webnovel

BAB 6

Kedua kelopak mata indah yang masih terlihat sembab, tampak mulai membuka matanya secara perlahan.

Kedua matanya itu mulai mengerjap dan kemudian terbuka dengan sempurna. Gadis itu menggeliat badannya, namun ia tiba-tiba meringis ngilu serta sakit di area sensitifnya.

Deg..

Alisa segera bangkit, saat tersadar sedang berada dimana ia, saat gadis itu berusaha mengingatkan kejadian semalam, tiba tiba kepalanya terasa sakit. Samar samar dia mengingat, saat dia mencium seseorang yang tak dia kenal .Yang membuat seketika tubuhnya tegang, namun gadis itu segera menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruknya.

Deg...

"Ini ga mungkin kan, apa yang udah gue lakuin semalam, kenapa gue ga bisa inget,"lemahnya dengan memukul kepalanya, disela air mata yang menetes lagi di pipi mulusnya.

Saat alisa membuka selimut yang menutupi tubuh mungilnya, ia melihat tubuhnya sudah telanjang bulat. Alisa menutup mulutnya dengan menahan isak tangis, ia tidak percaya dengan yang dia lakukan.alisa pun menoleh ke samping, ia melihat punggung polos dan kekar pria itu dengan posisi membelakangi dirinya.

Alisa hanya menahan tangis dan perih di selangkangan nya, ia melihat seluruh tubuh nya penuh dengan tanda merah, apalagi di area dadanya. Gadis itu berusaha menghapus tanda itu dengan tangan nya, tapi tidak ada hasil, tanda tersebut tidak hilang di tubuhnya.

Drett.. Drett..

Suara getar ponsel alisa, ia menghela nafas beratnya, lalu dia mencoba mengambil ponsel di bawah lantai.

Alisa membuka hpnya dengan mengigit bibir bawahnya, dia melihat pesan dari nomor tak dikenal, lalu alisa membuka bola pesan itu.

"Lisa ini abang, kamu jangan takut lisa, sekarang kamu cepat keluar dari sana,      sebelum pria itu bangun, Abang nunggu kamu di belakang bar ini."isi pesan dari Abangnya.

Alisa yakin itu pesan dari Abangnya, dia pun segera mengambil seragamnya, tapi naas pakaiannya sudah terkoyak dan tidak bisa di pakai. Alisa melihat ke arah lain dan dia menemukan jaket pria itu, tanpa pikir panjang alisa pun memakai jaket pria itu.

Setelah selesai, alisa lalu bergerak ke arah pintu tanpa menoleh ke belakang, dia melihat jam dari ponselnya ternyata masih pagi baru pukul 05.43. akhirnya alisa keluar dari kamar itu, lalu berjalan dengan pelan sedikit agak mengangkang di lorong bar yang remang cahayanya, sampai di belakang dia melihat tubuh tegap seorang pria cukup tampan, membelakangi nya.

"Abang,"panggil alisa, dia yakin pria yang membelakangi dirinya, ialah abangnya.

Zefran yang merasa di panggil pun, cepat cepat menoleh ke belakang.

Deg ..

Pria itu melihat wajah sembab Adiknya, dan tangisan yang masih tidak berhenti. zefran menghampiri adiknya lalu memeluknya dengan erat, zefran merasa gagal tidak bisa menjaga adiknya.

"Lisa maafin abang, abang ga bisa jagain kamu"lirih zefran dengan mata berkaca-kaca tidak kuat melihat kondisi adiknya seperti ini.

Alisa yang mendengar pun, langsung menggeleng lemah kepalanya, abangnya tidak salah, ini salah dirinya yang tertalu mabuk berat.

"Ini bukan salah abang Hiks, tapi kenapa takdir alisa harus seperti ini Hiks, alisa sekarang jadi gadis kotor hiks, abang pasti malu punya adik tiri kayak alisa,hiks,hiks."lemah alisa di sela tangisannya.

