkir di halaman depan.

"Siap tuan!" jawab Leon sambil membungkuk.

🐚🐚🐚🖤

"Sial, semua menjadi rumit seperti ini. Ini semua terjadi karena pak Burhan." Nando meluapkan amarah dengan meninju jok mobil tempat Leon mengemudi.

*Sial, kena juga gue. Tunggu aja lu Burhan bakal gue bales lu* Batin Leon yang mendengus kesal.

"Kamu, sudah melakukan tugasmu?" Tanya Nando sambil membuka pesan di ponselnya.

"Sudah tuan, saya sudah membawa anak sulung pak Burhan. Namanya sari. Umurnya 23 tahun tuan" Jawab Leon lugas.

"Bagaimana rupanya?"

"Dia, lumayan manis untuk ukuran orang jelek tuan" jawab Leon sedikit menerangkan.

"Jadi maksudmu pak Burhan membohongi kita lagi?" Tanya Nando sambil memajukan badannya mendekati Leon.

Leon hanya mengangguk beberapa kali sambil tetap fokus pada ramainya jalanan. Nando menyeringai dengan smirik dan melirik kearah luar jendela.

Sampailah di rumah Juno, ada Embun yang sedang menangis mencari keberadaan Lily di gendong oleh putri. Sementara itu Bimo sedang mengetuk ngetuk pintu kamar Juno untuk memanggilnya keluar.

Keluarlah Juno dengan keadaan kacau, bau alkohol dan mata merah serta rambut yang berantakan. Juno berjalan gontai dengan kaki yang berdarah, mungkin karena serpihan pecahan botol yang di lemparnya saat mengamuk tadi.

"Bangsat!! berani kau menginjakkan kakiku di rumahku ini." Teriak Juno sambil terus berjalan menuju Nando.

"Kau yang bajingan! Suami macam apa kau yang tega menyakiti istrinya sendiri yang tengah hamil. Kemana otak mu huh?" Ucap Nando sambil menjinjing kerah baju Juno.

"Oh...ho.ho.... Jadi kau sangat menghawatirkannya? Tentu kau mengkhawatirkan dia. Karena itu adalah bayimu kan?" Ucap Juno di selingi tawa mengejek yang semakin membuat Nando terpancing emosi.

"Jaga mulut busukmu itu bajingan! Serendah itu rupanya kau memandang adikku." Ucap Nando sambil menghajar Juno tanpa jeda.

"Kalian semua bersekongkol huh! kau, Lily dan wanita tua itu. Hahahaha kalian ingin membodohi ku?" Ucap Juno dengan membalas Nando dengan hantaman yang tak kalah kuatnya.

Mereka berdua bergelut adu kekuatan sudah dapat di pastikan siapa pemenangnya. Nando berdiri dan merapikan bajunya dengan darah di pelipis dan ujung bibirnya. Nando dengan suara yang menggelegar memberikan pesan kepada Juno.

"Jaga mulut busukmu ini. Karena opini jodohmu itu mungkin kau akan kehilangan semuanya" ucap Nando sembari menepuk bahu juno.

Nando pergi begitu saja bersama Leon. Sementara Juno terbaring tak berdaya di lantai dengan keadaan yang sungguh miris. Kakinya berdarah, wajahnya penuh lebam dan baju yang koyak.

Betapa terkejutnya Nando mendapati Embun yang menangis di depan mobilnya dengan putri yang juga ikut menitikan air matanya. Hati Nando tak kuasa melihat bocah kecil yang biasanya ceria itu kini menangis tanpa suara dengan kesedihan yang teramat dalam.

"Oom, tau di mana Bunda? embun ingin sama bunda. Papa Embun sekarang jahat" Ucap Embun yang mengadu dengan suara lirih menahan tangis.

"Kenapa ini? Apa yang dilakukan Juno put?" Tanya Nando pada putri yang menunduk tak berani menatapnya.

"Tadi... tuan memarahi non Embun habis habisan saat kita pulang dan non Embun mencari nyonya untuk memberikan sepotong kueh. Tuan melemparkan kueh itu lalu membentak dan memarahi non Embun tanpa sebab" jawab putri sambil mengelap air mata di pipinya.

"Baik, biarkan dia ikut bersamaku. Ada neneknya di sana. Keadaan Juno belum stabil jadi biarkan dia normal dulu. Kau panggilkan dokter untuk tuanmu" Ucap Nando sambil menggendong Embun dan membawanya pulang ke rumahnya.

Juno terkulai lemas tak berdaya otaknya masih belum bisa mencerna secara baik apa yang sudah di lakukanya karena pengaruh alkohol itu.

Akankah Juno mempercayai isi hasil test DNA itu?

Ataukah akan terus berpegang teguh pada opininya yang tak berdasar?