webnovel

ALZYAS

kehilangan seorang ibu sangatlah menyakitkan, apa lagi tepat di hadapan kita, dan itulah yang dirasakan oleh Alzyas. Alzyas melewati hari-hari nya dengan penuh kebencian, apa lagi dirinya harus tinggal satu rumah dengan orang yang sudah menyebabkan ibu nya tiada. Aditya, laki-laki tampan dan merupakan capten tim basket di sekolah Alzyas adalah satu-satunya orang yang mampu mencairkan hati Alzyas yang telah lama membeku dan tentu saja itu juga tidak mudah bagi Aditya. Tepat di pesta ulang tahun Alzyas yang ke 17 tahun Alzyas harus kembali menerima kenyataan pahit tentang dirinya.

RinduIbu · Teen
Not enough ratings
88 Chs

Meluluhkan Hati yang Kembali Membeku

Alzyas tersenyum ketika bisa melihat secara langsung bunga-bunga mawar yang bermekaran di taman, karena selama beberapa hari dirawat dirumah sakit dia hanya bisa melihat dari jendela kamar rawat.

" kamu kenapa liatin aku kayak gitu " Alzyas mengalihkan pandangannya pada Aditya yang sedari tadi terus menatap nya dengan dalam

" kenapa sih Tuhan harus ciptain cewek secantik kamu " puji Aditya dengan tersenyum manis

" idih gombal!!! " kedua pipi Alzyas memerah tersipu malu karena rayuan Aditya

" maaf karena aku nggak datang ke pesta malam ulang tahun kamu dan aku nggak ada di saat kamu membutuhkan aku " ucap Aditya dengan perasaan bersalah

Alzyas baru tahu kalau ternyata Aditya tidak hadir di pesta ulang tahunnya, ada sedikit rasa kecewa didalam hatinya mendengar perkataan Aditya tapi Alzyas tidak ingin menanggapi dan bertanya kenapa pemuda itu tidak hadir, karena setidaknya Aditya tidak melihat betapa menyedihkannya dia pada malam itu, malam yang harus nya mengahdirkan kebahagiaan namun berbalik seratus delapan puluh derajat.

" Alzyas.... " Aditya sedikit berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada Alzyas yang duduk di kursi roda sembari menggenggam tangan nya

" aku minta maaf yah " sekali lagi Aditya mengatakan permintaan maaf nya

Alzyas tersenyum kecil lalu mengangguk membuat Aditya bisa bernafas lega karena perasaan bersalahnya.

" Sammy udah cerita semuanya sama aku kalau ternyata kamu- " Aditya tidak melanjutkan kalimatnya melihat kedua bola mata Alzyas yang sudah berkaca-kaca.

" Hei.... don't cry " dengan cepat Aditya mengusap butiran bening yang baru saja meluncur membasahi pipi Alzyas

" aku bener-bener kecewa sama mereka semua, kenapa mereka tega ngelakuin itu ke aku.... belasan tahun mereka merahasiakan semuanya dari aku... kalau boleh milih aku nggak mau lahir ke dunia ini " Isak tangis Alzyas begitu pilu ditelinga Aditya

" kamu boleh marah, kamu boleh kecewa tapi jangan sampai membenci dan lari dari masalah... pasti ada alasan kenapa mereka melakukan itu semua... " ujar Aditya mencoba untuk meyakinkan Alzyas bahwa semua pasti memiliki alasan.

" cobalah untuk bersabar dan memaafkan... dan kembali berdamai lah dengan keadaan walaupun itu nggak mudah buat kamu... tapi kamu harus tahu kalau mereka semua sangat menyayangi kamu terlebih lagi Tante Emely " bujuk Aditya

" enggak mudah juga bagi Tante Emely yang harus hidup jauh dari anak kandungnya sendiri selama belasan tahun bahkan di benci oleh anak kandungnya sendiri karena kesalahpahaman.... sekali lagi aku minta maaf, aku sama sekali nggak bermaksud ikut campur tapi disini sebagai salah satu orang terdekat kamu, aku nggak mau kamu terus-menerus hidup dalam kebencian dan dendam apalagi lari dari masalah " Aditya kembali mengusap air Alzyas yang kembali menetes membasahi pipinya.

Aditya mendorong kursi roda Alzyas kembali menuju kamar rawat karena langit sudah mulai mendung dan dapat dipastikan sebentar lagi akan turun hujan.

********

" apa kamu sudah menjelaskan tentang hubungan kamu dan Kirana pada Alzyas? "

Samar-samar Alzyas mendengar suara Larasati yang berada di ruang rawat sedang berbicara dengan Emely, Aditya yang juga mendengar pun kini mengerti dan ikut berdiam diri di depan pintu dan mendengar kan percakapan antara Larasati dan juga Emely dari balik pintu yang tidak tertutup rapat.

" belum ma... " Emely menghela nafas panjang mengusap wajahnya yang terlihat sangat lelah

" Kirana adalah wanita yang sangat baik, dia rela membagi semua kasih sayang orang tuanya untuk ku... kalau bukan karena keluarga Kirana maka aku bukanlah siapa-siapa ma.... Kirana mengulurkan tangannya untuk menggandeng ku dan membawa ku ketempat yang sangat nyaman, Kirana mengganggap ku seperti saudara kandungnya sendiri " Emely mengusap air matanya yang menetes di pipi mengingat semua kebaikan Kirana dimasa lalu

" sampai kapan kamu akan terus diam Emely... apa kamu tidak lelah harus menghadapi sikap dinginnya Alzyas? dan kebencian nya sama kamu? jujur mama sudah lelah melihat kalian semua terluka karena kesalahan dimasa lalu yang dibuat oleh Raka.... anak mama itu sudah membuat tali persaudaraan kamu dan Kirana hancur "

" tolong jangan menyalahkan mas Raka ma... ini semua salahku " Emely terisak kembali ketika mengingat betapa kejamnya dia membohongi orang-orang yang sudah menyayangi nya.

