webnovel

Satu

Seorang gadis cantik masih terlelap di kamarnya lalu Bibi pelayan pun membangunkannya.

"Non Lona, bangun ini sudah siang" ucap Bi Rahma sopan.

"Ugh, jam berapa bi?" Tanyanya, namun masih memejamkan matanya.

"Pukul 06:30 Nona, Nona akan terlambat ke kantor"ucapnya lagi.

Alona Felicia Barata adalah seorang gadis cantik yang berbakat dia adalah putri dari keluarga Barata, saat Bibi Rahma mengatakannya dengan cepat dia membuka matanya lalu melompat dari atas tempat tidur menuju kamar mandi. Bi Rahma yang melihat hal itupun hanya bisa mengusap dadanya karena Alona selalu melakukan hal seperti itu.

Bibi Rahma pun keluar dari kamar Alona dan menuruni anak tangga, lalu menuju dapur saat akan melangkah ada suara seseorang yang memanggilnya.

"Bi Rahma tunggu sebentar, apa Lona sudah bangun?" Tanya dengan nada dingin.

"Sudah Tuan besar, Nona Lona sedang mandi"ucap Bi Rahma sopan."Tuan permisi saya akan melanjutkan pekerjaan saya kembali" Bi Rahma membungkukkan badanya.

Tuan besar hanya menganggukkan kepalanya saja, dia adalah Raul Barata orang yang sangat di takuti oleh masyarakat jika sudah membuat masalah dengannya jangan berharap untuk bisa bebas karena dalam sekejap saja orang itu akan menanggung akibatnya.

Tak lama Alona pun menuruni anak tangga dan menghampiri Tuan besar yang sedang duduk sambil membaca koran tak lupa juga menyesap kopinya. Di meja makan semua anggota keluarga sudah menunggu kedatangannya, bahkan ibu tiri Alona pun sudah sangat kesal kepadanya.

"Jika terlambat terus, kapan akan tepat waktu" ujarnya dengan wajah yang di tekuk.

"Marina, bersikaplah sopan jika kau ingin lebih lama lagi tinggal di keluarga ini" ucap wanita paruh baya tersebut, dia tidak suka terhadap Marina ibu tiri Alona.

Tak lama Alona pun menuruni anak tangga dia mendengar perdebatan ibu tiri dan Neneknya.

"Nenek, sudahlah tidak apa-apa, ini kesalahan Lona"ucapnya lembut." Bibi Marina, mohon maafkan kesalahan Lona ya, karena Lona terlambat jadi kalian semua menunggu" ucapnya dengan tersenyum manis.

"Sudah ini masih pagi, selalu saja ribut"ucap Tuan Raul melerainya.

Marina pun diam saja tetapi bibirnya mengerucut karena Raul masih saja membela Alona, mereka makan dengan tenang tidak ada pembicaraan apapun. Setelah selesai Tuan Raul dan Alona pun masuk ke dalam mobil karena mereka akan ke kantor, sebelum pergi seperti biasa Alona pun mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Nenek, Lona pergi bekerja dulu ya jaga diri nenek baik-baik. Jika nenek sihir itu mengganggumu lawan saja" bisiknya.

"Kau ini, kau adalah cucu kesayanganku"mengusap lembut punggung tangan Alona."Sudahlah lebih baik kau bekerja dengan benar"ucapnya lagi.

"Baik nenek, Lona sayang nenek"ucapnya lalu mencium pipi wanita paruh baya itu.

Nenek Sasmita adalah seseorang yang tegas dan selalu membela cucu kesayangannya yaitu Alona di bandingkan dengan anak Marina yaitu Arka Barata, Marina ingin sekali Arka menjadi pewaris keluarga Barata tetapi sampai saat ini Tuan Raul belum melakukan apapun kepada Arka.

Sehingga membuat Marina begitu membenci Alona sejak kecil hingga sekarang, Tuan Raul selalu membela Alona dan tidak pernah membentaknya.

Setelah kepergiannya Marina pun masuk ke dalam rumah dan menghentakkan kakinya dan hal itupun membuat nenek Sasmita pun merasa kesal dengan sikapnya.

"Marina ada apa denganmu kenapa kau seperti itu?" Tanya Nenek Sasmita.

