webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · Urban
Not enough ratings
264 Chs

Bab 47. Alexa Vs Shella

"Apa kamu kamu takut, Alexa Prayoga?!"

Tantangan Shella kepada Alexa terdengar sangat omong kosong, Alexa tidak pernah takut kepada Shella atau kepada siapa pun. Gadis itu bahkan ingin memberi pelajaran kepada Shella, supaya Shella tidak lagi sombong.

Alexa berjalan mendekati Shella dengan wajah santainya, gadis berambut panjang itu mencondongkan tubuhnya ke arah Shella dan ia mendekatkan wajah cantiknya ke telinga Shella.

"Alexa tidak pernah takut kepada siapa pun, Shella! Aku tahu, kalau ini hanyalah akal-akalan kamu saja untuk untuk bisa merebut kak Daniel dariku. Aku sarankan kepadamu, kamu jangan pernah berani mempertaruhkan kak Daniel sebagai hadiah untuk sang pemenang pertandingan nanti. Kalau tidak–"

"Apa?! Kalau tidak, kenapa? Jangan mengancamku, Alexa!"

Shella memotong perkataan Alexa dengan cepat dan gadis itu menunjukkan sedikit perlawanan.

"Kamu yang telah memulai peperangan inu, maka akulah yang akan mengakhiri semua rencana busukmu, Shella Harri! Atau kamu mau, aku membongkar semua kejahatan yang telah kamu lakukan?! senyum sinis tersungging di bibir ranum Alexa.

Tubuh Shella bergetar hebat, matanya membulat sempurna, nyalinya menciut setelah mendengar kata-kata Alexa.

Alexa kembali menegakkan tubuhnya, masih menatap tajam wajah Shella. "Aku terima semua tantanganmu Shella! Tapi dengan satu syarat! Siapapun nanti pemenang atau pun yang kalah. Jangan pernah libatkan ke-2 orang tua kita ataupun Kak Daniel,karena ini pertandingan hanya diantara kita berdua saja. Apa kamu mengerti, Shella Harri?!"

Alexa memberikan penekanan atas kata-katanya, sedikit mengancam lebih tepatnya.

"Oke," Shella terpaksa menyetujui persyaratan Alexa.

"Lalu, pertandingan seperti apa yang kamu inginkan?!"

"Bagaimana kalau Archery, berkuda dan menembak?" usul Harri dengan suara lantang. "Kalian bisa memanfaatkan semua fasilitas yang ada di sini, 3 pertandingan. Jika salah satu diantara kalian bisa memenangkan 2 pertandingan berturut-turut, dialah yang akan jadi pemenangnya, bagaimana?"

Alexa seketika menoleh ke arah Indra dan Daniel bergantian, wajahnya terlihat sangat terkejut saat setelah mendengar usulan dari Harri.

Indra manggut-manggut menyetujui rencana Harri, kedua lelaki itu dari dulu ingin sekali mengetahui diantara kedua putri mereka, siapakah yang lebih unggul? Alexa? Atau Shella?

Namun, ada yang berbeda dengan sikap Alexa. Tubuh gadis itu seketika berkeringat dingin, tangannya bergetar setelah mengetahui 3 pertandingan yang akan ia hadapi untuk melawan Shella.

Apa yang sebenarnya terjadi kepada Alexa? Apakah kali ini ia merasa takut? Tapi ... apa yang sebenarnya Alexa takutkan?

Alexa segera membalikkan badannya lalu berjalan menuju ke kamarnya dan mengunci pintu, gadis berotak jenius itu duduk di lantai yang terbuat dari kayu jati dan beralaskan karpet bulu yang diimpor langsung Paris, Prancis.

Alexa terlihat ketakutan, Ia menyandarkan tubuhnya di samping ranjang sambil menutup kedua telinganya dan menangis dengan tubuh bergetar. Gadis cantik yang selalu berpakaian kasual itu bahkan tidak memedulikan Daniel yang terus saja menggedor pintu kamarnya sambil memanggil namanya dari luar pintu.

***

Siang ini Alexa dan Shella sudah berada di tanah lapang milik Harri yang berada di sekitar peternakan, rencananya tanah itu akan ia jadikan semacam tempat outbond untuk area pariwisata nantinya.

Segala persiapan sudah Harri lakukan untuk mendukung semua rencana gila sang putri–Shella, untuk bertanding melawan Alexa.

Dan pertandingan pun sudah dimulai, sesuai peraturan, Alexa dan Shella hanya dibekali masing-masing 30 anak panah. Bidikan Shella meleset 3 kali, dan anak panah Shella hanya mampu menancap pada papan sasaran di point 8 atau 9.

Sedangkan Alexa, tidak ada satu pun anak panah yang meleset. Kedudukannya lebih unggul karena anak panah Alexa rata-rata menancap pada papan sasaran di point 9 bahkan 10.

Wajah Harri jelas menampakkan rasa kekagumannya kepada Alexa, kata-kata pujian terus ia lontarkan kepada Indra karena mempunyai putri bermata elang.

