webnovel

An Eternal Endless World: That Begins with the Power of Divination

Yamamoto Mirai datang ke Kota Xeronia setelah perjalanan panjang dari Asterasia. Namun ternyata ia terikat oleh sebuah ramalan kuno yang sudah ada berabad-abad yang lalu. Mirai terpaksa menghadapi semua masalah yang datang dan mengubahnya sebagai orang yang paling berbahaya di kota. Ia dan teman-temannya, Gabriel Nathe, Nakamura Farza dan Nosaela Erika harus mengubah takdirnya sekaligus mencaritahu kebenaran dan dalang dari semua ini yang menyebabkan Mirai jadi sangat dibenci. Kekuatan misterius dari kristal yang sangat langka dan hanya satu di dunia.... Kristal Etern.

ruelNoYume · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

Perasaan Yang Terlupakan

Farza berubah pikiran secara tiba-tiba, itu hal yang mengejutkan. Tangannya yang terputus pun kembali beregenerasi seperti semula.

"Enderarl, kita tidak akan menahan diri lagi..." ucap Farza.

"Hm, kau memang selalu terburu-buru," lirih Enderarl.

"Tidak salah, kan?"

"Kau ini...."

"Haha...." Farza pun tertawa kecil mendengar celotehan Enderarl, "dengan ini aku akan menghabisimu dengan satu serangan," lirih Farza.

Mata Farza bersinar terang, ia mengerahkan telapak tangannya ke depan. Bola raksasa keluar dari tangannya, dan melesat menuju Farza.

"Kau ingin menyelesaikan ini semua?" lirih An.

"Eh?-"

An pun terkejut melihat kakinya terjebak oleh es.

"Kau terlalu lengah, An!" teriak Farza yang mengerahkan seluruh serangannya menuju ke arah An.

"Tidak secepat itu!"

An pun mengerahkan serangan sihir angin miliknya dan membelah serangan Farza hingga beberapa bagian.

"Erika sekarang!" perintah Nathe.

Cahaya emas pun menyelimuti tubuh Farza. Serangannya tiba-tiba ter-reverse dan membentuk seperti semulanya.

"Hiyahh!" teriak Farza.

"Tidak mungkin!" kesal An.

Ledakan dahsyat pun terjadi dan menyebabkan gua tersebutlah hancur hingga membuatnya tidak lagi berbentuk lagi. Untungnya Erika sebelumnya membuat gerbang dimensi miliknya berguna untuk melindungi mereka semua.

"Apakah sudah selesai?" lirih Farza yang bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Belum, kita harus mengembalikan Kona seperti semula. Kita harus memisahkannya dengan Azazel!" ucap Nathe.

"Hah, tenyata ulahku berdampak buruk sangat besar ya...." ucap Farza sambil menundukkan kepalanya.

Mirai pun menghampiri Farza dengan raut wajah penasaran. Raut wajahnya itu berubah seketika, ia lalu menampar Farza dengan keras hingga membuatnya tersungkur di atas tanah.

"Akhirnya kau sadar juga! Kau menghilang tanpa memberitahu kabar. Dan membuat keputusan ceroboh seperti ini?!" tegas Mirai yang marah padanya.

"Tamparan itu tidak buruk, terima kasih" ucap Farza sambil mencoba berdiri.

"Ah, aku tidak tau kenapa. Yang jelas maafkan aku telah menamparmu, anggap saja itu adalah balasan untuk semua apa yang kau perbuat,"

"aku hanya ingin membalaskan dendam. Semua orang yang ku cintai...."

"Hah? Jadi... jadi kau hanya memanfaatkan emosiku hanya untuk menolongmu melakukannya?!"

"Ti-tidak seperti yang kau bayangkan-"

"Tidak kusangka kau berpikiran seperti itu,"

"Mirai...."

Mirai pun berlari meninggalkan Farza lalu masuk menuju ruang dimensi milik Erika.

