webnovel

An Eternal Endless World: That Begins with the Power of Divination

Yamamoto Mirai datang ke Kota Xeronia setelah perjalanan panjang dari Asterasia. Namun ternyata ia terikat oleh sebuah ramalan kuno yang sudah ada berabad-abad yang lalu. Mirai terpaksa menghadapi semua masalah yang datang dan mengubahnya sebagai orang yang paling berbahaya di kota. Ia dan teman-temannya, Gabriel Nathe, Nakamura Farza dan Nosaela Erika harus mengubah takdirnya sekaligus mencaritahu kebenaran dan dalang dari semua ini yang menyebabkan Mirai jadi sangat dibenci. Kekuatan misterius dari kristal yang sangat langka dan hanya satu di dunia.... Kristal Etern.

ruelNoYume · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

Kenyataan Yang Sebenarnya

"Kak Mirai, Awas!" teriak Erika sambil mendorong tubuh Mirai hingga membuat mereka berdua tersungkur keatas tanah.

Nathe mengalihkan perhatian Azera, ia melesatkan serangan petir hitam miliknya ke arahnya. Azera menyerap lalu mengembalikan serangan Nathe. Ledakan terjadi menghancurkan permukaan tanah.

"Apa yang terjadi? Erika?" kejut Mirai setelah sadar dari lamunannya.

"Syukurlah kak Mirai sudah sadar, kakak terkena teknik ilusi miliknya. Aku kira itu berefek pada kakak…." jelas Erika. 

"Ilusi?"

"Ya, beberapa saat yang lalu. Kakak melupakannya?"

"Aku sama sekali tidak menyadarinya…. Aku merasakan jika efek ilusi itu benar-benar terjadi padaku. Tidak, itu benar-benar terjadi."

Erika pun terkejut mendengar perkataan Mirai, "jadi, dia berhasil menggunakannya sebelum Kak Nathe menyerangnya?"

"Tapi tak apa…."

"Huh?"

"Aku berhasil mengatasinya sendiri, kau tidak perlu khawatir, yang ada aku yang khawatir padamu" ucap Mirai sambil memegangi kepala Erika.

"Ah, eh kak Mirai hentikan!" resah Erika sambil menghalau tangan Mirai yang memegangi kepalanya.

"Maaf, aku masih bisa melihatmu. Jadi aku bersyukur…. Erika, tetaplah hidup!"

"Em, kakak bicara apasih, aku tidak mengerti" tanya Erika yang makin kebingungan akibat perkataan dari Mirai.

"Tidak, mari kita lupakan hal itu. Nathe sedang dalam bahaya, kita harus membantunya!"

"Baiklah!"

Nathe menghindari serangan demi serangan balik dari Azera. Serangan itu menyebabkan permukaan tanah menjadi hancur membentuk kawah-kawah kecil. Duri-duri es melesat kearah Azera. Azera mengetahuinya lalu melesatkan bola api ke arah serangan dan spontan meledak di udara. 

"Hah…. Kalian menganggu rencanaku…." lirih Azera.

Tiba-tiba Nathe berada di sampingnya sambil mengarahkan pedang petir nya ke arah Azera, berniat hendak menyerang. Azera mengetahui hal tersebut, ia menangkap pedang milik Nathe lalu mematahkannya. Azera menghempaskan Nathe hingga membuatnya menabrak bangunan-bangunan hingga hancur.

"Kak Nathe!" teriak Erika histeris. Erika berpindah tempat kesamping Azera sambil mengepalkan tangannya. Namun niat Erika gagal, Azera mengangkat kerah bajunya lalu menghempaskan nya hingga menabrak permukaan tanah dengan keras.

"Erika!" teriak Mirai.

Azera melesatkan duri-duri tajam ke arah Erika. 

"Aku tidak akan membiarkan mu menyakiti Erika!" teriak

Mirai yang lalu menyemburkan es ke arah serangan Azera. Duri-duri itu pun membeku didalam es padat. Lalu jatuh menghantam permukaan tanah.

"Erika kau tidak apa-apa?" ucap Mirai menghampiri Erika.

"Iya, aku tidak apa-apa" sahut Erika. Mirai membantunya berdiri.

Permukaan Es padat itu pun terbelah menjadi dua secara vertikal, angin tajam melesat kearah mereka berdua. Mirai menyadari akan hal itu, "awas!" teriak Mirai lalu mendorong Erika.

Darah bercipratan kemana-mana. Tangan kiri Mirai terluka cukup parah dengan kulit yang terbelah. "Egh…." rintih Mirai menahan rasa sakit.

"Kak Mirai?!" ucap Erika yang lalu menghampirinya.

"Reflekmu ternyata kuat juga ya, kurang sepersekian detik lagi, mungkin tubuhmu sudah terbelah dua." ungkap Azera yang melihat Mirai yang meringis kesakitan.