"Enggak, kamu adik abang satu satunya, sayang abang dari dulu tidak pernah berubah buat kamu alisa,"sahut zefran di sela mengelus punggung adiknya yang bergetar tidak lupa dia juga mencium kening alisa dengan sayang.

"Abang, siapa ibu kandung alisa?"ucap lemah alisa dengan mata langsung tertutup.

Zefran yang terkejut saat alisa tiba tiba pingsan di pelukan nya, yang lebih mengejutkan lagi ternyata adiknya sudah tau kebenaran itu.

Pria itu lalu menggendong tubuh adiknya ala bridal, membawanya masuk ke mobil tujuannya sekarang rumah sakit.

****

Di sisi lain seorang wanita setengah baya, ia baru terbangun dari tidurnya, wanita itu bangkit dengan posisi duduk, tiba-tiba ia meringis di daerah pangal tubuhnya.

Walaupun dia sering melakukan seks, tapi tidak sesakit ini, Chintya mengingat lagi kejadian semalam. Yang membuat seketika tubuhnya meremang, namun wanita itu segera menggelengkan kepalanya, untuk mengusir pikiran liarnya.

"Dia, begitu legit dan nikmat,"ucapnya lirih, lalu menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Chintya kembali tersenyum, mendapati tubuhnya membiru di beberapa bagian, terutama di kedua benda di atas dadanya itu.

"Dia begitu perkasa,"gumamnya lagi dengan wajah merah. Saat dia mengingat permainan panas pria di samping nya, lebih dari sepuluh ronde yang dia lakukan.

Wanita setengah baya itu turun dari ranjang dengan tubuh bulan, lalu berjalan menuju kamar mandi, badannya terasa lengket dan ingin berendam.

****

Kembali ke seorang pria tampan, yang sangat pulas dalam tidurnya, tiba-tiba suara ponsel miliknya berdering mengusik tidurnya. Dengan gerakan malas, ia pun mengangkat telepon tersebut yang berdering sedari tadi.

"Hem,"suara berat khas bangun tidur.

"Bos, lo dimana, trus lo kemana kemarin malam,?"tanya aldo tidak sabar. Di balik telpon.

Alister membuka matanya dengan sedikit melotot, dia baru ingat semalam ia sudah melakukan permainan panas dengan seorang gadis. Lalu alister menoleh ke samping, setelahnya rahangnya pun mengeras saat gadis yang dia tiduri tidak ada di sini.

"Ke, bar, sekarang!," tegas alister, dia lalu mencari jaket miliknya tapi tidak ada sepertinya gadis itu memakai jaket miliknya.

Mereka bertiga yang terkejut dengan suara tegas bosnya itu, karna aldo meloudspeaker telponnya. Mereka segera pergi dari markas dengan motor sport masing-masing.

Mereka tau bar mana yang dimaksud bosnya, yaitu bar yang semalam mereka datangi. Mereka pun sampai, lalu melihat sekitar tempat ini sudah tutup dan sepi, karna hanya di buka waktu malam saja.

Lalu mereka bertiga masuk, pengawal penjaga bar itu mempersilahkan sahabat tuan mudanya masuk. Karena mereka sering ke sini, dan para pengawal tidak berani menegur mereka.

****

Zefran menunggu di luar ruang rawat rumah sakit, dia sedikit gelisah karna sudah sepuluh menit, tidak ada tanda-tanda dokter itu keluar. Tapi tidak lama suara pintu rawat di buka seseorang, zefran pun menoleh, lalu menghampiri dokter yang baru keluar dari ruang rawat adiknya.

"Dok, bagaimana keadaan adik saya?,"tanya zefran menatap gelisah dokter itu. Dokter wanita itu hanya tersenyum setelah itu dia menjawab pertanyaan dari pemuda itu.

"Pasien tidak apa-apa, badannya hanya lemah, dan terlalu lama menangis, makanya dia pingsan."balas dokter.

"Tapi, apa pasien mengalami pemerkosaan?," Tanya dokter tiba tiba.

Deg..

"Dok, dia_____"balas zefran.

