webnovel

An Eternal Endless World: That Begins with the Power of Divination

Yamamoto Mirai datang ke Kota Xeronia setelah perjalanan panjang dari Asterasia. Namun ternyata ia terikat oleh sebuah ramalan kuno yang sudah ada berabad-abad yang lalu. Mirai terpaksa menghadapi semua masalah yang datang dan mengubahnya sebagai orang yang paling berbahaya di kota. Ia dan teman-temannya, Gabriel Nathe, Nakamura Farza dan Nosaela Erika harus mengubah takdirnya sekaligus mencaritahu kebenaran dan dalang dari semua ini yang menyebabkan Mirai jadi sangat dibenci. Kekuatan misterius dari kristal yang sangat langka dan hanya satu di dunia.... Kristal Etern.

ruelNoYume · Fantasy
Not enough ratings
16 Chs

Kekuatan Sempurna Azera

Sehari sebelumnya….

"orang-orang berjubah misterius seringkali menampakkan diri mereka di kerajaan ini, dan rumornya banyak orang hilang belakangan ini. Mungkinkah, mereka adalah dalang dari hilangnya orang-orang belakangan ini?!" Beberapa warga desa sedang mengobrol satu sama lain, didalam sebuah gubuk yang terbaut dari anyaman tumbuhan.

Tetua desa meminum jamuan yang dihidangkan, "hmm….  Mereka mungkin orang-orang yang berbahaya, kejadian ini berulangkali terjadi pada malam hari.  Kita harus melakukan pengetatan di daerah desa, kunci rumah-rumah kalian. Jaga agar anak dan istri kalian aman." 

"~Malam ini juga kita akan melakukan patroli, kita akan menangkap orang-orang yang meresahkan itu….!" Setelah sekian lama berbincang, mereka semua bersekukuh untuk melakukan rencana penangkapan bawahan Wren yang menangkap orang-orang untuk dijadikan tumbal pembangkitan Wren. Malam hari pun tiba-tiba, para penduduk desa membawa sebuah obor ditangan mereka masing-masing sebagai penerangan.

"laporkan jika menemukan sesuatu yang mencurigakan di desa!"  

Mereka membentuk formasi tim terdiri dari empat orang berpencar di seluruh penjuru desa. Desa itu merupakan tempat incaran Wren untuk orang-orangnya dijadikan tumbal, karena jauh dari pusat kerajaan dan keamanan. Jadi, sangat mudah baginya dan anak buahnya menangkap dan menjadikan roh mereka budak persembahan untuk para iblis.

Di tengah kegelapan, beberapa orang berjubah hitam tertutup hendak memasuki desa. Beberapa penduduk desa melihat mereka semua, rencana yang di buat pun berhasil. Salah satu dari mereka pergi memberikan laporan kepada yang lainnya.

"Itu mereka….!"

"Mau apa kalian datang ke desa kami!?" tanya salah satu warga desa kepada sekelompok orang berjubah hitam itu. Salah satu dari mereka mengeluarkan sebilah pedang lalu mengarahkannya kearah warga desa. "Jangan menghalangi kami, tidak…. Maksudku, terima kasih sudah repot-repot datang menemui kami" ucapnya dengan senyum menyeringai.

Keadaan desa tampak kacau, darah-darah menggenangi permuka tanah. Bahkan kini desa itu telah menjadi lautan darah sekarang. Orang-orang tewas dibantai oleh anak buah Wren yang akan menjadikan mereka semua tumbal persembahan ke para Iblis.

Sekelompok orang itu kini tiba ke gua tempat persembahan. Terlihat Wren berada didalam gua tersebut. Menunggu anak buahnya membawakan mayat-mayat ke hadapannya. "Hahaha! Bagus, bagus! Kalian berhasil membawa dua puluh orang lagi….!" ucap Wren yang senang. Anak buahnya menumpuk mayat-mayat itu ke tempat yang disediakan. "Enam puluh enam orang tumbal sudah disiapkan! Saatnya kita mulai ritualnya!"