"Luka kakak cukup parah…." ungkap Erika yang sambil mengarahkan telapak tangannya ke arah Mirai. Luka milik Mirai perlahan menyatu kembali darah-darah yang bercipratan kembali ke dalam tubuh Mirai. 

"Kau mencoba untuk me-reverse lukanya? Takkan ku biarkan!" ucap Azera sambil hendak menyerang Erika. Namun serangannya gagal, Nathe menendang Azera dan menghantam permukaan tanah dengan keras.

"Kak Nathe?" 

"Erika, kau fokuskan pengobatan mu terlebih dahulu" perintah Nathe.

"Hem!" Erika menganggukkan kepalanya. Luka Mirai pun sembuh berkat Erika.

"Erika, terima kasih." ucap Mirai berterima kasih pada Erika.

Azera mulai berdiri, "Hahaha!" Ia tertawa keras seakan seperti orang gila. "Itu tadi sakit bodoh!" pekiknya sambil melesat ke arah Nathe.

"Tidak akan kubiarkan kau semena-mena!" tegas Nathe. 

Nathe menahan pukulan Azera lalu melesatkan serangan petir ke arahnya. Azera menghindari serangan tersebut lalu melesatkan serangan api ke arah Nathe. Ledakan-ledakan pun terjadi membuat debu-debu melayang menutupi pandangan mereka berdua.

"Rasakan ini!" teriak Azera yang tiba-tiba berada di atas Nathe. Nathe pun menghindari pukulan Azera. Pukulan Azera pun sia-sia menghantam permukaan tanah hingga retak. 

Nathe tidak tinggal diam, ia membuat pola petir diatas langit lalu menghantamkannya kepada Azera. Serangan itu pun berhasil mengenai tubuh Azera.

"Erika sekarang!" teriak Nathe.

"Baik!" sahut Erika. Serangan Nathe menjadi tak terbatas berkat bantuan Erika. Serangan bertubi-tubi itu menghantam tubuh Azera secara cepat dan tanpa ampun.

Tiba-tiba serangan angin meledak, menghempaskan serangan Nathe. Mirai menahan tubuh Erika yang hampir terbawa hempasan angin barusan. Erika merasakan pusing karena kehabisan energi magisnya akibat terlalu banyak menggunakan kekuatan yang besar.

"Hah…. Aku kira aku akan mati akibat serangan barusan." ucap Azera dengan santainya. Tubuhnya sudah tidak berbentuk lagi akibat serangan Nathe yang menghantamnya. Perlahan tubuhnya mulai beregenerasi seperti semula.

"Tidak mungkin!" kejut Mirai yang seakan tidak percaya.

"Kau seharusnya jangan terlalu meremehkan orang!" ucap Azera.

"Seharusnya aku tidak berhadapan dengan kalian semua, itu membuang waktuku yang berharga. Lagipula harusnya kalian sadar, membiarkanku terlalu lama disini bisa membunuh teman kalian sendiri." sambungnya.

"Membunuh teman kami? Apa yang kau maksud?" tanya Mirai.

"Hah…. Kukira dia teman kalian…." lirih Azera.

"Teman?" 

Azera lalu merentangkan kedua tangannya. Hempasan angin kuat menghantam ke segala arah menghancurkan segalanya yang ada. Bahkan menghancurkan sebagian kota dengan sangat cepat.

"Egh…." Mirai menutupi pandangannya dari serangan itu sambil memegangi tubuh Erika. Namun serangan Azera terlalu kuat, mereka berdua terhempas kebelakang terbawa angin.

….

"Tuan! Sesuatu barusaja menghancurkan sebagian kota dengan sangat cepat. Kita harus mengevakuasi warga agar menjauh dari tempat itu!" ucap seorang prajurit kerajaan menghadap ke Sang Raja.

"Cih!" 

"Tuan, sepertinya itu bukanlah serangan biasa, aku merasakan ada kekuatan iblis disana…." ungkap penyihir kerajaan.

"Kekuatan Iblis?" kejut sang Raja.

"Kekuatan dari Raja Iblis Azazel…." jelas penyihir kerajaan itu.

"Bagaimana bisa Azazel berada di kota ini!?"

"Sepertinya seseorang memanggil iblis itu ke dunia. Entah apa tujuannya, yang pasti ia sudah mempersiapkan semuanya. Kekuatan Azazel berada di dalam tahap yang sempurna, hal ini sangat berbahaya. Dan juga, beberapa hari yang lalu aku pernah merasakan kekuatan seperti itu sebelumnya." ungkapnya.

"Jika begini, kita harus mempersiapkan semuanya-"

"-Perintahkan kepada seluruh prajurit yang lain untuk mengevakuasi korban dan warga yang berada disana!" perintah sang Raja kepada prajurit yang berada di hadapannya.

"Baik!" sahut prajurit itu.

"Apapun itu, kita harus menghentikannya!" sambungnya.

Farza berada didalam gua tempat persembahan pemanggilan Azazel. Perlahan rambutnya memutih karena terlalu banyak kehilangan Mana akibat terus diserap oleh mereka.