" aku rela memberikan Alzyas pada Kirana karena aku percaya bahwa dia akan menyayangi Alzyas seperti anak kandungnya sendiri dan itu terbukti... mama juga bisa melihat kan bagaimana bahagia nya Kirana saat melihat Alzyas yang masih bayi berada di gendongan nya.... " ujar Emely yang kembali terisak

" tapi kamu lihat akibatnya kan Emely? Alzyas justru membencimu begitu banyak nak "

" aku yakin Alzyas tidak membenci ku ma... karena aku yakin, Kirana tidak akan pernah mengajarkan kebencian pada Alzyas "

" bagaimana kamu begitu yakin nak? bahkan sampai saat ini Alzyas masih belum mau bicara pada kamu dan juga Raka "

Emely sangat yakin dengan apa yang dikatakan nya, karena selama ini dia dan Kirana selalu bertegur sapa baik melalui via telepon ataupun bertemu secara langsung untuk bercerita tentang tumbuh kembang Alzyas dan pastinya tanpa sepengetahuan Raka maupun kedua mertua nya. Akan tetapi Kirana tidak pernah tahu bahwa sebenarnya Emely dan Raka tidak pernah bercerai dan secara tidak langsung Kirana juga tidak tahu bahwa mereka sudah berbagi suami dan inilah yang membuat Emely begitu merasa sangat bersalah pada Kirana dan juga Handoko ayah angkatnya. Namun hari ini Emely pun menceritakan semuanya pada Larasati karena sudah tidak sanggup memendamnya seorang diri lagi.

" sungguh aku benar-benar menyesal ma... pada malam itu mas Raka memaksaku untuk ikut menemui Kirana, karena bagi mas Raka sudah saatnya Kirana dan Alzyas tahu yang sebenarnya... tapi aku melarang nya karena aku tidak ingin memisahkan antara Kirana dan Alzyas yang begitu saling menyayangi, aku sudah sangat cukup bahagia memandang Alzyas dari kejauhan dan memberikan kasih sayang ku padanya melalui Kirana... Meskipun Kirana tidak mendapatkan cinta dari mas Raka, tapi setidaknya dia memiliki Alzyas yang mencintai nya sebagai seorang ibu... Tapi malam itu, kehadiran ku benar-benar sudah menghancurkan semuanya, aku sudah merenggut kebahagiaan putriku sendiri ma... aku sudah menghancurkan kebahagiaan Alzyas, dan aku sudah membuat Alzyas kehilangan orang yang paling dia sayangi "

Emely menutupi wajahnya yang kembali terisak, hatinya benar-benar perih karena sebuah penyesalan belum lagi melihat kesedihan yang mendalam dari raut wajah putri nya, andai waktu bisa di putar dia ingin sekali pergi menjauh hingga tak ada satu orang pun yang bisa menemukan nya.

*******

Dua bola mata indah itu sudah memanas dan mengembun, hatinya juga begitu terasa sesak bagaimana mungkin dia bisa sejahat ini. Alzyas teringat betapa buruk sikapnya selama ini pada Emely, dan betapa kurang ajarnya dia pada Emely... orang yang sudah melahirkan dirinya.

Alzyas berfikir seharusnya dia mendengar kan semua yang ingin disampaikan oleh Emely sebelumnya, bukannya lari dan terus larut dalam kebencian dan kemarahan.

Hati Aditya juga ikut terenyuh setelah mendengar cerita Emely, wanita itu rela berbagi suami bahkan menyerahkan anaknya sendiri untuk kebahagiaan Kirana.

" aku mau masuk " ucap Alzyas dengan pelan setelah mengusap airmata nya

Tanpa bertanya lagi Aditya pun perlahan membuka pintu dan mendapati Emely yang sedang duduk di sofa sedang menangis.

" Alzyas..... "

Larasati terkejut melihat kedatangan Alzyas dan Aditya, dengan cepat Emely mengusap airmata nya dan tersenyum pada mereka seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

" eh kalian... sudah selesai keliling tamannya? " Emely bersikap seakan dia baik-baik saja

" udah Tante... cuaca di luar tiba-tiba mendung jadi aku bawa Alzyas masuk takut kehujanan " jawab Aditya yang mewakili Alzyas.

Emely sedikit kikuk karena Alzyas terus menatap nya tajam hingga masuk ke hatinya, namun ada yang berbeda dari tatapan itu karena Emely melihat bukan tatapan kemarahan ataupun kebencian dari gadis itu melainkan tatapan penuh kasih sayang yang ditunjukkan oleh Alzyas.

" tadi suster sudah membawakan makan siang untuk Alzyas " Emely berjalan dengan cepat kearah nakas mempersiapkan makan siang lalu meletakkan makanan itu keatas meja.

" Alzyas makan dulu yah sayang biar cepat sembuh " bujuk Larasati yang akan menyuapkan sesendok nasi kearah mulut Alzyas.

Alzyas terus menatap kearah Emely, memperhatikan setiap gerak geriknya, Emely yang merasa bahwa kehadiran nya mengganggu Alzyas akhirnya diapun memutuskan untuk keluar dari kamar itu.

" JANGAN PERGI.... '