"Ibu kau harusnya mendukung Arka, dia adalah cucumu juga kenapa kau begitu membedakannya dengan Alona. Jelas-jelas dia hanya seorang gadis yang tidak tahu dimana ibu kandungnya berada" ucapnya dengan emosi yang memuncak.

"Jaga ucapanmu Marina, Nesya sudah tenang di alam sana kenapa kau masih mempertanyakan hal itu hah!" Jawab Nenek tak kalah dari Marina.

"Ibu percaya begitu saja padanya, mungkin saja itu hanay trik dia saja yang ingin menguasai seluruh harta suamiku"ucapnya dengan sorot mata tajam.

Plak.....

Satu tamparan mendarat di wajah Marian dan membuat Arka membulatkan matanya dia tidak percaya jika Nenek Sasmita begitu kejam kepada ibunya.

"Marina, kenapa jadi kau yang gila harta hah!" ucap Nenek Sasmita dengan menunju ke arah wajah Marina.

"Nenek, hentikan, kau selalu saja membela Lona, Lona, dan Lona lagi apakah Nenek tidak bisa menganggapku ada.Di mata Nenek hanya ada Lona saja walaupun aku ini hanya cucu tirimu bisakah kau bersikap adil padaku!" Ucap Arka dengan raut wajah kesalnya.

"Urus saja ibumu dengan benar" melangkahkan kakinya meninggalkan ibu dan anak.

"Jangan salahkan aku Nek, jika aku melakukan sesuatu yang buruk kepada Lona" ucapnya dengan rahang yang mengeras serta sorot mata yang begitu tajam seperti silet.

"Ar, kau harus menelepon pamanmu agar dia bisa membantu kita untuk mengurus masalah ini" ucap Marina yang masih memegang pipinya.

"Iya ibu, kau tenang saja, aku akan mengurusnya." ucap Arka dengan senyum jahatnya.

"Bagus kau memang anak pintar!" Sahutnya.

Lihat saja Lona aku akan melakukan apapun agar semua harta papa Raul menjadi milikku.batin Argutis.

Sementara di kantornya kini Alona sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya dan Tuan Raul menyuruh Alona untuk datang ke ruangannya, walaupun Alona adalah anaknya tetapi Tuan Raul tidak membeda-bedakannya jika Alona salah maka tetap akan mendapatkan hukuman.

"Lona, kau di suruh keruangan Pak Raul" Ucap Dian teman Alona.

"Oh baiklah, aku akan ke sana" jawab Alona, lalu di bergegas bangun dari duduknya." Terima kasih ya Dina" tersenyum manis.

Dina mengacungkan jempolnya dan Alona pins sampai di ruang Bapak Raul dan mengetuk pintunya.

Tok tok Tok

"Masuk"

Alona pun memegang gagang pintu dan membukanya dia pun masuk ke dalam, tak lupa menutup pintu kembali.

"Bapak memanggil saya" ucap Lona sopan.

"Kau kerjakan berkas ini, dan sore nanti serahkan padaku pukul 16:00, harus tepat waktu jangan sampai telat kau tahu akibatnya 'kan!" Ucapnya dingin dsn datar.

"Baik pak, apa ada hal penting lagi?" Tanya Lona sebelum pergi dan mengambil berkas tersebut.

"Tidak"

"Baiklah saya permisi pak"

Alona pun membungkuk hormat lalu dia bergegas keluar dan menuju ruangannya dan mengerjakan pekerjaannya kembali. Ada rasa pegal yang menyerangnya tetapi tidak mematahkan semangat Alona dia terus berusaha mengerjakan berkas tersebut yang begitu banyak, Dina pun menghampirinya.

"Lona, apakah aku bisa membantumu?" Tanya Dina yang sengaja datang, karena pekerjaannya tidak terlalu padat.

"Tidak apa-apa Din, aku bisa sebentar lagi juga akan selesai"jawabnya dengan tersenyum manis.

"Baiklah, jika kau butuh bantuanmu katakan saja, hari ini pekerjaanku tidak terlalu padat" ucapnya lagi.

"Baiklah, tetapi untuk saat ini aku masih bisa mengerjakannya sendiri, kau tenang saja" balasnya lagi.

Dina pun kembali ke meja kerjanya lalu dia melakukan apapun sebagai aktifitasnya entah membersihkan meja ataupun mengecek beberapa berkas yang sudah dia kerjakan.