webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Teen
Not enough ratings
53 Chs

31.

Tengah malam Lily terbangun karena ingin ke kamar mandi dan ternyata terasa berat sekali di bagian kaki. Lily hendak bangun tapi tak bisa bergerak. Tangan kekar itu sudah melingkar di pinggang ramping Lily. Sebelah kakinya sudah menimpah kaki Lily.

*Kapan dia pindahnya sih? tau orang lagi ngambek enggak sih nih orang.* Lily menggerutu dalam hati.

Di tepuk teluknya perlahan tangan Juno tapi tak bergeming. Lily memindahkan lengan Juno tapi kembali lagi ke posisi semula. Dengan terpaksa karena sudah sangat kebelet Lily akhirnya membangunkan Juno dengan menyebut namanya.

"Pak, aduh. tuan... eh salah lagi. Sayang bangun..., awas ah aku mau ke kamar mandi" ucap Lily sambil menggoyang goyangkan lengan Juno.

"hemmh...." Juno meregangkan tubuhnya dan berganti posisi.

Lily yang terlepas kemudian pergi menuju ke kamar mandi. Juno membuka matanya dan tersenyum mengira Lily sudah tak marah lagi. Selesai dari kamar mandi Lily pindah posisi dan kini Embun berada di tengah di antara mereka berdua.

*Awas aja kalau nyusulin pindah kesini. huh, sebel* Lily manyun dan berkomat kamit melihat Juno.

*Lah, kok pindah di sana dia. Nasib nasib ternyata masih marah dia* Juno melirik Lily yang sudah terlelap di sebelah Embun.

*Aku juga sih yang terlalu berharap sama dia. Aku juga udah bohong sama dia terlalu lama. Wajar juga sih kalau dia ngambek. Dulu saat menyatakan perasaan aku hanya ingin dia menjadi ibu yang sesungguhnya untuk Embun. Harusnya aku sadar akan ucapanku* Juno bergelut dengan dirinya sendiri.

🏵️🏵️🏵️🌼🦜🌸

Sepertiga malam tiba. Lily bangun dan mematikan alarmnya. Lily mencium kening Lily yang masih terlelap dan sekilas menatap suaminya. Lily bangun dan memakaikan selimut pada Juno. Lily mengusap lembut rambut Juno dan juga mencium kening suaminya itu.

Juno terbangun dan membuka mata dengan wajah datar Juno menatap Lily.

*Ngapain dia jam segini?*

"Sayang, mau sholat tahajud enggak?" Tanya Lily lembut.

Tanpa menjawab, Juno hanya menarik selimut dan membelakangi Lily. Lily merasa aneh dengan sikap Juno yang terkesan marah padanya.

*Kok, ganti dia yang manyun sih? Hello, kan yang di kibulin aku kok yang manyun dia? Aneh!* batin Lily sambil merapikan selimut yang di pakai Juno.

Lily berdiri dan kembali mencium pipi Juno kemudian pergi untuk menunaikan ibadahnya.

*Apa, dia barusan cium aku kan? itu tandanya dia enggak marah dong. Sial akunya ganti nyuekin dia, kapan kompaknya sih? Tapi inget Juno, jangan terlalu berharap. Bahkan ungkapan perasaanmu pun belum mendapat jawaban dari Lily* Batin Juno semakin bingung dengan apa yang terjadi.

Selesai sholat tahajud, Lily melanjutkan kegiatan seperti biasa, masak dan mengurusi semua keperluan Embun. Sampai Azan subuh Lily masuk ke kamar dan membangunkan Juno. Lily memijat mijat kecil kaki Juno lalu menggoyang goyangkannya. Juno tersadar dan duduk dengan muka bantal dan rambut berantakan wajah Juno nampak seperti bayi laki laki.

"hemmm..?" gumam Juno seperti bertanya dan menggerakkan kedua alisnya.

