webnovel

AMAZING 5: THE METEOR

Jatuhnya meteor berwarna biru-hitam yang berukuran 2× bola basket itu membuat keadaan menjadi sangat rumit. Merubah kelima orang ini menjadi manusia aneh yang diasingkan pemerintah. Berbagai perubahan yang signifikan dalam diri mereka, membuat mereka harus bergulat dengan diri mereka sendiri dan menjinakkan diri-baru- mereka. -------------------- ketika mereka belum sepenuhnya menerima perubahan ini, berbagai masalah yang mengancam ketenangan dunia muncul. Dan masalah itu membawa bawa nama mereka ke dalamnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah mereka dapat menerima perubahan pada diri mereka dan membantu berjuta populasi manusia didunia ini? atau malah diam saja?

Maulidya_Rizka · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

PROLOGUE

Di laboratorium...

kesibukan seperti ini memang selalu terjadi. Para mahasiswa yang hilir mudik kesana kemari untuk menyelesaikan tugas kimia mereka. mereka semua kompak memakai jas lab khusus mereka dengan kacamata pelindung yang menghiasi sepasang mata mereka.

"Apa kau bisa menolongku?" Tanya seorang perempuan kepada seorang pemuda disampingnya.

orang itu menoleh ke gadis itu lalu sedikit bergumam "hmm?"

"Umm, bisakah kau bantu aku mengatur cahaya mikroskopku? Aku sedikit kesulitan" ucapnya. gadis itu sedikit mundur untuk mempersilahkan pemuda disampingnya untuk mengambil alih.

Pemuda itu mengotak atik cermin dibawah meja preparat tanpa bersuara. tak lama ia menjauh sebagai tanda sudah selesai.

"Terima kasih, umm.." Gadis itu melirik kartu nama di jas pemuda itu yang bertuliskan nama 'Xavier Lyer' "...Xavier?" lanjutnya dengan ragu sambil menyunggingkan senyumnya.

Pemuda itu hanya mengangguk sebagai tanggapan lalu melenggang pergi kearah meja lain dibelakang. mata gadis itu tak lepas dari punggung Xavier.

"BOOM!" seseorang mengejutkannya membuat beberapa umpatan nyaris keluar dari mulutnya.

"Kau mengagetkanku ALASTAIR!" teriak gadis itu.

Pemuda yang mengagetkannya itu hanya tertawa "Oh astaga, apa yang membuatmu tidak menyadari kehadiranku Gwen?" lalu ia tertawa lagi dan kali ini lebih kencang dari sebelumnya.

"Dasar! akan kubalas kau nanti" Gwen memukul lengan Alastair namun sang empunya malah tertawa.

setelahnya semua kembali dengan pikiran dan kesibukan masing masing masing.

---------------------------------

"Apa kau tau? Aku benci ketika Profesor Steveson mengajar" ucap Alastair disela makannya bersama Gwen sahabatnya di kantin kampus mereka.

"Kali ini aku setuju denganmu, apalagi saat dia membuka mulutnya. Seakan labolatorium akan tenggelam dengan air liurnya" Gwen berbicara dengan mimik wajah jijik-nya.

Alastair tertawa dengan pernyataan Gwen.

seseorang menghampiri meja mereka bersama satu orang lainnya dibelakang.

"Hai Mark" Sapa Alastair ketika mengetahui siapa orang itu.

"hohoo, hai Stair" Mereka berdua melakukan tos mereka ala Baymax.

setelah beberapa saat mereka tak menyadari ada seseorang lagi dibelakang Mark.

"wohohoo sorry Vier, aku baru melihatmu" Alastair berkata sambil menepuk bahu Xavier. yap, dia adalah Xavier.

"Tak masalah"

Mereka berdua duduk di kursi yang tersisa di meja Gwen dan Alastair. Keakraban mereka berdua-Alastair dan Mark-dengan Xavier membuat Gwen membisu sejenak.

"Bagaimana kalian bisa mengenalnya?" pertanyaan itu lolos keluar dari mulut Gwen.

