"Atau kondisi terburuknya entitas tersebut ingin menginvasi Darkness World," Ujar Karen dengan santai.
Seluruh Eptagram Guardian kecuali Exypno seketika menoleh serta menatap ke arah Karen. Hal itu disebabkan karena mereka tidak menyangka bahwa akan ada yang berani untuk menginvasi dimensi dari pencipta mereka.
Jika saja itu benar, maka tindakan itu adalah hal yang sangat bodoh.
Para Eptagram Guardian selain Exypno juga memasang ekspresi cukup terkejut dengan pendapat Karen. Mereka juga tidak heran mengapa Karen dipilih sebagai perwakilan para Floor Guardian.
Hal itu disebabkan karena Karen terkadang memiliki sudut pandang yang cenderung berbeda.
Bila diibaratkan, jika seseorang memikirkan suatu benda, maka Karen memikirkan area di sekitar benda tersebut.
Meskipun begitu, kepintaran Karen tidak dapat dibandingkan dengan Exypno.
"Jika saja terjadi invasi, apakah kita harus menempatkan sebuah divisi di Kekaisaran Nagrand?" Aeter bertanya.
Menurut Aeter, mencegah kemungkinan terburuk secepat mungkin adalah salah satu solusi terbaik.
Ia juga terus memperhatikan titik merah di peta Darkness World, lebih tepatnya di wilayah Rebellion Hill.
"Tidak untuk sekarang Aeter, Karen pendapatmu cukup bagus, tetapi sepertinya kita harus mengamati situasi terlebih dahulu," Ujar Arina.
Arina berpikiran jika mengerahkan pasukan tanpa sepengetahuan Alice, maka akan dianggap ilegal dan tidak sah.
Terlebih lagi, keputusan menggerakkan pasukan dalam jumlah tertentu berada di atas telapak tangan Alice. Jika ia melakukan itu tanpa sepengetahuan Alice, mungkin saja bisa dianggap sebagai pengkhianat.
Seluruh makhluk di Azaroth percaya, jika pengorbanan adalah kehormatan tertinggi yang dapat mereka lakukan. Tetapi jika sudah dianggap sebagai pengkhianat, maka mereka akan merasa bersalah sepanjang waktu.
Arina juga mengetahui jika pendapat Aeter untuk mencegah sesuatu yang lebih buruk, tetapi kesetiannya kepada Alice jauh lebih tinggi dari seluruh hal itu.
"Baiklah, Karen Aku ingin Kau ke sana," Arina memerintahkan Karen untuk pergi ke Kekaisaran Nagrand lalu mencari tau apa yang terjadi.
Karen yang semula fokus menatap ke arah peta kemudian cukup terkejut mendengar perkataan Arina.
Terlebih lagi, Karen saat ini sedang tidak ingin keluar dari Great Castle Azaroth, kecuali jika itu diperintahkan oleh majikannya, yang tidak lain adalah Alice Vasilissa.
"Heeee..... Kenapa harus Aku?" Dengan ekspresi wajah malas, Karen bertanya.
"Jika terjadi sesuatu, gerakanmu dapat diandalkan," Arina menjawab pertanyaan Karen.
"Aku menolak, lagipula Dia memerintahkanku untuk tetap diam ke sini," Karen menolak mentah-mentah perintah dari Arina.
Karen bisa menolak karena beberapa hal, yaitu karena malas serta dia merupakan pengawas seluruh Floor Guardian yang kini memiliki jabatan hampir atau mungkin setara dengan para Eptagram Guardian beserta Arina.
Di sini tidak ada gambaran jelas kesetaraan pangkat antara Floor Guardian serta Eptagram Guardian, terkadang mereka setara, atau terkadang pangkat Floor Guardian lebih rendah daripada Eptagram Guardian.
"Sebaiknya, kita hanya menunggu, lalu melihat langkah mereka selanjutnya," Exypno menatap ke arah peta sembari tersenyum licik.
Tentu saja senyuman licik itu bermaksud banyak hal yang belum diketahui oleh orang lain.
Tidak ada yang bisa menebak jalan berpikir Exypno termasuk Alice.
