webnovel

Yang Terselamatkan

Saat Alice membuka mata, ruangan putih bersih menyambutnya. Angin sepoi menyibak tirai jendela didekat tempat tidurnya.

Alice mengenali tempat itu. Ia sedang berada di salah satu ruang klinik kota Spadia. Tepatnya klinik untuk para bangsawan kota Spadia. Semasa kecil ia sering menemani nona Mirabelle dirawat disana karena luka-luka kecil hasil kenakalannya.

Sambil berbaring Alice melihat sekeliling.

Ruangan itu tidak terlalu besar. Ada tiga tempat tidur yang diletakkan berjejer dari dekat pintu masuk hingga jendela. Di tempat tidur dekat pintu tempak seseorang yang tengah duduk di atas tempat tidurnya.

"Yo. Kau sudah sadar nona?" Sapa si pemuda itu.

"Kau..."

Alice berkata lirih sambil berusaha mengangkat tubuhnya.

"Woah, berbaring saja nona. Kau terluka cukup parah dan kehilangan banyak darah tadi."

Merasa tersiksa dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya saat mencoba bangun, Alice menerima saran dari si pemuda dan kembali membaringkan tubuhnya.

"Dimana Nona Mirabelle, dan siapa kau?"

"Aku yang menyelamatkan kalian dari para bandit, apa kau ingat? Namaku Alvore. Mengenai nona mu, aku tidak tahu. Aku juga belum lama terbangun dari tidurku"

Alice mencoba menggali ingatan terakhir yang ia ingat. Ia ingat kejadian hingga salah seorang perampok mendekatinya dan nona Mirbelle tapi setelah itu ingatannya menjadi buram.

"... Benarkah? Aku... tidak ingat..." Alice menggeleng pelan.

"O... oo... sayang sekali."

"Dimana teman-temanmu yang lain, apakah mereka juga dirawat disini?"

"Huh, Teman-teman?" Alvore tampak bingung.

Alice tidak mengerti mengapa Alvore tampak bingung oleh pertanyaannya. Keduanya terdiam.

Kesunyian pecah saat pintu ruangan terbuka.

Nona Mirabelle masuk bersama seorang pemuda tampan berambut pirang.

"Alice, ... Kau sudah sadar!"

Melihat kehadiran Nonanya Alice memaksakan tubuhnya untuk duduk. Mirabelle segera bergegas masuk dan memeluk Alice.

"Syukurlah, syukurlah...." ujar nona Mirabelle berulang-ulang.

"Nona... maafkan Alice ini yang sudah membuat nona khawatir..."

"Bicara apa kau Alice, aku senang sekali aku masih bisa bertemu denganmu"

Mendengar suara parau Mirabelle, Alice tidak bisa menahan air matanya.

"Nona..."

"Lihat, sudah kukatakan kalau pelayanmu akan baik-baik saja."

Suara pemuda yang masuk bersama Mirabelle memotong suasana haru diruangan itu.

"Tuan Muda Fredrick..." Alice dan Mirabelle melepaskan dekapan mereka. "Terima kasih atas bantuan Tuan. Alice bisa selamat berkat bantuan anda."

"Kau bisa memanggilku Fredrick, Mirabelle"

Mirabelle tampak tersenyum mendengar perkataan Fredrick, tetapi Alice yang sudah mengenal dekat nona nya dapat melihat ekpresi tidak nyaman dari wajah Mirabelle.

"Nona, siapakah tuan yang datang bersama nona ini?"

"Beliau Tuan Fredrick, anak pertama dari keluarga Wolfstain."

Alice terkejut. Ia sudah menyangka bahwa pria yang yang datang bersama nonanya pastilah bukan orang sembarangan. Tapi tidak terpikirkan olehnya kalau yang datang adalah anak dari keluarga yang dipercaya oleh Raja untuk memerintah Kota Spadia, Keluarga Wolfstain.

"Ah, mohon maaf kepada Tuan Muda Wolfstain. Saya yang hina ini sudah merepotkan tuan muda. Saya pasti akan membalas kebaikan tuan suatu saat nanti."

"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Aku sudah cukup senang kau baik-baik saja. Dengan begitu pikiran Mirabelle akan lebih tenang. Lagipula aku ragu pelayan sepertimu akan bisa berbuat sesuatu untuk membalas kebaikanku."

Fredrick berbalik menghadap Alvore yang dari tadi berusaha dengan tenang menyaksikan pertemuan Alice dan Mirabelle.

"Lalu... kudengar rombongan Nona Mirabelle diselamatkan oleh seorang pemburu. Apakah kau orangnya?"

"... ya, itu aku."

Fredrick menatap tajam Alvore.

"Hmm kurasa paling tidak aku harus berterima kasih atas perbuatanmu. Tapi..."