Sedangkan Daniel dan Indra yang berdiri saling berdampingan tidak merasa kaget dengan kelihaian Alexa dalam memanah, karena mereka sudah lama mengetahui kalau Alexa pernah meraih juara 1 lomba panahan tingkat nasional di kota Bandung.

Memang, Daniel dan Indra tidak pernah menyaksikan secara langsung kemahiran Alexa, namun kini mereka bisa mendapat kesempatan untuk menyaksikannya. Daniel dan Indra pun terbius oleh kepintaran Alexa.

Kini tiba giliran Alexa, tinggal satu anak panah terakhir yang ia pegang. Sebelum Alexa membidik anak panahnya ke papan sasaran, gadis itu menoleh ke arah Daniel dan menatap wajah pria yang amat ia cintai lekat-lekat, hingga membuat Indra juga menoleh ke arah Daniel lalu memandang ke arah Alexa kembali lalu tersenyum tipis.

Sebuah senyuman yang mengandung banyak arti.

Entah apa yang Alexa pikirkan saat ini, saat Daniel membalas tatapan Alexa dengan senyuman yang sangat manis barulah Alexa mengalihkan pandangannya ke depan.

Alexa mengangkat busurnya menarik string lalu menjangkarkan lengan penarik, menahan sikap penahan. Mata Alexa membidik ke tengah papan, sangat fokus, Alexa menahan napasnya kemudian melepas string.

Anak panah itu melesat kemudian menancap ke papan sasaran.

"10 point!!"

"HEBAT ALEXA!!" teriak Harri.

Suara tepukan tangan dari Daniel, Indra dan semua orang yang menyaksikan terdengar bergema di seluruh lapangan saat anak panah Alexa menancap tepat di tengah sasaran. Kemenangan babak pertama pertandingan panahan berhasil Alexa raih.

"Sial!! Awas kamu Alexa! Aku pasti akan membalas kekalahanku di pertandingan selanjutnya!" Shella mengamuk dan melemparkan busurnya ke tanah.

Shella sangat tidak terima karena Alexa berhasil mengalahkannya dalam pertandingan. Berbeda dengan Alexa, ia terlihat biasa saja namun di dalam hatinya ada satu kecemasan yang kini sedang menyelimuti hatinya.

"Bagus Alexa! Om sangat kagum dengan kemahiranmu dalam memanah," puji Harri kepada Alexa tanpa berhenti tersenyum.

"Terima kasih, Om Harri," ucap Alexa sopan.

"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita beristirahat dahulu dan sore harinya kita bisa langsung adakan pertandingan menembak di sini," ucap Harri.

"Ide bagus," timpal Indra.

"Bagaimana kalau kita beristirahat ke dalam sambil minum teh?" Harri mengajak Indra, lalu keduanya berjalan beriringan sambil mengobrol menuju ke dalam villa.

"Ayo ikut aku, Alexa." Daniel menggenggam tangan Alexa erat lalu mengajaknya ke suatu ketempat, meninggalkan Shella sendirian yang masih berdiri terpaku di tempatnya tadi.

Shella merasa sangat kesal karena tidak ada seorangpun yang peduli dengannya, termasuk papanya sendiri. Hehehe sungguh kasihan bukan?

Di tempat lain ...

Rupanya Daniel membawa Alexa ke kandang kuda, keduanya berjalan beriringan namun keduanya kini saling diam.

"Alexa."

"Hmm."

Langkah Alexa tiba-tiba terhenti saat melihat Daniel tidak berada di sampingnya, lalu Alexa menoleh ke arah Daniel yang tiba-tiba memeluknya.

"Kak Daniel apa-apaan, sih? Kalau ada orang yang melihat bagaimana?!" Alexa mencoba mendorong tubuh atletis Danie, namun lengan kekar pria itu malah semakin erat memeluk tubuh langsing Alexa.

"Biarkan saja! Tidak akan ada yang berani memprotesku, aku sedang memeluk perempuan milikku bukan perempuan milik orang lain," ucap Daniel cuek.

Alexa tidak memberontak lagi, gadis itu malah melingkarkan tangannya ke pinggang Daniel.

"Rasanya aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah, aku ingin sekali mengobrol denganmu di balkon sambil menatap bintang-bintang di langit," ucap Daniel.

Harum tubuh Daniel membuat Alexa selalu betah berlama-lama di dalam pria itu.

"Aku juga ingin secepatnya pulang ke rumah, aku tidak mau berlama-lama di sini. Bawa aku pulang ke rumah setelah pertandingan selesai besok," pinta Alexa dengan suara sedikit bergetar.

Daniel mengangguk pelan. "Baiklah," ucap Daniel singkat.

"Kak Daniel!" panggil Daniel.

"Hmm."

Daniel melepaskan Alexa dari pelukannya.

"Bagaimana kalau Shella meminta kak Daniel saat ia berhasil menang dari pertandingan ini?" tanya Alexa dengan wajah cemas.