∆∆∆∆∆∆∆
Dengan rambut sangat berantakan, seorang gadis tengah terbaring di sebuah tempat tidur dengan ukuran cukup besar. Karena ukurannya yang luas, mungkin saja tempat tidur itu bisa dipakai oleh beberapa orang secara bersamaan.
Tetapi di tempat tidur itu hanya ada seorang gadis berambut putih.
Gadis itu tidak lain dan tidak bukan adalah Alice Vasilissa. Seorang penguasa absolut dari Darkness World serta Great Castle Azaroth.
Mungkin terlihat tidak pantas jika seorang penguasa absolut terlihat bermalas-malasan dengan berbaring di tempat tidur. Tetapi Alice justru melakukan hal tersebut dengan tidak sengaja.
Rencananya, ia akan beristirahat sejenak dengan berbaring, tetapi tanpa sadar Alice malah tertidur pulas. Walau Alice seorang Demon God, seharusnya ia tidak memerlukan istirahat. Hal itu disebabkan karena Alice tidak akan pernah bisa lelah sampai kapan pun secara fisik, tetapi mental Alice tetap saja bisa lelah.
Kondisi kamar Alice saat ini cukup gelap, karena penerangan di kamar Alice hanya terdapat tiga buah lilin dengan nyala api berwarna ungu. Bisa dikatakan suasana kamar milik Alice juga cukup suram walaupun sangat bersih.
Hal itu disebabkan oleh beberapa perabotan milik Alice dengan bentuk cukup menyeramkan. Bisa dikatakan kamar Alice seolah-olah bagaikan sebuah kamar di dalam film horor. Jika seorang manusia biasa membuka pintu kamar Alice, bisa dipastikan ia akan kembali menutupnya.
Setelah tertidur pulas selama lebih dari tiga jam, Alice mulai membuka matanya secara perlahan. Kemudian, ia mulai melihat sekitarnya yang tampak cukup gelap. Tetapi berkat mata spesial miliknya, Alice tetap bisa melihat walaupun di dalam sebuah tempat yang sangat gelap.
Alice lalu duduk dilanjutkan dengan meregangkan tangan dan lehernya yang terasa kaku akibat tidur cukup lama.
"Hoaaammmmm..."
Alice merasa jika kamarnya lebih gelap dari sebelum ia tertidur, tentu saja hal itu menyebabkan Alice bisa memperkirakan waktu saat ini.
"Sepertinya sudah malam,"
"Hahh... Aku tidak tau sudah tertidur berapa lama,"
Alice bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah pintu kamarnya. Bisa dikatakan, pintu kamar milik Alice cukup besar serta memiliki corak kuno yang rumit.
Pintu kamar Alice juga terdiri dari dua buah pintu dengan ukuran sekitar 2,5 meter.
Mungkin hal itu wajar untuk kamar penguasa absolut seperti Alice.
Alice mulai membuka pintu tersebut secara perlahan.
Setelah pintu terbuka, terlihat tiga orang gadis dengan pakaian pelayan atau bisa dibilang 'maid' sedang berlutut dengan kepala tertunduk ketika Alice membuka pintu.
Mereka semua adalah makhluk buatan yang diciptakan melalui eksperimen, atau bisa dikatakan sebagai homonculus. Tentu saja, Alice tidak ingin membuang kemampuan penciptaannya untuk membuat seorang pelayan yang hanya bertugas untuk membersihkan sesuatu.
Penampilan mereka bisa dikatakan sangat cantik jika dilihat sekilas maupun berkali-kali.
Hanya pria tidak waras yang tidak tergila-gila kepada para pelayan yang berada tepat di hadapan Alice.
Tetapi tugas seorang maid atau pelayan juga sangat penting, karena mereka bisa membersihkan seluruh kastil secara cepat dan efisien.
Para pelayan itu berdiri seperti patung selama beberapa jam untuk menunggu Alice keluar. Mereka sama sekali tidak ingin serta tidak berani mengganggu Alice atau yang mereka anggap sebagai pencipta mereka di dalam Ruang Pribadi miliknya.
Di dalam hati mereka bisa dipastikan jika para pelayan itu sangat senang, karena kini giliran mereka untuk membersihkan kamar Alice.