"Arghhh….. Ahhh!" teriaknya yang merasa kesakitan.

"Tidak kusangka kekuatan Enderarl sekuat ini. Kalau dari awal tidak ada gangguan, mungkin kau tidak akan banyak kehilangan kekuatanmu" ucap Wren yang duduk di hadapan Farza.

Penyihir itu berhenti sejenak menyerap kekuatan Farza.

"Hah….hah…. Takkan kubiarkan kalian merenggut semuanya dariku!" tegas Farza.

"Berpikirlah didalam akal sehatmu. Kau tidak akan pernah bisa kemana-mana. Dengan keadaan tubuhmu dirantai begini, kau mau bagaimana? Apa yang bisa kau lakukan?" ucap Wren yang tidak ingin berbasa-basi.

"Masalah yang kalian perbuat, merenggut semua apa yang kumiliki! AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA!" pekik Farza.

"Arghhh…. Aaahhhhh!!!!" teriak Farza menahan rasa sakit akibat kekuatannya kembali diserap.

"Aku jadi kasihan padanya….." ucap Lixue memotong.

"Ya, untuk itu, sebenarnya aku juga kasihan padanya untuk sesaat-" sahut Wren.

"-Lagipula kita tidak sengaja melakukannya, itu semua juga karena takdir berkehendak. Takdir yang akan menjadi mimpi buruk bagi semua orang…."

"Waktunya kita pergi….."

….

"Erika, kau tidak apa-apa?" tanya Mirai kepada Erika.

"Tidak aku tidak apa-apa, bagiamana dengan Kak Nathe?" jawab Erika dan langsung bertanya keadaan kakaknya.

"Soal itu-"

Mereka tidak melihat apapun, debu masih menutupi pandangan. Angin kuat tidak lagi berhembus, jadi ada kesempatan untuk bisa melihat keadaan setelah debu menghilang dari pandangan.

Sepertinya Azera sudah pergi dari sini. Apa yang dia incar sebenarnya? Aku sama sekali tidak mengerti. Aku mulai berdiri dan menutupi sebagian pandanganku agar terhindar dari debu-debu yang berterbangan.

"Kak Mirai mau kemana?" tanya Erika.

"Tidak, aku hanya memastikan keadaan yang terja….di-"

Semuanya hancur dan juga berantakan. Rumah-rumah penduduk hancur akibat serangan angin milik Azera. Semuanya langsung berubah menjadi sangat mencengangkan. Asap-asap menjulang tinggi ke atas langit. 

"Semuanya hancur…." lirih Erika.

"Kalian berdua tidak apa-apa?" tanya Nathe yang berjalan menghampiri aku dan juga Erika.

"Nathe? Tidak, kami tidak apa-apa…." jawabku.

"Syukurlah, yang terpenting kalian tidak apa-apa" ucap Nathe.

"Ngomong-ngomong kemana Azera pergi?" tanyaku.

"Soal itu, aku merasakan ia pergi menuju ke istana kerajaan. Sepertinya ia mengincar orang-orang yang berada disana-" ungkap Nathe.

"Kita harus menyelamatkan kak Kona!" usul Erika menyela pembicaraan.

"-Sebelum itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu tujuannya dan orang yang menjadi dalang dari semuanya!" sambung Nathe.

"Teman, jangan-jangan…. Kita hari ini tidak melihat Farza sama sekali. Apa mungkin yang ia maksud adalah Farza?!" ucap Mirai secara spontan.

"Farza memiliki aroma yang kuat dan mirip seperti milik Azera. Ada kemungkinan besar kekuatan milik Farza berperan penting," selidik Nathe. Ia lalu membuka topeng yang dipakainya. "Aku akan menyebarkan aura magis milikku. Hal ini akan membuatku bisa merasakan kekuatan lain yang berada disekitar sini," ungkap Nathe.

"baiklah, aku menemukan keberadaannya…."

"Kau menemukan keberadaan Farza saat ini?" tanya Mirai.

"Tepat sekali, kita tidak perlu berfokus kepada Azera. Tapi kita akan berfokus pada orang yang menjadi dalang dibalik semua ini. Dengan begitu, kemungkinan besar kita bisa memisahkan Azazel dengan Kona!" jelas Nathe.

"-Erika, gunakan teknik ruang waktumu kita akan pergi ke tempatnya!" pintanya.

"Baik!" sahut Erika yang lalu memunculkan portal dimensi ruang dan waktu di hadapannya.

"Baiklah, kita akan pergi. Ayo!" 

Mereka bertiga akhirnya memasuki Portal tersebut dan pergi menuju tempat keberadaan Farza.

….

"Tidak mungkin…. Dia adalah Azazel?" kejut sang Penyihir saat melihat Azera berada di depan istana.

"Wah kedatanganku ternyata disambut dengan begitu baik ya…." ucap Azera sambil tersenyum menyeringai.

Seseorang muncul dihadapan Penyihir dan sang Raja.

"Lama tidak berjumpa…."