Angin berhembus sangat kencang diluar ditambah lagi hujan deras mengguyur permukaan tanah. Terlihat 3 orang penyihir termasuk Wren berdiri melingkari sebuah obor raksasa dihadapan mereka masing-masing. Mereka mengangkat kedua tangan mereka masing-masing, diikuti oleh beberapa anak buah Wren. 

Darah-darah mengalir menggenangi permukaan tanah, bergerak membentuk sebuah simbol pentagon raksasa yang terbentuk di sekeliling obor. "Wahai dewa agung yang membuka jalan menuju kematian dengan alam jiwa. Dreadlord, izinkan kami mempersembahkan enam puluh enam tumbal untuk membuka segel para iblis, Azazel…."

….

"Dimana aku? Hah, umm….. Semuanya terang, aku tidak bisa melihat apapun. Apa yang sebenarnya terjadi padaku…."

Latar belakang kini berubah menjadi ruangan yang gelap nan hampa. Tubuhnya terikat. Ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Sesuatu mendatanginya, sesosok yang menyeramkan, sesosok iblis. 

"Sepertinya kau menggangguku…. Jiwa-jiwa liar dari dunia lain memang merepotkan"

"Si-siapa kau?"

"Kita akan berbagi tempat ditubuh ini…. Dan menjadi iblis selamanya! Hahahahaha!" 

Jalanan sangat basah sekarang. Hmm…. Sepertinya aku salah, aku memang terlambat. Aku melihat Kona dan Erikka sedang duduk didekat pohon besar tempat yang kami janjikan untuk berkumpul. Namun tiba-tiba, Nathe tiba-tiba muncul dihadapanku.  "Eh…." aku secara tidak sengaja menabraknya.

"Aduh, apa yang kau lakukan!" kesalku.  Dia membuka topeng miliknya, "hmm…. tidak ada, menurutku kau jangan dulu menemui mereka sebelum aku." 

"Hah? Apa maksudmu?" tanyaku setelah mendengar perkataan anehnya itu. "Jadi begini, aku tau kau akan terlambat, jadinya aku sengaja tidak menemui mereka sebelum kau berangkat kesini. Untuk jaga-jaga Erikka melakukan sesuatu" jelasnya.  Jadi begitu, dia sudah merencanakan ini.

"~ayo ikut denganku…." ucapnya sambil menarik tanganku. "Eh ehhh…."

"Itu mereka…." ucap Kona setelah melihatku bersama Nathe menemui mereka berdua.

"Kak Mirai kok terlambat. Memangnya ada apa?" tanya Erikka.

"Eh itu-"

"Kami berdua tersesat di perjalanan menuju kesini, ditambah lagi badai belalang menghalangi jalan kami. Jadi makanya kami berdua terlambat" potong Nathe berbohong kalau sebenarnya aku dan dia tersesat karena diserang segerombolan belalang, aku tidak yakin ini berhasil.

"Oh? Weee…. Menggelikan!" ucap Erikka setelah mendengar perkataan bohong dari Nathe.

Namun sepertinya perkataan Nathe tidak dipercaya oleh Kona,  dia seperti menunjukan ekspresi kalau 'Dia bohong, dia bohong'. Eh sepertinya iya. "Tunggu dulu, aku tidak melihat kalau kalian juj-"  aku berlari menuju Kona lalu menutupi mulutnya.

"Heh? Kak Mirai kenapa?" tanya Erikka kebingungan dengan tingkah anehku. Aku pun meneguk air liurku sendiri, kebohongan ini tidak berjalan terlalu baik. "Eh, anu…. Ehehe, tadi…. tadi itu…." jawabku agak terbata-bata. 

"Ah, begitu ya." pikir Nathe. Eh?

"~Biarkan si Mirai, dia agak aneh setelah tersedak seekor belalang." lanjut Nathe berbohong lagi. Kebohongannya membuat harga diriku turun~

"Mirai, bisakah kau melepaskan tanganmu itu…." gumam Kona. "Eh iya-iya maaf…. ssshhh" ucapku sambil berdesis. Kona mulai berdiri, "Aku mengerti…."