Hal itu bisa tergambar dari senyum di wajah para pelayan tersebut.
Alice hanya melirik para pelayan itu, lalu langsung berjalan begitu saja melewati mereka. Ruang Kamar Alice terhubung langsung ke dalam Ruang Takhta, sehingga Alice kini berada di dalam Ruang Takhta. Alice kemudian duduk di singgasana miliknya.
Sementara itu, para pelayan yang sebelumnya berlutut segera memasuki kamar milik Alice.
[Telepath]
Alice kemudian memutuskan untuk menghubungi Arina.
∆∆∆∆∆∆∆
Kota Tycus, Kekaisaran Nagrand, Darkness World.
19.30 pm.
Setelah pulang sekolah, Ryuga memutuskan untuk bermalam di rumah salah satu temannya yang bernama Armovus. Dia melakukan itu karena tidak bisa pulang yang disebabkan oleh hujan salju yang turun dengan sangat lebat.
Di tengah suhu yang sangat dingin, Ryuga beserta Armovus tengah duduk di depan perapian di ruang keluarga dengan seluruh tubuh mereka tertutupi oleh selimut tebal.
Tentu saja hal itu dilakukan untuk menghangatkan tubuh mereka dari cuaca dingin yang sangat ekstrem. Jika mereka tidak melakukan itu, bisa saja mereka terkena penyakit seperti radang dingin dan hipotermia.
Penyakit dalam sangat sulit disembuhkan oleh sihir, sehingga harus dilakukan penanganan medis. Jika sudah terjadi seperti itu, maka kita diwajibkan untuk siap kehabisan uang karena biaya rumah sakit atau klinik yang mahal.
Tetapi hal itu tidak berlaku jika penyembuhan menggunakan sihir di atas tier enam.
Di dunia mana pun, kesehatan harus menjadi prioritas utama, karena kesehatan sangat mahal harganya.
Sembari mengisi waktu di malam hari, Ryuga dan Armovus memutuskan untuk membaca sebuah buku yang berisi cerita legenda. Saat ini adalah hari keenam atau bisa dikatakan akhir pekan, sehingga Ryuga dan Armovus bisa bersantai hingga larut malam.
Armovus adalah seorang laki-laki dengan kulit keunguan serta rambut hitam.
"Legenda Sang Dewi Alice Vasilissa," Armovus membaca judul sebuah buku yang ia pegang.
"Menurutmu, apakah kisah di dalam buku ini nyata?" Ryuga bertanya kepada Armovus.
Terkadang, Ryuga meragukan beberapa cerita turun-temurun tentang Dewi yang mereka sembah, karena terkesan terlalu berlebih-lebihan atau seperti seakan-akan dibuat oleh seseorang.
"Entahlah, tapi Aku sangat menyukai cerita legenda," Armovus menjawab sembari tersenyum tipis.
"Baiklah, silahkan dilanjutkan," Ryuga mempersilahkan Armovus untuk membaca buku tersebut.
"Baiklah, Aku akan membaca kisah yang memiliki judul, Battle of Mizaroth Castle,"
"Ah kisah itu.... Aku pernah membacanya di perpustakaan sekolah,"
Setelah Armovus membaca judul kisah yang akan dibaca, Ryuga seketika mengingat jika dia pernah membaca cerita tersebut.
Rata-rata buku cerita yang berada di perpustakaan berisi cerita tentang Alice atau bawahannya. Hal itu merupakan sebuah ide dari Exypno dengan tujuan propaganda.
Di dalam sistem pemerintahan absolut seperti yang Alice jalankan, propaganda merupakan hal yang sangat penting.
Singkatnya, Ryuga dan Armovus membaca bersama-sama kisah tersebut.
"Aku sangat ingin memiliki sihir gelap seperti Dewi Alice," Armovus mengungkapkan keinginannya yang terdalam.
"Begitu ya, jika Aku mungkin lebih menginginkan kehidupan normal saja,"
"Kenapa begitu Ryuga? Bukankah Kau cukup terampil di bidang sihir?"
