Party time, Pekan Raya namannya telah tiba, nyaris merata seluruh warga desa menghadiri pesta itu, bisa di katakan seperti pasar malam namun sedikit berbeda.
Momen yg paling di tunggu tunggu warga desa apalagi yg sudah memiliki pasangan.
"Kamu gila ya Cay, ngajak aku ke tempat seperti ini? Mau ngapain kita kesini?"Bani menggerutu tak karuan kala melihat Pekan Raya yang secara baru kali ini menjejaki tempat seperti itu.
malam, pusat cahaya meremang Kuning, Putih, saling sambut menyambut, sesekali kerlipan berwarna Merah, Bianglala penghibur senja, tawa, kehiruk pikukan semua insan disana, melebar selebar lapangan beberapa meter persegi itu.
"Apa kau kira aku mau ketempat seperti ini?Ha seumur umur baru kali ini aku ketempat ini kau tau?"Nona Durga mengerucut, di antara langkah pelan mereka, menelusuri kerumunan manusia manusia yg ramai lalu lalang di samping, di belakang maupun di depan mereka.
"Why non? Ngapain kita ketempat ini?"Kembali gerutu sang kaisar dia menggaruk kepala yg tidak gatal itu.
"Ayo kesini?"Nona Durga menarik paksa tangan Alvino muda tsb, dan menggiringnya.
"Look"gadis itu menunjuk ke suatu tempat, tatapan sang kaisar pun teralih kesana.
Sebuah tempat yg cukup romantis, anggap saja kafe, menggunakan konsep desa sekitar, tempat ini menjadi Icon penting di acara ini, para muda muda berlomba mengajak pasangan mereka mojok disana.
"Apaan? Itu tempat makan kah?"Mata tuan kaisar melebar bingung.
"Kau kesana, lanjutkan aksi kita?"Perintah sang nona.
"Maksudmu?"
"Itu tempat kesempatan terbaik bagi yg sudah memiliki pasangan di desa ini, mereka tidak akan melewatkan kesempatan ini, yg hadir hanya sekali dalam setahun."
"Apaan? Itu kafe, biasa aja, gak ada menarik menariknya sama sekali"
"Kau remeh, bagi mu iya kau dari kota, tapi ini desa hal semacam ini very very wow di mata mereka, kau tidak lihat di desa ini bahkan tidak ada kafe sekalipun, bodoh"Kencana menjitak kening sang kaisar di balas usapan oleh pria tampan itu.
"Yeah, so what?"Pria itu mengedikan bahunya.
"Mereka di sana tuan?"
"Who?"Bani mengerinyit.
"Fauziah dan Al, siapa lagi? Kau kira aku mau meratapi nasib malangku, mengurungkan niat ku, dan menjalani kehidupan pahit sepanjang masa? Tidak aku tidak akan menyia nyiakan diriku sendiri, aku akan terus berjuang, untuk mu Eh bukan untukku lah?"
"Haha, kau rekan terbaikku, wanita luar biasa"Bani menepuk pelan tengkuk wanita itu dan tersenyum mulai sumringah.
"Challo..."Kencana menggiring pria tsb ke arah tempat yg di namakan kafe itu.
Selayak nya bodoh, Alvino muda celingak tak jelas melirik kian sudut beberapa tempat dg atap terbuka namun di decorasi dg sedimikian romantisnya, ya kafe bertemakan Outdoor dg AC alami ciptaan tuhan.
"Cay menarik, haha"antara menyindir atau memang super waw, seakan mata tuan muda ini di manjakan dg tempat ini, di tambah yg bikin mereka kepanasan tak karuan adalah pasangan pasangan romantis yg mengisi meja kecil beberapa meter persegi itu, dg berbagai aksi dan metode ala mereka.
Kencana tak peduli kaisar suka tempat ini atau tidak, lirikan mata bulat itu tidak fokus pada satu objek saja, justru mencari cari sesuatu dalam keremangan cahaya malam ini.
Alvino muda kemudian menjarak dari nona Durga dan melangkah pelan sembari menatap kesetiap sisi tempat itu seperti orang norak saja kaisar ini.
