Alzyas tahu menyerah adalah hal paling bodoh yang dia lakukan, sama seperti halnya saat dia ingin mengakhiri hubungannya dengan Aditya demi memenuhi keinginan ibu Jassie.
Setelah pertemuan nya dengan Jassie beberapa hari lalu Aditya kembali berhasil meyakinkan hati Alzyas bahwa tanpa mengakhiri hubungan mereka, semua akan baik-baik saja dan Jassie pun menerima pilihan Aditya.
" kamu udah telfon Narina? " Aditya fokus pada kemudi mobilnya yang melintas dijalan raya ibukota
" dia udah sampe disana sama Jo dan juga Sammy " jawab gadis itu setelah membalas pesan Narina
Sammy dan Joko juga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan mereka di universitas yang sama dengan Aditya, Alzyas dan juga Narina tapi dengan fakultas yang berbeda sedangkan Shasa dan Arga sudah berada di Yogyakarta dan sudah memilih salah satu universitas terbaik di sana hanya Denny yang berada dibelahan bumi lain.
" sayang banget Arga sama Shasa nggak satu kampus sama kita " ujar Alzyas melihat keluar jendela mobil
" Jakarta dan Yogyakarta nggak terlalu jauh, sayang.... " sahut Aditya dengan lembut
" Denny tu yang paling jauh disana " sambung nya, Alzyas terkekeh mengingat pertemuan terakhir mereka malam itu untuk pertama kalinya dia melihat playboy cap telon itu meneteskan airmata karena harus berpisah dengan Sahabat-sahabatnya.
" Jassie apa kabar ya? " gumam Alzyas tapi masih bisa di dengar oleh Aditya
" gimana kalo pulang dari kampus kita liat Jassie? aku juga udah lama nggak liat dia " usul Aditya membuat Alzyas tersenyum dan mengangguk setuju.
Mobil sport yang dikendarai oleh Aditya sudah memasuki area parkir kampus, sedangkan mobil milik Sammy sudah lebih dulu berada disana.
" Tuh mereka " Sammy menggedikan dagunya kearah Aditya dan juga Alzyas yang baru saja keluar dari mobil.
" Heeeeiiiii Brooooooo selamat datang di dunia perkampusan " sambut Joko dengan khas lebay nya.
" Jo!!!! kita udah jadi mahasiswa jadi berhenti bertingkah kayak anak SMP!! " seru Sammy kesal karena banyak pasang mata mahasiswa yang memandang kearah mereka
" bodo' amat!!! " sahutnya yang tidak perduli
" udah aaahh yuk buruan, gue nggak mau telat masuk kelas gara-gara nih kecebong " Narina menarik tangan Alzyas berlalu pergi meninggalkan tiga pemuda itu.
" ciyeeeeee cincin baru nih " goda Alzyas yang melihat cincin yang melingkar dijari manis sahabatnya itu
" iya kemaren gue beli di emperan " jawab Narina asal
" mana ada cincin yang bermatakan berlian gini di jual di emperan!!! " sahut Alzyas tertawa, Narina hanya diam tidak menggubris candaan sahabatnya itu.
" gila ya Narina sekarang jutek nya jadi naik tiga tingkat " ujar Joko
" bukan jutek nya, tapi Lo nya yang nggak berubah " balas Aditya yang menoyor kepala Joko pelan kemudian mengikuti langkah kaki Alzyas dan Narina yang sudah lebih dulu berlalu.
" kampret Lo! " dengus Joko, Sammy hanya terkekeh lalu menarik tangan Joko untuk menuju kelas mereka.
Aditya, Alzyas dan Narina mengambil fakultas yang sama maka dari itu mereka satu kelas, sedangkan Sammy dan Joko berbeda dengan mereka bertiga, tapi mereka berdua juga tetap satu kelas.
******
Sesuai dengan rencana mereka pagi tadi, Aditya dan Alzyas pergi kerumah sakit untuk menjenguk Jassie tapi tidak hanya mereka berdua Sammy, Narina dan Joko juga ikut datang bersama mereka.
Belum sempat Aditya mengetuk pintu, dari dalam sudah terdengar suara tangis seseorang sontak mereka semua langsung saling lempar pandang dan tanpa menunggu lama dengan cepat Aditya membuka pintu.
Marina menangis histeris memeluk putrinya yang terbaring di atas bankar sedang kan seorang laki-laki paruh baya mencoba untuk menenangkan nya ada juga seorang dokter dan beberapa suster disana.
" ada apa ini Tante? "
Marina langsung menoleh melihat kedatangan Aditya dan teman-temannya, matanya merah dan sembab karena sudah terlalu lama menangis.
