webnovel

Alexa's Dream And Love

Tentang perjuangan Alexa untuk meraih impian dan juga cintanya. Alexa terjebak diantara ambisi sang Papa yang merupakan pengusaha sukses sekaligus bos mafia yang ingin menjadikan Alexa sebagai pewaris tunggalnya. Di sisi lain, Alexa juga terjebak dalam rencana balas dendam Daniel Ayden. Daniel berusaha menghancurkan perusahaan papa Alexa dengan segala cara. Termasuk menggunakan Alexa sebagai alat untuk membalaskan dendamnya. Mampukah Alexa meraih impian dan juga cintanya tanpa harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu?. Hai semua!! Ini adalah Novel pertama saya. Tentang Romansa, perjuangan meraih impian yang sedikit di bumbui thriller. Semoga kalian suka dengan cerita saya. Mohon dukungannya, agar saya bisa terus bersemangat membuat karya yang bisa menghibur kalian semua. Jangan lupa vote, collection, review dan power stonenya, ya. Terima kasih banyak kepada kalian yang sudah support. Follow my Ig @feny032.

Fenie_Anjilina · Urban
Not enough ratings
264 Chs

Bab 28. Mulai belajar dan bekerja di kantor

"Non Alexa ... bangun! Non Alexa disuruh tuan Indra untuk bersiap-siap." Minah membangunkan Alexa seraya menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu dengan kasar.

"Siap-siap kemana? Hari ini 'kan sekolah tidak ada kegiatan apa-apa, Bik. Alexa masih mengantuk! Bik Minah pergi sana!" Alexa yang masih sangat mengantuk secara tidak sadar mengusir Minah dari kamarnya lalu melanjutkan lagi tidurnya.

"Aduuh! Bagaimana ini? Bagaimana kalau tuan Indra marah? Tapi .... Non Alexa tidak mau bangun-bangun juga," ucapnya panik seraya meremas kain lap yang ia bawa sedari tadi.

Minah terlihat panik, ketika wanita itu menoleh ke arah pintu. Wajahnya berubah menjadi pucat pasi saat melihat sosok Indra dengan wajah seramnya sudah berdiri di pintu kamar Alexa.

"Tu–tuan Indra," ucap Minah dengan suara gemetar.

Indra berjalan masuk ke kamar Alexa, mata lelaki itu menatap kesal ke arah putrinya yang masih tertidur pulas di ranjangnya. Padahal pagi ini Alexa akan ikut ke perusahaan papanya untuk mulai belajar mengelola perusahaan.

Indra berjalan mendekati ranjang Alexa. "Alexa! Bangun! Bukankah kamu sudah berjanji untuk pergi ke kantor bersama papa?!"

Alexa tidak merespons, gadis itu masih saja terlelap.

Indra mendengkus kesal. "ALEXA!! CEPAT BANGUN," teriaknya kesal.

Mendengar suara teriakan Indra yang menggelegar, sontak membuat Alexa terkejut. Gadis itu langsung berdiri di samping ranjangnya saat melihat wajah Indra yang terlihat sangat kesal.

"Bukankah papa sudah bilang, kalau pagi ini kamu akan pergi ke kantor papa?! Tapi, lihat! Kamu masih saja enak-enakan tidur," omel Indra kesal.

"Ma–maaf," ucap Alexa seraya menundukkan kepalanya.

"Cepat bersiap! Papa tunggu di bawah," perintah Indra kepada Alexa.

Alexa mengangguk cepat. "Ba–baik," ucapnya.

Indra kemudian berjalan keluar dari kamar Alexa dengan wajah yang terlihat kesal.

"Bik Minah kenapa nggak bangunin Alexa, sih?" Alexa menyalahkan Minah.

"Lah ... kenapa menyalahkan bik Minah?! 'Kan bik Minah sudah bangunin dari tadi, tapi non Alexa tidak mau bangun juga," bela Minah tidak mau kalah.

Alexa menghela napas panjang dan mengalah. "Ya, sudah ... Alexa mau bersiap-siap dulu! Bik Minah turun saja dulu," perintahnya.