"Kamu tenang aja, bagian sensitif adikmu sobeknya tidak terlalu besar, mungkin yang memperkosa pasien tidak terlalu kasar dan sakitnya juga tidak akan lama, besok juga tidak akan sakit lagi. Dan masalah hamil atau tidak adikmu, kita tidak tau, karna orang yang memperkosa pasien  itu entah mengeluarkan benihnya di dalam atau di luar."jelas dokter perempuan itu. memotong ucapan zefran.

Zefran yang sedari tadi, mendengar keterangan dokter itu, hanya bisa menahan malu, dan wajahnya memerah sampai ke telinga. Bagaimana tidak, diakan seorang pria, harus mendengar bagian inti wanita segala, zefran pun hanya mengangguk paham, setelahnya dokter itu pamit pergi dari hadapannya.

****

Seorang gadis sedang gelisah, di depan gerbang sekolah, bagaimana tidak, dia dari tadi menghubungi alisa, tapi gadis itu tidak mengangkat telpon darinya.

Raisa khawatir, terjadi sesuatu pada sahabat nya itu, gadis itu terus bulak balik di depan gerbang.

"Neng caca teh, Ngapain masih disini?,"tanya pak taryo satpam sekolahnya.

"Hmm, ini mang, caca lagi nunggu temen, hhe"cengengesan raisa atau caca.

"Emang, temennya siapa neng?,"tanya lagi pak taryo.

"Alisa, mang,"ucap singkat caca.

"Lah bukanya neng alisa izin sakit,"sahut pak taryo heran.

"Saakit,"beo caca, tidak paham.

"Iya neng, tadi ada si aa aa ganteng ke sekolah, ngasih surat izin neng alisa buat beberapa hari ga masuk dulu, katanya sakit neng,"tutur pak taryo.

Deg..

"Pak taryo ga bohong kan, terus itu alisa apa nama panjang nya, takutnya bapk salah kasih info sama caca, nanti Alisa yang lain lagi,"ucap caca menatap pak satpam yang sedang berpikir mungkin.

"Hem, kalau ga salah namanya itu Alisa Rawles Adiwiyata neng,"ujar pak taryo.

"Makasih yah pak, infonya, yaudah caca pergi dulu ya pak, dadah,"pamit caca melambaikan tangan ke arah pak taryo, sambil pergi dari sana, lalu caca memberhentikan taksi, karena mobilnya berada di bengkel belum dia ambil.

Pak taryo hanya tercengang melihat siswi itu pergi dari sekolah, lalu pak taryo menghela nafas panjang, Setelah itu dia mengunci gerbang sekolah.

****

Di ruangan khusus cctv di bar, satu orang pemuda tampan sedang berusaha, mencari rekaman tadi malam di lorong bar.

"Anjirr, gue kira si bos yang duluan, ternyata tu cewe yang mulai, tapi sayangnya kita ga bisa liat wajahnya."ucap aldo saat melihat rekaman cctv di lorong bar yang remang cahaya.

"Kayaknya tuh cewe mabuk deh, keliatan banget tu cewe liar saat cium alister, tapi, lo semua nyadar ga sih,tu cewe pakek seragam sekolah kita."celetuk daffa, di sela mengulang rekaman cctv.

Alister hanya memejamkan matanya, saat dia baru menyadari bahwa gadis itu sekolah di sekolah miliknya. Setelah itu alister membuka matanya lalu menatap aldo.

"Cari kamera cctv di area terminal listrik,"titah alister dingin. Sedangkan aldo langsung mencari rekaman di tempat itu.

Brakk..

"Itu kan, ketua Aodra, ngapain tuh anak di sana,"gumam daffa kaget. dengan memukul meja.

"Lo bener, ehh, tapi, nama tu anak siapa?"tanya aldo. Karna Aodra hanya geng motor biasa dan tidak ada masalah dengan geng Gelper, dan juga tidak berhubungan baik.