" Jassie- " Marina tidak bisa berucap lagi lidahnya teras keluh, hanya tangisnya saja yang kembali pecah.
" Jassie sudah meninggal " ucap laki-laki paruh baya itu yang Aditya ketahui adalah papa Jassie
Alzyas dan Narina langsung meneteskan airmata Aditya, Sammy dan Joko diam terpaku berharap kalau apa yang mereka tidak salah dengar.
" Jassie sudah pergi meninggalkan kita semua untuk selamanya " ucap pria itu lagi yang tertunduk menyembunyikan tangisnya.
Dengan langkah pelan Aditya berjalan mendekati Jassie yang terbaring kaku, di pandangannya wajah cantik gadis itu yang pucat jantung nya berdetak hebat dengan tangan gemetar dia berusaha untuk menyentuh jari jemari gadis itu yang sudah dingin.
Aditya terduduk lemah dengan airmata yang merembes keluar mengingat semua masa-masa nya bersama Jassie karena gadis ini juga pernah sangat dia sayangi dan cintai dulu sebelum kehadiran Alzyas.
" maaf " lirih pemuda itu.
Alzyas merasa hatinya tercubit melihat Aditya yang menggenggam tangan Jassie dengan menangis dan kata-kata maaf yang terdengar lirih dari pemuda itu tapi bukan saat nya dia harus cemburu karena walau bagaimanapun Jassie pernah memiliki tempat tersendiri di samping Aditya.
******
Narina berjalan dengan gontai keluar dari ruangan apa yang dilihatnya hari ini kembali mengingatkan dengan rasa sakit dihatinya yang juga tak kunjung sembuh, rasa sakit kehilangan seseorang yang sangat dia hormati dan juga dia sayangi.
" kak Narina!!!! "
Merasa namanya dipanggil dengan cepat Narina mengusap airmata nya lalu menoleh kearah sumber suara, nampak seorang gadis kecil sedang berdiri sambil memeluk boneka unicorn berwarna biru.
" Abel " batinnya
Gadis kecil itu langsung berlari menghampirinya setelah meyakinkan orang yang dilihatnya keluar dari pintu tadi adalah benar-benar Narina.
" Abel sama siapa, kok ada disini? " tanya Narina setelah gadis kecil itu duduk disampingnya
" sama nenek, nenek lagi jenguk temennya yang lagi sakit " jawabnya polos " kak Narina kok juga ada disini, kakak sakit yah? " tanya Abel
Narina tersenyum tangannya terangkat untuk mengelus wajah mungil Abel
" nggak kok, kak Narina juga lagi jenguk temen yang lagi sakit " ujarnya dengan lembut
"Abel!!!!!!! "
Narina dan Abel serentak menoleh berbeda dengan Abel yang tersenyum lebar melihat siapa yang memanggilnya, Narina justru langsung memasang wajah keruhnya.
" Papa!!!!!!!! " Abel berlari memeluk papanya yang sudah lebih dulu merentangkan kedua tangannya.
" kok papa bisa ada disini? "
" tadi nenek telfon papa minta jemput, waktu papa datang Abel nya nggak ada, papa cari-cari eh ternyata Abel nya disini " ujar lelaki yang dipanggil Abel papa, lelaki itu sedikit mencuri pandang kearah Narina.
" Abel bosen Pa nenek lama banget katanya mau jenguk temennya yang lagi sakit eh malah ngerumpi sama temen-temennya " bibir mungil itu mengerucut lucu membuat lelaki itu terkekeh
" waktu Abel keluar, Abel liat kak Narina juga keluar dari pintu ya udah deh Abel ikutin aja " lanjutnya dengan suara cemprengnya.
Lelaki itu langsung menoleh kearah Narina, sedangkan gadis itu langsung melengos tidak ada niatan untuk membenarkan ucapan dari Abel.
" Abel sekarang liat nenek yah, papa mau bicara dulu sama kak Narina nya " pinta Lelaki itu, dan tanpa membantah Abel pun meninggalkan papa nya setelah berpamitan dengan Narina.
Setelah memastikan Abel menjauh, lelaki itu langsung menghampiri Narina yang masih pura-pura tidak melihat keberadaan nya.
" kenapa telfon saya nggak kamu angkat! "
Narina hanya menggedikan bahunya tidak perduli dengan tatapan kesal lelaki yang sudah duduk disampingnya.
" jawab Narina Lovely Alona!!! kamu tunangan saya, dan saya berhak tahu apapun yang kamu lakukan di luaran sana supaya tidak membuat malu keluarga " ucap lelaki itu dengan kesal
Narina menatapnya sinis dia pikir, dengan berstatus sebagai tunangannya lelaki itu bisa mengekang hidupnya maka dia salah besar.