"Baik, Non. Tapi jangan lama-lama," ucap Minah mengingatkan.

"Iya, bik. Sana! Bik Minah turun dulu, Alexa mau mandi." Alexa bergengas menyambar handuk dari dalam lemari lalu masuk ke kamar mandi.

10 menit kemudian, pukul 09.35 ...

Alexa sudah terlihat rapi dengan baju setelan formal yang Indra beli khusus untuknya. Gadis itu terlihat sangat cantik mengenakan setelan berwarna pastel tersebut ditambah dengan rambut hitam panjangnya yang terurai indah.

Setelah memoles pelembap bibir, Alexa bergegas turun ke lantai bawah.

Setelah sampai ke lantai bawah, Alexa tidak melihat sosok Daniel ataupun Indra di meja makan. Kemudian Alexa mencari mereka ke ruang tamu dan benar saja, Daniel dan Indra ternyata sedang berdiskusi di ruang tamu.

"Alexa sudah siap," ucapnya kepada Indra.

Saat melihat wajah cantik Alexa, Daniel yang sedang menyesap tehnya tiba-tiba tersedak.

"Uhuk .. uhuk ...."

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Indra kepada Daniel.

Daniel mengangguk cepat. "I–iya ... Daniel baik-baik saja,Om." Daniel mengusap bibirnya menggunakan sapu tangannya.

"Makanlah dulu! Setelah itu baru kita berangkat," perintah Indra kepada Alexa.

Alexa menghela napas panjang. "Tidak usah! Alexa tidak lapar," ucapnya ketus lalu berjalan keluar.

Indra dan Daniel berdiri dari sofa, keduanya berjalan keluar dan menuju ke mobil masing-masing.

"Aku ikut mobil kak Daniel saja, " ucap Alexa.

Tanpa basa-basi, Alexa langsung membuka pintu mobil Daniel dan langsung masuk ke dalamnya. Gadis itu langsung duduk di kursi belakang, tepat di samping Daniel.

"Tuan Daniel, apa kita bisa berangkat sekarang?" tanya Rian yang sedang duduk di kursi pengemudi.

Daniel mengangguk pelan ...

Tanpa menunggu lama, mobil Daniel yang dikemudikan Rian langsung meluncur di jalanan menuju kantor Indra.

45 menit kemudian ...

Seperti biasanya, anak buah Indra langsung menyambut kedatangan Indra di depan pintu masuk. Indra sebagai pemimpin berjalan, Ia berjalan di barisan depan sedangkan Daniel dan Alexa berjalan tepat di belakangnya.

Kemudian mereka masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai atas.

"Alexa ... kau ikut ke kantor Daniel, dia yang akan mengajarimu! Tapi ingat! Jangan pernah membuat keributan di kantor," ucap Indra tanpa menoleh.

Alexa menghela napas. "Memangnya Alexa anak TK yang hobinya loncat sana- loncat sini dan suka bikin onar," gerutunya kesal.

Indra berdeham, lelaki itu jelas mendengar gerutuan Alexa yang berdiri tepat di belakangnya.

Saat pintu lift terbuka, mereka semua berjalan keluar dari lift. Mata Alexa menyapu seluruh ruangan, gadis itu memperhatikan para karyawan yang sedang bekerja. Mereka terlihat sangat sibuk dan fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing.

"Ayo, Lex." Daniel mengajak Alexa berjalan menuju ke kantornya.

Alexa hanya mengangguk mengikuti Daniel dari belakang. Daniel dan Alexa langsung masuk ke dalam ruangan, ruangan Daniel berukuran sangat besar dan tertata sangat rapi dan membuat Alexa sangat terkesan.

Daniel langsung duduk di meja kerjanya sedangkan Alexa duduk di sofa sembari memainkan ponselnya.

"Rian .... Tolong ambilkan semua dokumen. Mulai dari laporan laba, pembangunan dan perencanaan, semuanya. Jangan sampai ada yang tertinggal," perintah Daniel kepada Rian.