"Entahlah, bukankah hidup dengan kedamaian lebih baik? Lagipula Aku hanya menggunakan sihir elementalist, dan bukan sihir kegelapan,"
"Setidaknya Kau cukup kuat jika dibandingkan dengan murid lain,"
"Hahaha... Tidak juga, terima kasih pujiannya,"
"Oh ya? Apakah rumahmu akan baik-baik saja? Karena semenjak beberapa jam lalu hujan salju belum reda, bahkan semakin deras,"
"Entahlah Aku juga tidak tahu, tapi setidaknya besok Aku akan mengeceknya,"
"Jika Kau tidak keberatan, Kau bisa tinggal di sini bersamaku,"
"Benarkah? Terima kasih Armovus,"
∆∆∆∆∆∆∆
Alice saat ini baru saja memasuki Ruang Pemantauan yang terletak di lantai 11 dari Great Castle Azaroth.
Seluruh Eptagram Guardian beserta Karen langsung berlutut sembari menundukkan kepala mereka ketika Alice menginjakkan kakinya di Ruang Pemantauan.
Berlutut sambil menundukkan kepala merupakan hal umum yang dilakukan penghuni Great Castle Azaroth sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepada pencipta atau majikan mereka.
Alice yang telah mengetahui beberapa informasi dari Arina setelah menghubungi melalui telepati pada saat di Ruang Takhta, memutuskan untuk langsung pergi ke Ruang Pemantauan.
Alice memberi isyarat dengan sedikit mengangkat tangan kanannya, dengan tujuan agar seluruh orang di Ruang Pemantauan berdiri. Hal itu dilakukan untuk mempersingkat waktu.
Jika saja masalah ini darurat, bukankah mempersingkat hal yang kurang penting lebih baik?
Di dalam dirinya saat ini, Alice juga sangat bersemangat karena akan menemukan musuh. Setelah bertarung sangat lama melawan Alpha Genesis, Alice merasa sangat bosan karena ia hanya menghabiskan sepanjang waktunya untuk melakukan hal-hal yang kurang penting.
Alice langsung berjalan menuju ke arah meja yang ditutupi oleh seluruh peta dari Darkness World. Ia berdiri tepat di samping Arina yang merupakan pengawas dari seluruh Eptagram Guardian.
Alice merupakan seorang gadis yang sangat suka berbicara langsung kepada poinnya tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
Pembicaraan hal yang tidak penting akan membuang waktu, walau sebenarnya Alice sangat suka menghabiskan waktunya dengan hal yang tidak berguna.
Tidak lupa juga, Alice melirik ke sekeliling ruangan.
"Jadi berikan laporan kalian," Alice memerintahkan kepada bawahannya dengan nada dingin.
"Ya!" Seluruh Eptagram Guardian serta Karen menjawab dengan tegas bagaikan prajurit militer.
"Saya akan memberikan laporannya, banyak titik merah muncul di sekitar Rebellion Hill, bukit sebelah utara dari Kekaisaran Nagrand,"
"Hooo... Kekaisaran Nagrand?"
"Jadi apa langkah yang kalian ambil?"
"Kami hanya mengamati serta belum mengambil langkah apa pun,"
"HAHAHAHA Tidak kusangka ada tamu di malam hari begini," Alice tertawa cukup keras, karena ia merasa bahwa ia tidak akan merasa bosan dalam waktu dekat.
Alice hanya menyilangkan kedua tangan di dadanya, sembari menatap ke arah titik merah di peta Darkness World.
"Exypno, bisakah Kau memprediksi apa efek yang akan terjadi?" Alice bertanya kepada Exypno yang tidak lain adalah entitas tercerdas.
Dengan ekspresi percaya diri Exypno mulai menjawab pertanyaan Alice,
"Pertama-tama, jika negara lain mengetahui ini, maka sebuah invasi bisa saja akan diluncurkan, terlebih lagi terdapat beberapa titik sumber daya penting di Kekaisaran Nagrand,"
"Kedua, bisa saja itu adalah trik untuk pengalih perhatian, jika mereka ingin melancarkan invasi berskala besar,"
"Haha, Aku jadi penasaran dari mana mereka datang, apakah dari dunia itu?"
"Ketiga, jika mereka menyerang, bisa dipastikan korban sipil akan sangat banyak,"
"Prediksi yang sangat bagus," Alice memuji Exypno.