"Maksudmu Xavier?" tanya Mark dan Gwen mengangguk "dia sahabat kecilku dan Alastair" Gwen hanya ber'oh'ria menanggapinya. Itu masuk akal bagi Gwen, Alastair dan Mark memang sudah bersahabat dari kecil.

"Kau juga mengenalnya?" Tanya Alastair.

Gwen menggigit roti isi miliknya "Hmm, aku baru mengenal namanya satu jam yang lalu"

"Nice, kalau gitukan aku gak usah capek capek lagi jelasin dia ke kamu" Ucap Alastair sambil bersedekap dada.

Xavier berdehem "Aku tak mengenalnya" ucapnya jelas dan padat.

Mark tertawa "Are you kidding us? Bagaimana bisa Gwen mengenalmu tapi kau tidak mengenalnya? it's not funny" Ucap Mark. Xavier menghembuskan nafasnya.

Gwen tersenyum kearah Xavier "Tak masalah... aku juga tidak sengaja membaca kartu nama di jasnya, soo tak ada yang salah disini" Gwen menoleh ke arah Xavier "Namaku Gwen Collins, kau bisa memanggilku Gwen"

"Akan ku ingat itu" ucap Xavier datar. benar benar seperti balok es, dingin dan datar batin Gwen.

Mereka berbincang bincang namun tidak dengan Gwen. Gadis berambut coklat panjang bergelombang dengan iris mata berwarna coklat kehitaman itu memilih untuk memakan lunch-nya sambil mendengarkan percakapan absurad mereka.

Mulai dari cerita Mark yang berhasil membuat sebuah alat komunikasi sampai ocehan Alastair tentang tingkah para profesor di lab. Sedangkan Xavier? dia hanya mendengarkan dengan muka datarnya dan sesekali mengangguk dan menggeleng sebagai tanggapan.

"Hai semuaaa" suara melengking yang berasal dari gadis berambut hitam kelam panjang dan lurus sebahu dengan bola mata berwarna hitam kelam menghampiri meja mereka.

"Oh, Hai Lee" Gwen tersenyum kearah Lee.

Lee duduk di kursi yang tersisa.

Dia Lee Kennedy, dia masuk jurusan teknologi dan komputer sama seperti Mark. sedangkan Gwen, Alastair dan Xavier masuk jurusan analis.

Kampus mereka ini hanya ada dua jurusan; teknologi komputer dan analis. Hanya orang orang terpilih dengan kecerdasan yang memukau yang bisa masuk ke sini. Jadi tak heran jika orang orang didalamnya tidak begitu banyak.

Gwen, Alastair, Mark dan Lee memang sudah bersahabat dari pertama masuk kesini. Terkecuali dengan Mark dan Alastair, mereka sudah bersahabat dari kecil. dan sepertinya anggota mereka akan bertambah, mungkin.

"Hei! apa ada penambahan anggota persahabatan kita?" celetuk Lee. Penambahan anggota yang Lee maksud adalah Xavier dan mereka menyadari itu.

"Xavier maksudmu?" Ucap Alastair "Dia sahabat masa kecilku dengan Mark"

"Tapi aku belum pernah melihatnya sebelumnya"

Alastair mau menjawabnya namun kali ini Xavier sendiri yang membuka suara terlebih dahulu. "Xavier Lyer, mahasiswa jurusan analis baru bergabung 3 hari yang lalu" ucap Xavier tenang dan datar.

"Oke, Xavier. Aku Lee Kennedy jurusan teknologi komputer. Salam kenal" Lee memperkenalkan dirinya. Xavier hanya mengangguk mengerti.

"Eh, aku duluan ya... Ada urusan di lab" pamit Gwen.

"Oh iya, aku juga ada kelas Mr. Hiller 2 menit lagi..." Ucap Mark sambil melirik ke jam tangannya. "....aku pamit duluan ya" Mark langsung melenggang pergi.

"Yah, gak seru nih, bubar ah" Lee membubarkan dirinya.

"tinggal berdua..." Ucap Alastair. "Kalau gitu aku pergi dulu deh, mau ikut gak?" Xavier hanya menggeleng dengan mata fokus ke HP-nya. Alastair mengidikkan bahunya. "Yasudah" kemudian dia pergi.