"Baik," ucap Rian lalu pergi meninggalkan ruang kerja Daniel.

"Kamu mau minum apa, Lex?" tanya Daniel sambil membolak-balik dokumennya.

"Milkshake ice chocolate," jawabnya cuek sambil terus memainkan handphone-nya.

Daniel menggeleng-gelengkan kepala lalu memencet tombol intercom. "Tolong bawakan susu cokelat hangat ke kantor saya," perintah Daniel kepada bawahannya.

Alexa menoleh ke arah Daniel dan hendak melakukan protes kepada pria itu. Tapi, tiba-tiba Rian datang dengan membawa banyak sekali dokumen yang membuat mulut Alexa terbuka lebar.

Daniel berjalan menghampiri Alexa, lalu duduk tepat di hadapan Alexa. "Ini adalah laporan keuangan, perencanaan, laporan laba-rugi dan juga laporan proyek pembangunan hotel di Bali. Kamu harus mempelajari semua ini," jelasnya seraya meletakkan semua dokumen di meja.

Alexa mendengkus kesal. "Apa kak Daniel berniat membunuhku?! Kenapa aku harus mempelajari semua dokumen ini?!" Alexa mengomel kesal seraya menunjuk dokumen-dokumen di atas meja.

"Karena satu jam lagi kita harus menghadiri meeting penting. Itu semua adalah perintah dari Om Indra dan kamu harus mempelajari semua dokumen ini agar kamu bisa mengikuti meeting," jawab Daniel.

Mata Alexa melirik tajam ke arah Daniel, raut wajahnya terlihat sangat kesal. "Benar-benar menjengkelkan! Kenapa kalian berdua hobi sekali menyiksaku," geramnya.

Daniel hanya tersenyum melihat wajah kesal Alexa yang terlihat manis dan lucu.

Daniel menangkup wajah Alexa dengan kedua tangannya agar gadis itu berhenti mengoceh "Maafin kak Daniel ... kak Daniel janji, setelah meeting selesai. Kamu bisa belajar buku kedokteran," janjinya.

"Benarkah?" tanya Alexa memastikan.

Daniel mengangguk cepat lalu tergelak karena melihat wajah lucu Alexa. Tanpa mereka sadari, ada seorang pegawai perempuan yang sedari tadi memperhatikan Alexa dan Daniel dari celah pintu.

Pegawai perempuan itu mengetuk pintu lalu berjalan masuk ke dalam ruang kerja Daniel.

"Permisi, maaf mengganggu. Ini, saya bawakan pesanan Pak Daniel," ucap sang pegawai seraya membawa nampan dengan segelas susu cokelat hangat.

Alexa langsung menepis tangan Daniel dari wajahnya. Wajahnya Daniel dan Alexa memerah seperti tomat, lalu keduanya langsung mengambil dokumen dan berpura-pura mempelajarinya.

Setelah pegawai perempuan itu meletakkan gelas berisi susu cokelat hangat di atas meja lalu berjalan pergi meninggalkan ruang kerja Daniel.

"Kamu pelajari semua dokumen-dokumen ini, kalau ada yang tidak kamu mengerti. Kamu tanyakan saja," ucap Daniel seraya berjalan kembali ke meja kerjanya.

Alexa menuruti semua perkataan Daniel, gadis itu terlihat sangat serius mempelajari semua dokumen-dokumen yang berada di hadapannya dengan cermat dan cepat.

Mata Daniel benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya dari wajah cantik Alexa. Detak jantungnya berdebar kencang saat berada di dekat Alexa.

Apakah Daniel benar-benar jatuh cinta kepada Alexa?

Entahlah, sepertinya hanya waktu yang bisa menjawab semua ini.

***

1 jam kemudian ...

Daniel dan Alexa sudah berada di ruangan meeting, keduanya selalu duduk bersebelahan, seperti anak kembar yang sulit dipisahkan. Meeting kali ini membahas tentang proyek pembangunan hotel di pulau Bali.

