webnovel

Xevanus sang Konstelasi Teratai Malam

Mata mereka berdua berkaca-kaca dipenuhi air mata. "Mama ... Mama gak mengaku kami?" tanya Aksvar bergetar. Melihat rasa sakit di ekspresi keduanya, entah mengapa, salah satu tempat di sudut Keyvano terasa seperti diremas oleh sesuatu yang tak terlihat. Sakit bercampur nyelekit merasuk di hati.

Deg! Jantungnya kembali berdebar dengan kencang tanpa peringatan, layaknya habis maraton. Keningnya bersinar, membentuk logo teratai mekar tadi. Pupil mata berwarna coklat langsung berubah menjadi merah muda. Setiap jengkal kulitnya bersinar.

Aksvar dan Vesko menutup mata mereka masing-masing, sambil mencoba mengintip dengan mata berkaca-kaca. 'A–apa yang terjadi?' batin Keyvano bertanya-tanya. Tubuhnya terasa melayang di udara. Tak bisa bergerak seperti apa yang diinginkan.

Pandangannya perlahan dipenuhi cahaya putih tanpa bisa melihat apapun yang terjadi.

***

Kelopak mata tua sedikit kerutan karena umur mulai terbuka secara perlahan. Keningnya mengerut, saat merasakan angin sejuk berembus. Mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia berdiri di atas sebuah teratai besar yang mampu memuat sekitar sepuluh orang di dalamnya secara bersamaan. Tak hanya itu. Ada meja bundar tersedia, dengan enam bangku di sana.

"Tuan!" di saat sedang terdiam, sebuah tepukan terasa begitu saja pada bahu Keyvano, membuatnya tersentak. Secara spontan, dia pun berbalik dengan wajah terkejut ketika melihat seorang gadis muda.

Dia melangkah mundur dengan kening yang mengerut penuh tanda tanya. "Ah, maaf jika saya mengagetkan Anda, Tuan. Saya adalah Konstelasi Teratai Malam yang akan menemani Anda ke depannya!"

Terpaku layaknya sudah membeku, Keyvano mencoba mencerna kalimat barusan, dari wanita cantik dengan pakaian minim di hadapannya ini. "Maksudnya?" tanya Keyvano yang masih tak paham, seberapa keras pun dia mencerna.

Wanita muda yang mengaku Konstelasi Teratai Malam itu mulai mematri senyum pada wajahnya.

"Saya adalah kehidupan yang tercipta dari sebuah Rasi Bintang. Di mana, dalam diri saya ada setengah kehidupan langit." Kalimat dari Konstelasi Teratai Malam itu terjeda.

"Saya memberikan jiwa Anda kesempatan kedua, untuk bisa hidup menggantikan pemilik tubuh, dan merawat kedua bocah itu," sambungnya dengan nada lembut, membuat Keyvano termangu layaknya orang tak berakal.

Pria tua itu berpikir dengan keras, mencoba memahami kalimat si wanita dengan pakaian feminim di hadapannya. "Jika Tuan masih tidak dapat memahaminya, saya akan menampilkan penjelasan dalam bentuk video, ingatan dan penjelasan agar lebih muda dicerna!" tutur Konstelasi Teratai Malam.

Tanpa menunggu jawaban, wanita dengan pakaian minim bahan langsung menepuk tangannya. Latar mereka pun berganti. "Saya akan menampilkan ingatan pemilik tubuh asli kepada Anda!"

Di sebuah kamar mewah, ada seorang gadis cantik. Tak lain dan tak bukan adalah si pemilik tubuh. Pemilik tubuh itu bernama Qwephlia Ozenus Cyren. Putri bungsu keluarga ternama. Sayangnya, dia dibuang karena sebuah kecelakaan tak sengaja dengan seorang pria misterius sampai hamil. Kemudian, melahirkan Aksvar dan Vesko sekarang.

Akhirnya, setelah dibuang. Entah bagaimana Qwephlia Ozenus Cyren yang dipanggil Qelia ini bertahan di gubuk tua tengah hutan. Berburu dan mencari makan sendirian, tanpa ada bantuan di saat hamil. Sampai suatu hari, Qelia mendapatkan sebuah gelang dari seorang nenek-nenek yang tersesat di tengah hutan.

Gelang itu tak hanya satu, tapi dua. Yang terpasang sampai waktu saat ini, di pergelangan tangan Aksvar, juga Vesko. Namun, suatu hari. Qelia tiba-tiba jatuh sakit.

"Maaf Tuan, sekarang, kita tidak bisa melanjutkan ingatan itu. Karena, saya yang menjaga kehidupan langit, tidak diperkenankan untuk mengungkap lebih banyak. Kecuali itu disambung oleh Konstelasi Mawar Kelopak Warna. Sebagai bocoran, pemilik tubuh sebelumnya memiliki sebuah alasan untuk mati seperti itu!" ungkap wanita dengan pakaian minim.