"Ingat yang aku katakan kemarin, yap…. Yang kita tau, Kona sebenarnya belum benar-benar bisa dibilang bebas dari belenggu Azazel" ucap Nathe menjelaskan.

Kami berempat melakukan pertemuan untuk membebaskan putri Kona dari belenggu Azazel. Karena hal itu bisa menyebabkan kekacauan besar nantinya di kota ini. Kerajaan Oxora akan hancur jika hal ini terus terjadi. Ya, walaupun kami belum mengetahui caranya.

"~Tapi kita harus merahasiakan keberadaan Kona, jika ia sampai diketahui oleh sang raja, kita tidak akan tau apa yang akan terjadi selanjutnya." lanjut Nathe. 

"Jika raja tau dan mencelakakan kak Kona, aku akan menjebaknya didalam lingkaran waktu!" ucap Erikka. 

"~Erikka…. Sepertinya itu agak sedikit aneh, kita akan berfokus pada Azazel. Kita tidak tau kapan dia akan bangkit lagi…. "

"Ah baiklah" gumam Erikka. Erikka tampaknya terlalu bermain-main, ya karena dia masih seumuran anak kecil. Mengantisipasi kebangkitan Azazel sangatlah penting, tapi kami berempat hanya menunggu. 

Raja kerajaan Oxora, Eins. Ia dan seorang penyihir yang bersama bola sihir sedang memata-matai keberadaan Mirai. "Tuan, kita harus melenyapkan perempuan itu. Jika tidak kerajaan ini akan hancur atas ulahnya." ucap sang penyihir.

Sang Raja meneguk segelas teh miliknya lalu menaruhnya kembali di atas meja. "Kalau ramalan itu benar, apa boleh buat. Setelah kita aku mengetahui pembicaraan mereka, sepertinya kita akan menargetkan iblis itu juga. Kita tidak ingin memperbanyak serangga di kota ini." ucapnya.

"Tapi mereka berempat bukanlah orang-orang biasa, tuan. Nathe dan Mirai adalah anggota serikat. Semua orang tau, seleksi disana sangat ketat dan lumayan berat. Dan ditambah lagi anak kecil yang bisa menguasai waktu." jelas sang penyihir raja. 

"Aku tau apa yang akan kita lakukan…."

"Egh…. Sakit….!"  

Kona memegangi perutnya menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul. "Eh kak Kona ada apa?" tanya Erikka yang khawatir pada Kona yang merintih kesakitan. Semua orang seketika kebingungan dengan apa yang terjadi pada Kona.

"tubuhku, rasanya sangat sakit…. Apa yang terjadi….Egh." rintih Kona.

"AAAAARRRRGGHHH….!!!!" 

Teriak Faza kesakitan seluruh kekuatan Enderarl dikuras oleh Wren untuk melengkapi persembahannya. "Akan kubuat semua orang menderita atas perbuatan mereka sendiri!" ucap Wren. Wren berjalan ketengah-tengah simbol khusus itu lalu mengangkat kedua tangannya. Seluruhnya bercahaya sangat terang.

"ini asupan untukmu, wahai Azazel!" 

Seketika kami kebingungan dengan Kona yang tiba-tiba merasakan rasa sakit. Apa itu? Apa yang terjadi padanya? "Kona bertahanlah!" ucap Nathe yang memegangi tubuhnya. Aura aneh mulai muncul dari tubuh Kona. Aura hitam pekat keluar dari tubuhnya.

"Erghh, ahhhhh!" desah Kona. Ia terus merintih menahan rasa sakit. Matanya tiba-tiba berubah menjadi merah bercahaya. Seketika kami terkejut melihatnya, Kona menghempaskan angin yang sangat kuat. Angin itu menghempaskan kami semua kebelakang.

"Kak Kona! Apa yang terjadi padamu?!" teriak Erikka yang mulai berdiri dari tempatnya. Aku tidak tau pasti apa yang terjadi, tapi jangan-jangan dia sudah dikendalikan oleh Azazel!? Kona berdiri dihadapan kami sambil tersenyum menyeringai. Matanya merah bercahaya membuat keadaan menjadi berubah. 