Alvore menunggu Fredrick menyelesaikan kalimatnya.

"Tapi apa?"

"Aku tidak percaya padamu."

"Huh?"

"Tentu saja kan. Cerita seorang pemburu seorang diri menghabisi sekelompok bandit yang bisa mengalahkan para pengawal terlatih bukan hal yang bisa dipercaya dengan mudah. Lagipula kau tidak tampak kuat."

Meskipun Alice merasa perkataan Tuan Muda Fredrick bukan hal yang sopan, tapi ia tidak dapat menyangkal ia juga berpikir demikian. Karena itulah ia bertanya kepada si pemuda tentang teman-temannya. Tapi sepertinya si pemuda hanya sendirian berada disini.

Benarkah pemuda ini sudah menyelamatkannya dan nona? Mereka dikepung oleh rombongan bandit yang bisa mengalahkan para prajurit terlatih. Para bandit itu kejam dan kuat, Alice tahu hal itu. Sulit dipercaya kalau pemuda ini seorang diri berhasil menyelamatkan diri mereka dari situasi itu.

"Aku... hanya beruntung, kurasa..."

"Keberuntungan yang luar biasa kalau begitu. Apakah kau begitu mempercayai keberuntunganmu? Karena aneh sekali bila seseorang menemukan sekelompok bandit yang sedang beraksi, hal pertama yang dilakukannya adalah menyerang bandit tersebut. Meskipun akan lebih mudah dipercaya kalau kau punya maksud lain..."

"Aaa Tuan Muda Fredrick!"

Mirabelle memotong perkataan Fredrick.

"Ada apa?"

"Kita sudah menghabiskan waktu lama disini. Ayahanda dan Tuan Wolfstain pasti sudah lelah menunggu kita. Sebaiknya kita segera kembali ke kereta."

Fredrick tampak masih ingin mengintrogasi Alvore, tapi akhirnya mengangkat kedua bahunya.

"Ini." Sahut Fredrick sambil melempar kantung kecil yang tampak cukup berat. "Sebagai ucapan terima kasih dari ku. Kalau begitu aku akan kembali lebih dulu, Mirabelle segera bereskan urusan dengan pelayanmu."

Dengan itu Fredrick keluar dari ruangan.

"Nona..."

"Shhh aku masih ingin ngobrol banyak denganmu Alice, tapi sekarang kau harus beristirahat. Aku harus pergi sekarang. Tapi aku janji akan kembali secepatnya untuk menjemputmu."

Alice mengangguk. Masih banyak pertanyaan dibenaknya yang ingin ia berikan pada Nona nya, tapi ia tahu saat ini bukan waktu yang tepat, karena itu Alice membaringkan tubuhnya senyaman mungkin dan membiarkan Nona Mrabelle menyelimutinya.

"Dan kau, Alvore? Terima kasih sudah menyelamatkan kami. Setelah sembuh nanti datanglah ke kediaman Hart. Aku ingin berterimakasih padamu."

"Tidak usah repot-repot nona. Lagipula suami nona yang baik sudah memberikan hadiah untuk hamba." Kata Alvore sambil menggoyangkan kantung uang dari Fredrick.

"Dia.. Tuan Fredrick bukan suamiku...."

Ada ekpresi tidak enak yang terlihat sekilas di wajah Mirabelle, tapi tampaknya hanya Alice yang menyadarinya.

"Hmm baiklah, aku tidak akan menolak apabila nona yang baik hati akan memberikanku hadiah lagi"

"Ya, katakan saja kalau kau Alvore. Penjaga rumahku akan membiarkamu masuk."

Mirabelle memeluk Alice sekali lagi sebelum keluar ruangan.

"Kau punya nona yang baik ya."

"Yeah, yang terbaik. Jadi... bisa ceritakan padaku bagaimana caramu menyelamatkan ku dan nona?"

"Sudah kubilang, aku hanya beruntung."

"Ayolah Tuan Alvore, anggap saja sebagai dongeng pengantar tidur si pelayan yang sedang sakit ini."

Mendengar itu Alvore tersenyum dan mengangkat kedua bahunya. Alvore belum pernah dipanggil 'tuan' seumur hidupnya jadi perkataan Alice membuatnya sedikit terkejut. Tapi itu bukan kejutan yang buruk.

"Asal kau tahu saja, ini kau yang memintanya ya..."

Dan Alvore mulai bercerita.

****

Mohon maaf atas keterlambatan chapter kali ini. Komputerku rusak dan menulis di Hp bukan hal yang mudah.

Aku akan coba memperbaiki komputer secepatnya dan memperlancar rilis ceritanya.

Terima kasih sudah membaca

ASun1stcreators' thoughts