"Zefran,"balas singkat arkan. Mereka berdua melirik ke arah, Sang wakil Gelper, dia ahli mengingat siapa orang orang yang pernah dia temui.

"Cari data laki laki itu,"ucap Alister menatap datar mereka, lalu pergi dari sana. Sedangkan mereka hanya mengangguk paham.

"Ar, daf, kok gue ngerasa kaya pernah liat postur tubuh tu cewe, tapi dimananya?"tanyanya sendiri.

"Jangan banyak bacot lo, cepet, cari tu data ketua Aodra, nanti bos marah, lo lelet."celetuk daffa.

"Iye iye, lima menit juga beres gue mahh,"sombongnya. Daffa hanya memutar mata malas melihat sombong sahabatnya.

Mereka tidak tau, jika arkan sudah tau siapa laki laki itu, dan keluarga dari marga mana. Hanya saja dia agak tidak yakin jika zefran punya hubungan dengan gadis itu, jadi dia hanya diam, mengikuti teman temannya.

"Zefran Rawles Adiwiyata, putra sulung dari fajar Adiwiyata dan Chyntia Adiwiyata, zefran juga mempunyai seorang adik perempuan, yang sudah meninggal satu tahun yang lalu. Ibu dan ayahnya berpisah setelah adiknya meninggal."jelas aldo pada kedua temannya.

"Tunggu, nama adiknya siapa?,"tanya daffa pada aldo.

"Nah itu, yang buat gue bingung, gue ga nemuin data adiknya."balas aldo.

"Yang bener do, lo kan ahli IT masa ga dapet sih, oh, jangan jangan, lo ahli IT abal abal lagi."celetuk daffa sambil tersenyum mengejek ke arah aldo.

"Jangan Se kate kate ya lo ngomong, gue jurusan IT terbaik di kampus, gue juga punya sertifikat perlombaan IT se-dunia, dari pada elo ga dapet apa apa, masih mending gue kan, heh, jadi jaga tuh mulut cabe lo, "sarkas aldo menatap daffa sinis. Daffa yang mendapat tatapan sinis pun hanya menatap datar.

"Sombong, ngamat, yang mulut cabe itu elo kali, kalau ngomong pedes amat,"pungkas daffa.

"Itu emang kenyataan, wlee,"ucap aldo sambil menjulurkan lidahnya.

"Dia udah memalsukan data dirinya,"ucap arkan yang sedari tadi diam.

mereka berdua yang sibuk berdebat melirik arkan terkejut, lalu mereka berdua mengangguk, jika yang di bilang arkan ada benarnya.

"Gue yakin alister bakal murka, sama tu ketua Aodra, huh, salah dia juga, malah mancing singa lagi tidur."celetuk aldo.

"Wah, bakal ada peperangan dong, yes, gue ga sabar buat mukul orang,"tambah daffa, dengan tangan memukul mukul angin.

"Cabut,"ucap arkan lagi, dengan melangkah kan kaki menuju pintu. Mereka berdua pun bergerak pergi dan menyusul arkan.

****

Seorang gadis terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dengan wajah pias, tapi tidak melunturkan kecantikannya. Tidak lama jari jari lentik nya bergerak, lalu kedua kelopak mata indahnya, kini tampak mulai membuka secara perlahan.

Kedua matanya itu mengerjap, saat silau lampu menyorot matanya, alisa pun melihat ke sekeliling.

 "Rumah, sakit?," Tanyanya dalam hati.

Cklek..

Suara pintu di buka, Alisa pun merubah posisi, dan sekarang dia sudah duduk.

"Alisaa!,"teriak caca saat melihat alisa yang sudah bangun dari pingsan.

Alisa hanya bisa menutup telinganya dengan tangan, mendengar suara cempreng temennya itu.

"Sa, lo ga papa kan, kata dokter apa?, Lo kenapa bisa sakit sih, terus waktu di rumah nyokap lo kenapa lo ninggalin gue sih,"celetuk caca kesal.Alisa menatap sahabatnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ca, mereka, bukan ibu, dan kakak kandung gue ca, hiks.."ucap lemah alisa, caca yang mendengar pun terkejut, lalu dia memeluk sahabatnya itu.