Sebelum meeting di mulai, Indra Prayoga secara resmi mengenalkan Alexa sebagai putrinya di hadapan para karyawan. Baru setelah itu, meeting di mulai. Meski sangat membosankan bagi Alexa, tapi gadis itu tetap bersikap baik dan menuruti semua yang Daniel ajarkan.

Alexa mendengarkan presentasi yang disampaikan oleh manajer proyek pembangunan hotel di pulau Bali. Ada beberapa point yang membuat Alexa mengernyit bingung akan penjelasan sang manajer.

"Jadi .... untuk mendapatkan laba yang lebih besar. Yang harus dilakukan adalah memangkas biaya operasional, biaya pekerja dan juga biaya material," usul sang Manager.

Alexa terlihat sangat kesal saat mendengar usulan dari manajer itu. Gadis itu langsung mengacungkan tangan kanannya untuk protes.

"Halo .... bolehkah saya mengajukan protes?" tanya Alexa seraya melambai-lambaikan tangan.

Semua orang langsung menoleh ke arah Alexa.

Indra mengangguk. "Silahkan," ucapnya mempersilahkan Alexa untuk berbicara.

"Terima kasih, Pak Presdir." Alexa meringis ke arah Indra.

"Menurut saya, tidak ada yang salah dengan jumlah laba dari tahun ke tahun. Malah, laba yang didapatkan perusahaan semakin besar tiap tahunnya, jadi ... kita tidak perlu memotong biaya operasional ataupun memotong biaya pekerja dan biaya material," jelas Alexa.

"Tahu apa kamu tentang bisnis? Anak kecil seperti kamu tidak tahu apa-apa tentang laba perusahaan," timpal sang manajer, merendahkan Alexa.

Alexa tersenyum sinis dan menatap tajam ke arah manajer.

"Apa otak anda bisa berpikir? kalau biaya operasional dan material bangunan itu dipotong, maka kualitas bangunan itu sendiri akan berkurang! Dan tentu saja itu akan sangat berbahaya, bangunan itu tidak akan bisa bertahan lama. Dan kalau ada hal buruk yang terjadi, itu sama saja mencoreng citra perusahaan yang sudah susah payah dibangun selama puluhan tahun," papar Alexa.

"Tanpa kita memotong biaya operasional dan lain-lain, laba yang di dapat dari proyek ini sudah sangat besar. Jadi .... Jangan bertingkah dengan mengatakan harus memotong biaya ini itu karena semua biaya operasional sudah diperhitungkan dengan sangat rinci," imbuh Alexa seraya menatap tajam ke arah sang manajer.

Mendengar kata-kata dari Alexa, raut wajah manajer itu terlihat sangat emosi. Baru kali ini ada orang yang berani melawannya, anak kecil pula. Maka tidak heran kalau manajer itu merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh Alexa.

Saya setuju dengan pendapat Alexa," ucap Daniel.

Indra mengangguk dan mempunyai pendapat yang sama dengan Alexa. Indra merasa puas, Ia benar-benar kagum akan kecerdasan dan kemampuan analisa putrinya itu.

"Saya juga setuju dengan pendapat Alexa. Tidak akan ada pemotongan biaya apa pun! Minggu depan, tim Andi lah yang akan berangkat ke Bali untuk meninjau lokasi pembangunan," ucap Indra.

Wajah sang manajer itu menjadi merah padam karena keputusan Indra. Karena sejak awal, manajer itu sangat menginginkan tim-nya lah yang berangkat ke Bali. Bukan tim Andi.

Alexa menjulurkan lidahnya ke arah sang manajer dengan tujuan mengolok-olok manajer tersebut. Dan benar saja, sang manajer bertambah kesal.

Melihat kelakuan Alexa, Daniel jadi tersenyum geli. Pria itu berusaha menahan tawanya.

"Baiklah, kita lanjutkan kembali meetinh untuk proyek pembangunan hotel di pulau Bali," ucap Indra memimpin jalannya meeting.

To be continued.