"Ahahahahaha! Akhirnya aku bisa seutuhnya!" ucap Kona sambil tertawa. Kali ini suaranya tidak berubah menjadi iblis. "Apa yang kau lakukan pada Kona?!" teriakku.

Ia tersenyum lebar, "hoh? Apa yang terjadi padanya? Dia siapa? Inilah wujud asliku! Aku sekarang bukanlah Azazel ataupun Kona. Aku adalah mereka berdua, versi paling jahat. Perkenalkan aku Azera. Wujud ini adalah wujud asliku!" ungkapnya.

"Azera?! Tidak mungkin…." kejutku mendengar perkataannya.

"mudah saja, kau hanya harus mengetahui ini. Jiwa kami sebenarnya sudah lama menyatuh! Sebenarnya jiwa ku yang satunya belum mati, tapi hanya tertidur…. Hahaha! MENGGUNAKAN SELURUH JIWAMU ITU HAL YANG TERBAIK BUKAN?! HAHAHA!!!!" teriak Azera sambil tertawa membuat angin berhembus kencang. Ia lalu mengerahkan telapak tangannya ke arahku. Sebuah bola hitam dilesatkan, Nathe membelokkan nya keatas langit dengan petir miliknya. Ledakan besar tak terelakkan. Angin berhembus kesana kemari.

"Ledakkannya sangat kuat, dia mungkin terlalu kuat" batinku. 

"Takkan ku biarkan kau mengambil alih tubuh Kak Kona….!" pekik Erikka yang berlari ke arah Azera.

"Erikka!" teriak Nathe.

"Hiyahh!!!" Erikka berpindah sangat cepat kehadapan Azera. "Wah…. Menggunakan kekuatan waktu untuk berteleportasi ya…." ucap Azera yang lalu menahan tangan Erikka. "Eh?" Erikka terkejut dengan reflek yang dimilikinya.

"Kau hanya menganggu" ucap Azera yang lalu menghempaskan tubuh Erikka kebelakang. Dengan cepat Nathe menangkap tubuh Erikka yang terpental.

Aku tidak akan diam dengan situasi seperti ini. Mengubah mode kedalam mode es, lalu melesatkan semburan salju ke arah Azera, berniat untuk membekukannya. Ia menoleh kearahku, lalu membalas seranganku dengan semburan api. Uap panas pun meledak ke segala arah menutupi pandangan.

Tiba-tiba bola api raksasa melesat ke arahku. "Sial, aku tidak bisa menghindari ini!" Serangan petir meledakkan serangan milik Azera. Membuat partikel api melayang kemana-mana. Aku tidak dapat berkutik saat itu.

"Kona, kumohon sadarlah!" teriakku.

Azera melompat dalam melesat di atas langit, tepat diatas kota. "Woah, cantiknya! Lebih cantik kalau kota ini hancur! HAHAHAHA!!!!" Ia lalu mengarahkan telapak tangannya, lalu menembakan laser ke segala arah. Ledakan pun terjadi, orang-orang pun panik.

"Kita harus menghentikannya!" ucap Nathe yang melesat ke arah Azera. Ia mengeluarkan petir hitam ditangan kanannya lalu melesatkannya ke arah Azera. Azera mengetahuinya dan menghindarinya, serangan Nathe meledak sia-sia di udara.

"Kau jangan menggangguku!" tegas Azera sambil mengangkat tubuh Nathe tanpa menyentuhnya.

"Ergh…." 

Azera pun melemparkan tubuh Nathe kebawah sampai menabrak bangunan-bangunan yang ia hantam.

"Kak Nathe!" teriak Erikka.

"Sudahlah, kalian jangan menganggu rencanaku…. Targetku bukanlah kalian semua." ucap Azera. 

"Heh? Apa yang kau katakan? Kami tidak akan diam saja disaat teman kami dalam bahaya!" tunjuk Mirai kepada Azera. Azera seketika terkejut mendengar ucapannya.

"Ah, begitu ya. Kau akan menyesal berkata seperti itu!" ucap Azera yang lalu melesatkan semburan api ke arah Mirai.

