webnovel

Hari dimana Syahrah Bertemu Khaffi (Part Syahra)

Seperti sebuah keajaiban, disini aku diberi kesempatan untuk memenuhi layaknya impian seorang gadis muda, yang dulunya aku pikir mustahil. Melalui kesempatan jalur seleksi bersama ini aku bisa masuk Universitas Indonesia dengan bangga, dan menyandang gelar mahasiswa.

Hari itu aku masih ingat pula bagaimana hangatnya sinar mentari, bau asap kendaraan kemacetan hingga membuatku berlari dengan terburu-buru tak tentu arah, lalu lelaki bermata coklat yang duduk didalam mobilnya itu datang padaku dengan klakson mobilnya yang peking. Hingga, pandangan ku tiba-tiba gelap, dan hanya rasa sakit dibagian kepalaku yang terasa, membuat ku cukup pusing kala itu, wajah lelaki tampan itu tampak cemas berlarian menggendongku ke suatu ruangan yang berbau obat-obatan. Hingga, suara lembut lelaki itu pun membawa kesadaran ku kembali.

“Apa kamu baik-baik saja?” Sapanya seolah penasaran dengan keadaan ku, sembari menatapku dengan lembut.

Aku memegangi kepalaku, seolah rasa sakitnya berputar dikepalaku, sedetik ketika aku tersadar bahwa lutut dan kakiku juga penuh dengan luka, hingga rasa sakit itu membawaku sadar bahwa aku sedang disebuah ruangan pengap.

“Dimana aku?” Tanyaku pelan sembari menatap lelaki yang berdiri disamping tempat tidurku.

“Kamu sedang dirumah sakit, tadi tidak sengaja tertabrak oleh saya,maaf yaa. kamu berlari-lari saat melintasi jalan kenapa?” Jawabnya menjelaskan, seolah menyiratkan bahwa dia lelaki yang baik, wajahnya seolah merasa bersalah telah menabrakku (tidak sengaja).

Aku hanya diam, kaku, canggung, dan sungguh aku suka sekali memandangi matanya yang coklat hingga hatiku mengatakan ada yang salah dengan ku setelah ditabrak olehnya. Namun, karena semua yang telah dia lakukan padaku memaksa pikiranku seolah tak ada yang salah darinya. Tapi, apakah ini kali pertamanya menabrak seorang perempuan?

“Maaf sebelumnya saya lupa memperkenalkan diri, nama saya Muhammad Khaffi Adhjazair, kamu panggil saja Khaffi.” Katanya sembari menyodorkan senyuman manis hingga membuat hatiku bergetar.

“Nama saya Syahrah Afifah Mariah, Khaffi boleh panggil Syahrah.” Balasku sembari membalas senyumnya yang mempesona. Pipiku seketika terasa merah selama Khaffi mengantarku pulang, bahkan hari dimana aku ditabrak olehnya tak pernah aku sesali sampai detik ini. Meski pun, rasa sakit ditabraknya masih nyut-nyutan.

***