"Ah ya, satu lagi Tuan. Anda bisa memanggil saya Xevanus, Teratai Langit Malam!" serunya membungkuk. "Sekarang, saya akan mengembalikan Anda ke dunia nyata. Saya kasihan melihat Tuan Muda Aksvar seperti itu, tolong jaga mereka berdua!" sambung Xevanus dengan nada memohon, tapi lebih seperti memaksa.

Keyvano sudah tak bisa berkata-kata, dan hanya mengangguki permintaan Xevanus. "Satu lagi Tuan, sebelum sadar ke tubuh dunia nyata. Mulai sekarang, identitas Anda adalah seorang wanita bernama Qwephlia Ozenus Cyren! Selamat tinggal!" seru Xevanus menepuk kedua tangannya.

Pandangan Keyvano yang berganti identitas menjadi Qelia ini pun mulai menggelap.

***

Kembali ke dunia nyata ....

Qelia membuka mata. Secara perlahan, telinganya menangkap suara tangisan anak-anak yang terdengar semakin jelas setiap saat. "Mama membuang kami!" tangis keduanya histeris terdengar.

Wanita berjiwa kakek-kakek itu terbelalak. 'Aku harus menggantikan tugasku sebagai seorang Ibu ... tapi ... sebelumnya aku gagal mengasuh anak-cucuku, bagaimana bisa aku melakukan ini?' pikir Qelia melirik keduanya ragu-ragu.

"Jangan ragu Tuan, saya melihat melalui ingatan. Sebenarnya Anda tidak salah dalam mengasuh keduanya, hanya saja ... mereka sendiri yang memiliki sifat seperti itu, entah dari mana." Suara Xevanus terdengar menggema dalam kepala Qelia, membuat kakek yang menguasai tubuh kedua ibu anak itu terkejut.

"Jangan khawatir Kakek, percakapan ini hanya bisa didengar kita berdua, lalu, Kakek juga bisa membalasnya melalui batin atau kata dalam hati!" sela Xevanus yang berdiri di alam bawah sadar.

Dia duduk di teratai raksasa, sambil memperhatikan sebuah layar yang menampilkan reaksi Keyvano dalam tubuh Qelia. 'Oh,' balas Qelia dalam hati mengangguk, tapi berbeda dengan kedua bocah tampan yang melihat anggukan itu.

"Mama benar-benar membuang ka ...."

Muak mendengar tangisan mereka, Qelia langsung menutup mulut keduanya, kemudian merangkul mereka ke dalam pelukan di tubuh barunya.

'Baiklah, aku akan mencoba mengasuh mereka, tapi bukan dengan identitas Qelia, melainkan Keyvano!' batin Qelia tersenyum.

Xevanus memiringkan kepala. "Baiklah, tapi jangan ungkapkan identitas Anda untuk sekarang, karena waktunya belum tepat untuk mereka pahami!" balas Xevanus yang diangguki Qelia pelan.

Qelia mengalihkan perhatiannya kepada dua bocah dalam pelukannya saat ini. "Mama tidak akan membuang kalian kok, Mama hanya ada sedikit masalah tadi, jangan nangis ya utututu!" bujuk Qelia lembut.

Tangisan keduanya berhenti saat itu juga, dan membalas pelukan Qelia erat, seakan tak mau kehilangan sang mama. "Be–beneran kan Ma?" tanya Vesko pelan, menolehkan kepalanya ke arah sang mama.

Qelia melepaskan pelukan mereka secara lembut dan tersenyum. "Beneran Sayang!" jawab Qelia lembut mengelus kepala Vesko penuh kasih sayang. Aksvar berkaca-kaca dan memanyunkan bibirnya tak suka.

"Cuman Vesko aja yang dielus Maa," tanyanya manja ingin menangis, merasa tak adil. Vesko yang berdiri di samping Qelia menyunggingkan senyum kemenangan.

"Mama gak adil!" sambung Aksvar kencang, mengedipkan matanya, membuat air mata luluh lantak menyusuri pipi kusamnya.

"Tuan, mereka berdua adalah anak yang polos dan ceria, hanya kenal kasih sayang. Tingkah mereka saat ini adalah bentuk kasih sayang kepada si pemilik tubuh saat ini, yaitu Anda, yah ... walau mereka tidak mengetahui kebenaran di balik semuanya," sahut Xevanus dari ruang alam bawah sadar begitu saja.

Qelia mengangguk mendengarnya, lalu meraih tubuh Aksvar, kemudian memeluknya. Tak lupa, tangannya yang lain juga terulur untuk menarik Vesko ke dalam pelukan. "Jangan nangis, kalian berdua adalah anak kesayangan Mama, dan akan selalu jadi seperti itu!" ungkap Qelia lembut.

"Mama ...."