"Sa, ternyata, yang gue takutin itu, ini, gue udah ngerasa aneh, saat lo bilang bokap lo ngelarang elo ketemu mereka."pungkas caca ikut sedih, melihat temannya yang rapuhh.

"Ca, gue gadis kot______"ucap Alisa.

Cklek

"Alisaa!"teriak seseorang memotong ucapan alisa. dengan membuka pintu kasar, dengan tangan memegang kenop pintu masuk.alisa dan raisa pun melihat ke arah pintu masuk, saat namanya di teriaki seseorang.

Zefran mengatur nafasnya yang memburu, setelah itu menggeleng kepala ke arah alisa. Alisa yang melihat gelengan kepala abangnya pun langsung menunduk, lalu memejamkan matanya sejenak, dengan tangan terkepal kuat, di balik selimut.

"Ca, kok lo bisa tau gue di sini,"tanya alisa mengangkat kepalanya lalu menatap ke arah caca.

"Oh, itu, kakak lo yang kasih tau gue, lo ada disini,"balas caca sedikit melirik ke arah pria tampan yang masih setia berdiri di dekat pintu.

"Khem, Sa, kayaknya gue pulang dulu kalinya, nanti sore gue ke sini lagi, sama Anna, dia juga baru sembuh, terus tu anak ngeyel banget, mau jenguk lo di rumah sakit."tutur caca, menatap alisa.sedangkan alisa dia melirik abangnya. Zefran yang mengerti maksud tatapan adiknya pun pergi ke luar.

"Hidup gue udah kacau ca, dengan kenyataan yang gue terima, ibu Chintya bilang kalau nyokap gue udah meninggal, saat gue masih bayi. Dan gue cuma anak haram di keluarga itu, apa lo masih mau berteman sama gue?"jelas alisa lalu bertanya pada caca.

"Lo, ngomong apa sih, gue kenal lo itu dari kecil Sa, dan gue tau prilaku lo kayak gimana, dan selama ini gue ga pernah mandang lo harus sempurna, biar lo, bisa berteman sama gue. Gue udah nganggap lo sama Anna kayak sodara gue sendiri, lo kan tau gue gak punya adik ataupun kakak. Hidup gue rasanya hampa tanpa lo berdua, apalagi cadaan lo berdua, gue bersyukur punya sahabat apa adanya kayak lo berdua, jadi gue mohon anggep kita berdua keluarga lo Sa. Dan masalah lo anak haram mereka atau bukan, gue ga peduli, jika orang itu elo."jelas panjang caca.

Alisa yang sedari tadi mendengar pun, tanpa sadar cairan bening menetes lagi, ia menghapus air matanya lalu merentangkan tangannya. Caca yang melihat itu pun langsung mendekat, dan memeluk erat sahabat nya.

"Makasih, udah mau jadi sahabat gue,"lirih alisa di sela memeluk sahabatnya.

"Gue juga makasih, bisa ketemu sahabat prik, kayak lo,"celetuk Caca. Raut alisa berubah dongkol, saat sahabat nya malah mengatainya sahabat prik.

"Asu, lo"sarkas alisa.

"Hehe, udah ahh pelukan nya lo bau asem, gue mau ke rumah Anna dulu,"ucap caca sambil melepas pelukannya.

"Hem, lo ke sini bawa mobil?"tanya alisa tiba tiba.

"Ga, gue ke sini pesen taksi,"balas caca se adanya.alisa mengerutkan keningnya heran.

"Mobil lo______,"ucap alisa.

"Masih di bengkel, belum gue ambil, males,"pungkasnya cepat, memotong ucapan alisa.

"Dasar, bege"celetuk alisa kesal, dia tidak habis pikir jalan pikiran temannya itu.

"Yaudah, Babay alisa sayang"pamitnya, sambil melambaikan tangan ke atas, lalu pergi dari sana.