Daniel tersenyum.

"Aaaww!" Alexa memekik sambil memegang dahinya setelah disentil oleh Daniel.

"Gadis bodoh! Tidak akan ada satu orang pun yang bisa memiliki aku selain Alexa Prayoga," ujar Daniel sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Alexa mencebikkan bibirnya. "Iish! Tapi kak Daniel juga seneng saat si ulat bulu itu mencium pipi kak Daniel waktu itu, 'kan?" Alexa mengungkit kembali masalah saat ia dan Daniel pertama kali datang ke pesta dan bertemu dengan Shella.

"Tapi kamu juga pernah dicium Raka saat acara wisuda, 'kan?"

"Iya! Anggap saja kita impas! Kalau kak Daniel macam-macam lagi, Alexa bakalan pergi jauh!" Alexa balik mengancam Daniel.

"Coba saja! Kak Daniel pasti bisa dengan mudah menemukanmu," ujar Daniel penuh percaya diri.

"Benarkah? Waktu itu mungkin hanya kebetulan saja, kalau nanti Alexa menghilang lagi, pasti kak Daniel gak bakalan bisa menemukan Alexa!"

"Jangan terlalu PD , Alexa Prayoga!"

Daniel kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, pria itu kemudian mengutak-atik hpnya lalu ia tunjukkan kepada Alexa. Mata Alexa seketika membulat saat melihat layar ponsel Daniel yang menunjukkan posisinya sekarang ini.

"Tidak mungkin!! Se–sejak kapan kak Daniel–"

"Keluarkan ponselmu," perintah Daniel cepat memotong perkataan Alexa.

Alexa dengan cepat mengeluarkan ponselnya, dan benar saja.

"Aku sudah membobol ponselmu! Jadi, mau pergi kemanapun juga, aku bisa dengan mudah melacak keberadaanmu," ungkap Daniel yang membuat Alexa semakin melongo.

"Dasar jahat! Kenapa kak Daniel melakukan ini kepada Alexa!"

Alexa memukul-mukul dada bidang Daniel untuk meluapkan kekesalannya, dan dengan cepat tangan Daniel menggenggam tangan Alexa dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Karena aku tidak ingin kehilanganmu lagi! Hanya dengan cara ini saja yang bisa kulakukan untuk selalu dekat denganmu dan agar aku bisa melindungimu," ucap Daniel. "Alexa, aku benar-benar takut kalau suatu hari nanti kamu akan meninggalkan kak Daniel sendirian. Tolong mengertilah," imbuhnya dengan nada memelas.

"Tapi tidak dengan cara seperti ini, kak."

Daniel mengelus rambut Alexa dengan penuh kasih sayang sehingga membuat hati Alexa luluh.

"Alexa sebenarnya juga sangat takut kehilangan kak Daniel, semua orang yang Alexa cintai pasti akan pergi meninggalkanku sendirian." mata Alexa berkaca-kaca.

"Aku tidak akan pergi kemana-mana, Alexa! Kak Daniel tidak akan pernah pergi meninggalkanmu sendirian, percayalah."

"Janji."

Daniel mengangguk cepat. "Janji."

Alexa kembali memeluk erat tubuh Daniel.

Cinta Daniel dan Alexa bagaikan matahari dan rembulan, saling melengkapi namun tidak terpisahkan. Berbagai upaya telah Daniel lakukan agar ia bisa selalu dekat dengan Alexa, begitu banyak pengorbanan yang telah ia lakukan sampai ia bisa berada di titik seperti sekarang ini.

Tapi ... Daniel juga ceroboh, karena ia telah melupakan sosok sang paman yang masih menyimpan bara api dendam yang sewaktu-waktu bisa menghanguskan cintanya ataupun Alexa.

***

Sore hari ...

Di lapangan yang sama, Alexa dan Shella sudah berkumpul untuk melakukan pertandingan menembak seperti yang sudah direncanakan.

Di hadapan Alexa saat ini sudah terdapat Senjata api genggam jenis Revolver kaliber 32 yang sudah Harri persiapkan untuk Alexa dan Shella bertanding menembak. Alexa terlihat ketakutan menatap pistol dihadapannya.

Dan tiba-tiba tubuh Alexa bergetar hebat, netranya seketika berembun. Di dalam kepalanya berkelebat semua kenangan buruk yang ia alami saat berusia 5 tahun dan saat ia hendak dibunuh oleh sang pengawal yang mengkhianatinya.

Alexa benar-benar takut, berbeda dengan Shella yang nampak biasa saja. Malahan Shella langsung mencoba pistol miliknya dan siap menggunakannya untuk berlatih.

Alexa yang terlihat ketakutan seketika menoleh ke arah Indra sambil meneteskan Air matanya, napas gadis itu tidak teratur.

DOORRR ....

"AAKKKKHHH!"

Alexa menjerit ketakutan lalu berjongkok sambil menutup kedua telinganya dengan tangan yang gemetaran.

To be Continued.