"Jangan terlalu berpikiran negatif, kalian dalam waktu dekat akan berbaikan lagi" ucap Nathe yang menenangkan Farza.

"Jika begitu, kenapa dia peduli padaku..." lirih Farza.

"Aku tidak tau. Dia sudah begitu semenjak waktu pertarungan dengan Azazel versinya Kona. Dia jadi tampak berubah sejauh ini..." ungkap Nathe.

"Azazel versinya Kona?" tanya Farza kebingungan.

"Ceritanya panjang sih. Jadi, apakah kau akan membantu kami untuk mengembalikan Kona seperti semula?"

"Soal itu, aku belum mengenal dan tau banyak tentangnya. Tapi, untuk balas budinya, aku akan membantu. Lagipula kita satu tim bukan?"

"Aku berharap kau tidak akan melupakannya. Kita akan bekerjasama.... Sebagai teman dan satu tim!" ucap Nathe sambil menjulurkan tangannya ke arah Farza.

Farza dan Nathe pun bersalaman membuat kerjasama diantara mereka berduaan.

"Ini untuk pertama kalinya kan," sahut Farza.

"Ya...."

Azera terbang menuju ke istana kerajaan untuk menemui Wren dan Raja Eins yang sedang melakukan reuni masa lalu mereka masing-masing. Sekaligus menghancurkan segalanya yang ia lewati.

Orang-orang berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri dari serangan brutal milik Azera. Para petualang yang berada disana pun turut melawan tindakan Azera. Namun itu semua percuma.

"Sial, dia terlalu kuat. Kita tidak akan bisa menghentikannya!"

"Andai saja petualang tingkat S berada disini. Jika iya, mereka akan lebih mudah menghadapinya...."

"Ini bukan waktunya mengeluh!"

"Dimana pasukan dari kerajaan? Apa yang sedang dilakukan oleh tuan Raja!"

Azera pun mengerahkan serangannya kearah para petualang itu. Ledakan dahsyat pun terjadi, membuat sebagian dari mereka terluka.

"Kekuatan bodoh yang kalian miliki, jangan harap menghadapiku," ucap Azera.

"Egh, sial...!"

"Rasakan ini!" teriak Mirai sambil menembakan Es ke arah Azera dan membekukannya.

"Hah, kau lagi...." keluh Azera.

Kekuatan Api miliknya melelehkan es tersebut, dan segera memulihkan tubuhnya.

"Kona, aku berjanji akan mengembalikan jati dirimu, dan memisahkan dirimu darinya...."

Sebelumnya di dimensi ruang dan waktu milik Erika.

"Mirai, maafkan aku, sudah membuatmu berpikiran seperti itu. Aku tau aku itu egois dan mementingkan diri sendiri daripada orang lain disekitarnya. Aku tidak tau lagi mau berkata apa...." ucap Farza.

"Tidak, kau seharusnya tidak perlu meminta maaf terlalu banyak," sahut Mirai.

"Tapi, hanya ini yang bisa kulakukan...."

"Aku tau itu, tapi aku menerima maafmu, aku akan tetap membencimu,"

"apapun, asalkan kau memaafkanku. Tidak apa...."

"Hah, baiklah."

...

Azera melesatkan serangan apinya menuju ke Mirai lalu ditangkis oleh serangan listrik hitam milik Nathe hingga membuat serangan itu meledak sia-sia di udara.

"Kukira kalian tidak berusaha untuk menghentikanku, ternyata aku salah...." ucap Azera.

"-Jadi rencana apa yang kalian siapkan sejauh ini?"

"Tidak buruk, hanya menyatukan kembali...." jawab Mirai.

Serangan tangan hitam milik Farza melilit tubuh Azera hingga membuatnya tidak bisa bergerak.

"Ini? Kalian ternyata mengalahkan An dan Luxie, aku terkejut, sumber kekuatanku jadi menghilang," ucap Azera.