"Dengan hati yang terdalam, hamba ucapkan terima kasih,"
Setelah mendengar perkataan itu, hanya ada sebuah ide yang muncul dalam pemikiran Alice.
"Sepertinya Aku harus menggerakkan Divisi Tiger, Royal Tiger, Panther, dan Leopard, untuk menstabilkan Darkness World," Alice berbicara di dalam dirinya sendiri.
∆∆∆∆∆∆∆
Hari ketujuh, bulan 12, tahun 876.
Rebellion Hill, Kekaisaran Nagrand.
07.00 am.
Di sebuah ruangan, terlihat beberapa orang tengah berdiskusi di sekeliling sebuah meja yang tertutupi oleh peta. Peta itu berukuran cukup besar, serta menunjukkan lokasi dari Kota Tycus.
Beberapa orang tersebut adalah : Asmodeus, Zyganius, Cygna, Tograllath, Burgathan, dan Zero Delarosa. Mereka semua adalah orang yang dikirimkan Kekaisaran Nigreos untuk melakukan ekspedisi ke Darkness World. Salah satu dari mereka yang memiliki jumlah mana besar juga membawa Universe Item, sehingga Azaroth tidak bisa mendeteksinya.
Di antara ke enam orang itu, Zero Delarosa adalah yang terkuat baik dari segi fisik atau sihir.
"Baiklah, Aku mengumpulkan kalian di sini untuk menyerang Kota Tycus," Asmodeus membuka percakapan.
"Apa keuntungan kita menyerang kota tersebut?" Zero bertanya.
"Kita harus menguasai daerah di sekitar Rebellion Hill untuk mengamankan gerbang yang menghubungkan antara Zeta World dengan dimensi ini, terutama kita harus mengamankan jalur pasukan yang disuplai oleh Kekaisaran Nigreous," Zyganius menjawab pertanyaan Zero.
"Cygna, sudah berapa banyak informasi yang Kau dapat?" Asmodeus bertanya kepada Cygna, yang merupakan seseorang dengan tugas mengumpulkan informasi, atau bisa dikatakan seorang intelijen.
"Pasukan di kota itu diperkirakan sejumlah 7.000 pasukan yang semuanya terdiri dari pasukan biasa tanpa kemampuan spesial, serta sekitar 50 undead yang menjaga kota tersebut," Cygna menjelaskan informasi yang ia dapatkan.
"Undead? Jenis serta tipe seperti apa? Serta apakah ada perkiraan levelnya?" Burgathan bertanya.
Burgathan adalah makhluk undead dengan jenis Greater Lich, atau salah satu tingkat tertinggi dari evolusi Lich.
"Aku tidak tahu, Aku tidak pernah melihat jenis undead yang seperti itu, serta perkiraan levelnya adalah 100 hingga 120,"
"Cukup tinggi juga sebagai pasukan biasa, bahkan pasukan kita dibawah level dari undead tersebut,"
"Zyganius, apakah kau punya rencana?"
"Tentu saja, untuk menguji kekuatan undead tersebut kita harus mengirimkan Infernium Aranect, Delirious serta Putredo Canis untuk menguji kemampuan para undead tersebut, serta Aku ingin mengirimkan Burgathan sebagai pemimpin pasukan, karena kau juga seorang undead,"
"Aku? Baiklah, Aku akan melaksanakannya serta akan membawa kemenangan bagi Kekaisaran kita,"
=== Funfact ===
Krisis hanya terjadi di dimensi Zeta World, bukan di Kekaisaran.
=== Catatan Author ===
Haloo ^^
Chapter 9.2 sepertinya cukup banyak pengenalan karakter baru, seperti dari pihak Kekaisaran Nigreos.
Terimakasih bagi yang sudah baca hingga sejauh ini.
Jangan lupa gift power stone jika kalian suka novel Alice the Evil. Tiap power stone kalian akan mempercepat update dari novel ini hehe.
Jika kalian ingin memberikan kritik saran, maka Fallen Tear akan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Bagi yang mau donasi finansial kepada Fallen Tear, bisa cek link ini saweria.co/fallentear
Thanks!