Namun mata tajam mendadak sensian, geram sekaligus mengutuk, tak kala lirikan itu menyaksikan seorang perempuan bergaun Merah, sangat cantik nya dia, duduk bersama laki laki tampan dan mereka terlihat sangat bahagia di sana.
"Kucay...."Teriak nya, wanita yg sedang merayap kian kemari itupun tersentak dan datang menghampiri.
"What"Kencana mengedikan bahunya.
"Itu....Ah, alangkah brengsek nya semua ini?"Upat sang kaisar seraya menghentakkan pijakannya, Kencana menatap ke arah tsb lalu tersenyum miring.
"Tenang...Tuan ...Kau liat mereka kan? Ha mereka duduk tidak jauh dari panggung, kau ke tempat pengurus acara yg ada di pojok sana, dan bilang kau ingin menyumbang sebuah lagu"
"What, no Durga? Aku gak bisa nyanyi? Yg benar saja?"
"Pokoknya kamu harus nyanyi kalau ingin menggagalkan malam romantis mereka"Kencana menahan tawa sendiri dg rencana konyolnya itu.
"Tapi Cay?..."Alvino muda merengek manja, gadis itu mengedikan bahunya saja.
"Ah sial ok! tapi jangan sampai kau baper dengar aku nyanyi nona, kau akan menyesal telah membodohi ku begini"ancaman yg cukup menarik.
Gadis itu tergelak kecil, memperhatikan punggung sang kaisar melangkah menuju tempat para pengatur acara tsb.
Kafe pura pura ini memang mengusung konsep live music, akan ada beberapa penyanyi daerah yg unjuk keberanian menyanyikan lagu lagu yg bertemakan romantis tentunya, suara emas mereka akan menghanyutkan para pengunjung dan semakin larut.
Namun pengatur acara melarang keras menyanyikan lagu bergenre Rock dan sejenisnya karna itu berlawanan dg konsep kafe pura pura, yg mengedepankan keromantisan dan kehangatannya terhadap para pengunjung.
*
Pria itu melangkah sedikit gugup dg gitar di tangannya, saat ini panggung yg akan dia naiki itu masih gelap saja karna lampu nya memang belum di nyalakan.
"Bismillah, pangeran...Bismillah"batinnya.
Selayak nya mengikuti sebuah audisi, Alvino muda sangat gugup dan gemetar, apa bisa dia melakukan yg terbaik dan membuat terpukau para juri hari ini? Atau justru sebaliknya, para pengunjung kafe mendadak melemparnya dg berbagai benda mengerikan.
Lampu sorot pun menyala terang di atas panggung tersebut, namun para tamu kafe belum melirik, mereka masih sibuk dg pasangan di meja masing masing.
Pria itu sedikit terjingkat, dan agak silau pertama kali baginya tampil di panggung seperti ini apalagi kafe pura pura,dg ragam manusia manusia yg menurutnya aneh.
Dia kemudian menduduki kursi di tengah panggung dan menggapai Mike yg telah tersedia di sana, rekan penggiring di belakang nya juga telah standby, sekali diliriknya para pemain musik itu mengacungkan jempol pertanda semangat untuknya.
"Bin...Sekali lagi sayang, izinkan aku memulainya"dia menutup mata sesaat lalu menarik nafas dalam dalam.
*
"Kau brengsek memang Al, kalau bukan karna Bani aku mungkin sudah kehilangan akal ku saat ini, atau mungkin aku mati"Kencana mengutuk ngutuk tuan tanah muda dg mata melotot tajam.
Gadis itu kini duduk tepat di samping meja ke dua calon pengantin tersebut,
"sekarang prioritas ku hanyalah menyatukan Bani dan Fauziah bukan lagi merebut hati mu, bulsyet dg semua itu, aku tidak peduli lagi, gara gara aku mendapatkan perlakuan keji itu, demi meraih cinta mu aku di leceh kan"gadis itu terus berperang dg batin nya,dg mata yg masih di kelubungi amarah.