-----------------------------

Gwen keluar dari lab, dia habis menyerahkan hasil pengamatannya tadi. Gwen berjalan ke arah kantin.

Ketika di perapatan koridor, Gwen melihat Xavier yang sepertinya juga ingin ke arah kantin.

Gwen mempercepat langkahnya supaya sejajar dengan Xavier.

"Hai, Vier" sapanya. "Mau ke kantin?" Tanya nya.

"Yeah, Mark menyuruhku" dia menyodorkan HP-nya yang memperlihatkan percakapannya dengan Mark.

Mark Levinson

Cepatlah pergi ke kantin

Begitulah isi pesan singkat Mark.

"kau juga mendapat pesan dari Mark?" Tanya Xavier dengan nada dan ekspresi datar miliknya. Sampai sampai Gwen agak bingung, apakah ucapan Xavier pertanyaan atau pernyataan.

"Aku belum mengecek HP-ku" Gwen merogoh saku celananya dan menyalakan HP miliknya. Benar saja, ada notifikasi dari Mark.

Mark Levinson

Aku tunggu di kantin

Isi pesannya tak jauh berbeda dengan Xavier.

"Ya, dia juga menyuruhku" ucap Gwen. "Apa sepenting itu?" Xavier hanya mengidikkan bahunya.

-----------------------------

Di kantin...

Lee datang ke kantin dan mencari cari Mark di salah satu meja. Dan... Ketemu, lalu Lee menghampirinya.

"Ada apa?" Lee to the point.

Mark menoleh.

"kita tunggu yang lainnya dulu"

"Oke oke" Lee mendaratkan bokongnya di salah satu kursi dimeja itu.

Tak lama Alastair datang dan langsung bergabung dengan mereka.

2 menit kemudian Xavier dan Gwen datang bersamaan dan langsung menghampiri meja Mark.

"Apa apa sih?" Tanya Gwen tak sabar sesampainya di sana.

"Slow down" ucap Mark. "besok kita semua free kan?" semua mengangguk membenarkan ucapan Mark. "Nah, besok aku ada rencana akan ajak kalian semua ke tempat favoritku. Dijamin deh tempatnya keren, gimana? mau ikut gak?"

"What The Fu*k?! Kau menyuruh kita untuk datang kesini hanya untuk itu? Yang benar saja" Alastair geram. Gwen, Lee dan Xavier menyetujui ucapan Alastair dalam hati.

"Ck, sorry" ucap Mark. "Jadi, mau gak?"

"Hmm, dirumah juga aku gak ada kerjaan jadi... boleh deh" ucap Gwen.

"Aku juga ikut kalo begitu" ucap Lee.

"kalau kalian ikut aku juga ikut" ucap Alastair.

"Good! Kamu mau ikut gak Xavier?" tanya Mark.

Xavier berpikir sejenak. besok ia juga gak ada kegiatan apapun yang bisa dilakukan. Ikut juga gak ada salahnya kan? Xavier menghembuskan nafasnya "Oke, aku ikut"

"kalau begitu, besok jam 7 pagi kita ketemuan di Rose Street number two. Kalian gak usah bawa kendaraan, biar aku aja yang bawa" ucap Mark.

"Wait, jadi kami satu mobil sama kamu? NO, aku gak mau, pasti sempit. Lagi pula kan kita juga punya kendaraan masing masing" Tolak Lee.

Mark menghembuskan nafasnya "Medan jalannya sulit" Mark berpikir sejenak "oke oke, kalau kalian punya mobil jeep bawa aja"

"I don't have it" ucap Gwen.

"Aku punya satu dirumah" ucap Xavier.

"Yang lain?" mereka-selain Mark dan Xavier-menggeleng. "Kalau begitu, aku dan Xavier yang akan bawa mobil" semua mengangguk setuju.

Setelahnya, mereka semua membicarakan tentang tempat yang dimaksud Mark. Tempatnya ada di luar California, hanya itu yang Mark beri tahu. Katanya biar surprise.