"Aku tidak akan kalah darimu!" teriak Mirai lalu melesatkan bongkahan es kearah Azera. Ledakan pun terjadi, es serangan Mirai berubah menjadi uap panas ketika mengenai serangan Azera. 

"Ternyata kau punya nyali juga ya, tapi aku tidak akan diam saja…." ucap Azera yang lalu berpindah tempat kehadapan Mirai. Azera menghantamkan pukulannya ke arah Mirai. Mirai pun terpental dan terkapar dipermukaan tanah.

"Ergh…." 

Azera mengarahkan telapak tangannya ke arah Mirai yang sedang terkapar diatas tanah. Dari telapak tangannya, muncul bola api yang hendak ia lesatkan ke arah Mirai.

"Egh…. Ah!" Erikka berlari menuju ke arah Azera, hendal menyelamatkan Mirai yang dalam bahaya. "Menjauhlah dari Kak Mirai!" teriaknya. Dengan cepat Erikka menghentikan waktu, dan memukul wajah Azera dengan keras. Waktu kembali berjalan, Azera terpental menghantam permukaan tanah dengan keras. Wajah yang setengah hancur akibat hantaman Erikka beregenerasi seperti semula.

"Apa?!" kejut Erikka seakan tidak percaya melihatnya memulihkan lukanya dengan cepat.

"Kau terkejut bukan? Hahaha! Anak kecil seperti mu punya nyali yang besar juga ya, tapi aku tidak terkejut dengan nyalimu itu"

Mata Azera tiba-tiba menyala terang, cuaca yang semula cerah kini menjadi sangat gelap.

"A, aa…." Erikka terbelalak melihat Azera yang mendekatinya. 

Mirai tidak tinggal diam, ia berlari menghampiri Azera hendak menyerangnya. Namun sayang, Mirai terpental oleh hempasan serangan angina dari Azera. "Uhuk, uhuk…. Ergh, Erikka lari!" teriaknya.

"Hiyahh!" Erikka kembali menghentikan waktu. Lalu berlari menuju Azera untuk menyerangnya, Azera tiba-tiba bergerak. Ia bisa bergerak di dalam dimensi diam milik Erikka. "Egh, bagaimana bisa…." kejut Erikka tidak percaya.

"Jangan terlalu meremehkanku…." ucap Azera yang lalu menendang tubuh Erikka hingga terkapar dipermukaan tanah. "Uhuk, uhuk…." ia mengeluarkan banyak darah dari mulutnya. Waktu kembali berjalan, betapa terkejutnya Mirai melihat Erikka tiba-tiba terkapar.

"Erikka!" teriak Mirai.

Azera mengangkat tubuh Erikka. Mengeluarkan angin pembunuh yang melesat ke arahnya. Darah bercipratan kemana-mana, angin itu menyayat tubuh Erikka dari belakang, dari atas sambil ke bawah.

"Ergh…." Darah segar keluar dari mulutnya. Serangan itu hampir membelah dua tubuh Erikka. Padangannya memudar, Erikka tewas seketika. Azera melepaskan tubuhnya, dan menghantam permukaan tanah dengan keras.

Mirai terbelalak melihat Azera membunuh Erikka ditangannya. "Yap, penganggu sudah lenyap, saatnya aku akan membunuhmu!" ucap Azera yang berjalan menuju Mirai.

Mirai mulai berdiri, hendak berlari dari genggaman Azera. Ia bahkan tidak dapat bergerak setelah melihat kematian Erikka yang begitu tragis. Tanpa basa-basi, Azera melesat ke arah Mirai, lalu membelah perutnya. Mirai kembali terkapar, darah segar mengalir menggenangi permukaan tanah.

Hangat, rasanya hangat. Aku tidak dapat bergerak. Apakah itu adalah darahku? Aku tidak menyangka ini adalah akhir bagiku. 

"Egh, sakit, sakit, sakit, sakit" Rasanya sangat sakit, kakiku terasa dingin, detak jantungku mulai lemah. Darah-darah mengalir keluar dari mulutku. 

Dengungan aneh bersarang di pikiranku, pandanganku memudar. "Aku tidak bisa melihat apa-apa!"

"Apakah aku sudah mati?"