"Sholat subuh yuk" ucap Lily sambil tersenyum.

Juno mengusap usap wajahnya dan menguap sambil menggaruk garuk perutnya. Bagi Lily itu adalah pemandangan yang sangat menggemaskan. Pria dewasa itu nyatanya masih seperti bayi saat bangun tidur.

Tanpa berucap Juno hanya berdiri dan berjalan untuk mengambil wudhu lalu sholat. Masih tidak ada percakapan yang terjadi mereka hanya saling diam. Lily sangat bingung sehingga membuatnya tak tahan lagi.

"Ngapain, manyun terus sih dari tadi. Kenapa?" Tanya Lily sambil memegang lengan Juno.

"Enggak" jawab Juno cuek.

" Udah deh, ga usah ngajak perang terus pagi pagi gini. Kamu tuh kenapa sih? Harusnya kan aku yang marah karena di bohongi. Kenapa kamu yang nyebelin gitu sih!" Protes Lily atas tindakan Juno.

"Maaf, aku yang salah karena terlalu berharap sama kamu ly" jawab Juno sambil melepas sarung dan baju kokonya.

"Maksudnya?" Lily tak paham dan mengerutkan dahinya.

"Ungkapan perasaanku yang waktu itu pun belum mendapat jawaban pasti. Kamu hanya mengiyakan saat aku minta menjadi ibu sesungguhnya untuk Embun. Tapi untuk menjadi istri sejati. Ah, sudahlah aku yang salah. Aku terlalu banyak berharap darimu" Jawab Juno sambil berjalan keluar kamar.

Seperti tamparan keras Lily mendengar kata-kata itu dari Juno. Lily tak mengira jika Juno akan berpikir seperti itu tentang dirinya.

"Tunggu!!" Teriak Lily menghentikan langkah Juno.

"Terserah seperti apa opinimu kepadaku, itu tak penting buatku. Yang jelas aku akan selalu berusaha untuk menjadi istri dan Bunda yang baik" ucap Lily sambil menahan tangis dan berjalan menghampiri Juno.

Lily mengulurkan tanganya pada Juno lalu menjabat tangan Juno dan mencium punggung tangannya. Air mata Lily jatuh menetes dan mengenai tangan Juno. Juno kembali masuk ke kamar Embun sementara Lily memasak lagi di dapur.

Masih fokus dengan setumpuk cucian piring kotor Lily tidak mengetahui kedatangan Juno. Juno memeluk pinggang Lily dari belakang lalu mencium kepala Lily.

"Maafkan aku sayang, bisa sekarang kita berbaikan?" tanya Juno sambil memutar balik badan lily.

Naga yang kekar itu memiliki kebiasaan memamerkan otot ototnya di dini hari. Saat memeluk Lily, naga itu kian menjadi dan sang pemilik sudah susah untuk menahannya lagi. Deru nafas Lily yang terdengar merdu di telinga Juno semakin menambah gairahnya.

Sementara Lily, kehangatan dekapan itu nyatanya mampu membuat darahnya berdesir, pipinya memerah dan jantungnya berdegup kencang. Ada suatu keinginan untuk merasakan suatu kepuasan yang susah untuk di artikan.

Satu dua kali ciuman itu masih kaku, Lily hanya diam tanpa perlawanan. Tetapi Juno yang tak putus asa gencar mengajarkannya kepada Lily dan akhirnya Lily mampu membalas dengan perlawanan sengit. Terasa begitu nikmat dan menggoda, semakin panas di iringi desahan kecil dari bibir Lily.

Juno membopong lily memasuki kamar Lily yang berada dia lantai dua. Lampu itu hanya remang Embun pagi yang turun menambah dingin suasana. Badan mereka sudah saling tindih tanpa sehelai benang pun. Tatapan mesra pun saling mereka layangkan.

Dan...

"Bunda..... Papa....!!!" Teriak Embun sambil menangis di dalam kamarnya.