"Ya! Dengan begini, kau tidak akan terlalu kuat untuk bisa menyangkalnya!" ucap Mirai.

"Hah, kenapa kalian membantu untukku. Membuatku menjadi normal seperti kalian, kurasa itu percuma."

"Dulu mungkin tidak. Tapi kau sekarang adalah teman kami, Erika dan Nathe lah yang menyelamatkanmu waktu itu,"

"Dan tetap oleh ku, tidak... oleh kita semua," potong Nathe.

"Nathe...?"

"Sebelumnya aku memang tidak terlalu tertarik, tapi kurasa aku menaruh rasa penasaran yang tinggi. Tidak, lupakan, itu agak aneh..." sambung Nathe.

"Aku benci melihat drama kalian..." lirih Azera sambil melesatkan serangan api menuju mereka bertiga. Namun serangan itu memudar sekaligus menghilang, dan ternyata Erika membuka gerbang dimensi tak terlihatnya untuk menghilangkan jejak serangan Azera.

"Menghilang? Ah, sekarang aku mengerti. Gadis kecil penguasa waktu itu," ucap Azera menduga hal tersebut.

"Kau jangan lengah!" teriak Nathe yang berada di atas Azera dan hendak menyerang dengan menggunakan serangan listrik miliknya.

"Kedua kalinya ya."

Azera lalu berpindah tempat sekaligus lepas dari belenggu dari tangan-tangan hitam milik Farza. Alhasil serangan Nathe mengenai tangan-tangan hitam milik Farza hingga hancur.

"Sial, dia bisa berteleportasi!" keluh Farza.

Nathe pun memijak permukaan tanah, "aku tidak menduga itu sebelumnya. Tapi kurasa kau bisa menguasai semua teknik apapun. Tidak, tidak semuanya," ucap Nathe.

"Kau barusan meledekku? Setelah kau membuat serangan mendadak seperti itu, menyedihkan!" ucap Azera.

"Kau memang banyak bicara ya, sudah kuduga kau memang Azazel. Kurasa penggabungan jiwa diantara kau dan Kona memang tidak sepenuhnya berhasil. Jika iya, sifat murni milik Kona akan memberontak terhadapmu, tapi sifat iblis mu menutupi semua itu," jelas Nathe.

"-Oh ya, Farza. Tanganmu yang putus itu kembali tubuh ya, aku bisa berharap kau akan menjadi tumbal," sambungnya.

"Hah? Apa maksudmu tumbal?!" kejut Farza yang kebingungan dengan perkataan Nathe.

"Tidak, maksudku kita sekarang tidak akan menahan seluruh kemampuan kita," jelas Nathe sambil mengepal dan mengulurkan tangannya ke arah Farza.

"Aku tidak mengerti, tapi ide ini akan bagus, teman" ucap Farza sambil adu tos dengan Nathe.

"Ya, karena untuk itulah kenapa itu dibuat," ucap Nathe sambil tersenyum lalu memandang kearah Azera.

"Mirai, Erika... kalian harus menjalankan rencana yang kita buat, pergi menuju perpustakaan terlarang dan mencari tau sihir yang digunakan untuk memisahkan Kona dengan belenggu Azazel. Setelah itu kita akan mengurus yang selanjutnya," perintah Nathe.

"Baik kak!" sahut Erika.

"Aku serahkan pada kalian," ucap Mirai.

Mirai dan Erika akhirnya pergi menuju perpustakaan terlarang yang sebelumnya mereka bahas sebelumnya dan mencari keberadaan informasi tentang bagaimana memisahkan jiwa antara iblis dan jiwa manusia.

Nathe dan Farza membuat kerjasama untuk mengundur waktu Azera. Farza kini berubah menjadi Half-Ender seperti yang ia lakukan disaat melawan Penyihir An.

"Ayo kita lakukan, Farza!"

"Baik!"