Acara makan siang pun usai..dua insan yang saling diterpa angin kecanggungan tersebut memilih menenggelamkan pikiran masing-masing. Aluna awalnya bertekad kuat untuk membicarakan terkait pesta pernikahan yang dianggap akan membuat dirinya semakin sulit, seketika diam tanpa kata apapun. Sedangkan sang pria pemilik ide gila yang mengusulkan pernikahan konyol pun tampaknya enggan menggerakkan bibir.
"Eem...kang..kenapa jadinya seperti ini?". Yang bertanya menghasilkan ekspresi bingung manusia di depannya. Buru-buru Aluna kembali berkata, "Kenapa pernikahannya harus dilangsungkan dengan sangat meriah. Hm.. bahkan diadakan lebih dari sekali. Huh...." ada yang menghembuskan nafas resah dibalik caranya mengeluarkan kata demi kata, "Bagaimana nanti nasib saya? setelah dua tahun". Kalimat terakhir diiringi mata yang mulai berkaca-kaca.
Aluna dilanda kalut yang luar biasa. Dia tidak tahu saja bahwa kini dijadikan domba pelindung. Melindungi seseorang dari polemik keluarga yang selalu memaksanya untuk berumah tangga. Parahnya lagi, wanita cantik bertubuh mungil sampai tak menyadari bahwa yang sebenarnya berpengaruh adalah sang kakek, bukan pria yang kini di hadapannya.
"Apa kau takut jika semua orang tau kita menikah?, dan kau lebih takut jika nanti status janda mu diketahui semua orang?". Tiba-tiba pria cerdas nan pandai ini menjelma menjadi orang bodoh dengan mengeluarkan kalimat retoris[1]. "Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Semua keputusan kakek tidak dapat dibantah oleh siapapun..tapi..kau harus ingat, bahwa kau pernah mencelakai ku dan sudah seharusnya kau bertanggung jawab". Ada yang menampilkan raut muka tertekan disini, merasa sangat tidak nyaman. "Meskipun luka yang kau ciptakan tidak terlalu besar, tapi siapa yang berurusan dengan ku maka harus bertanggung jawab sesuai dengan keinginan ku, dan aku ingin kau bertanggung jawab dengan menikah bersama ku selama dua tahun". Wanita yang kini ditatap tajam hanya bisa bersandar dengan air muka yang sudah tidak dapat dikatakan ceria.
**
"Ingat, aku sekarang pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaan ini. Jadi, beasiswa mu pun berada di tangan ku. Kau tinggal pilih saja, menolak pernikahan atau menghentikan langkah mu berproses menjadi dokter". Penawaran yang sungguh membuat Aluna tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa membisu dengan perasaan yang berkecamuk.
"Baiklah, pernikahan ini akan tetap saya jalani". Begitulah kata yang keluar dari bibir mungil merah milik Aluna setelah sekian detik terdiam. "Saya akan mengikuti permainan ini sampai selesai", ada yang tidak suka mendengarkan kata 'permainan' dari runtutan kata demi kata yang mengudara.
"Baik, jika seperti itu kau boleh pergi. Ada pertemuan dengan devisi perancangan sekitar 10 menit lagi. Aku sudah meminta supir perusahaan untuk mengantar mu ke tempat yang ingin kau tuju selanjutnya, ingat jangan menolak". Zaedan berbicara dengan tegas. "Atau jika kamu ingin tetap berada disini silahkan saja". Pernyataan Zaedan seiring dirinya mengamati Aluna yang tampak sedang berfikir, padahal sang gadis sedang menerawang nasib kedepan seperti apa.
"Terima kasih kang, saya akan pergi ke toko kue saja. Terima kasih atas makan siangnya, saya pamit, Assalamualaikum wr wb". Ada sedikit canggung ketika Aluna berpamitan, sejalan dengan gerak tingkahnya yang agak lucu. Mirip orang yang lagi terserang penyakit kulit. Tegaruk-garuk.
"Iya, hati-hati di jalan". Zaedan konsisten dengan rau wajah dingin tanpa ekspresi, meski sebenarnya ada sedikit rasa yang menggelitik hati kala melihat tingkah wanita di hadapannya.
----------------
Senyum penuh arti terbit saat melihat gadis yang sejak tadi ditunggu turun dari mobil mewah. Pemandangan yang langka, gadis yang biasanya turun dari pintu angkutan umum kini berlaga bak putri kerajaan yang keluar dari kereta kencana.
**
Note.
[1] Majas berupa pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu mendapat jawaban karena jawaban atau maksud si penanya sudah terkandung di dalam pertanyaan disebut retoris.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....