"Tuan ... sa–saya temukan buku ini di kolong sofa kamar non Alexa," ucap salah seorang pelayan seraya meletakkan 3 buku tebal di atas meja kerja Indra.
Mata Indra langsung terpaku kepada 3 buku tebal di atas meja kerjanya, raut wajah lelaki itu berubah seketika. Para pelayan Indra langsung menunduk ketakutan.
Melihat raut wajah Indra yang terlihat begitu marah, Leon segera memberi isyarat kepada semua pelayan untuk pergi. Leon sangat hapal kebiasaan sang bos kalau sudah marah.
"Apa Alexa sudah pulang?" tanya Indra kepada Leon.
"Belum, Tuan. Setelah pulang sekolah, nona Alexa harus pergi ke rumah sakit untuk kontrol." Lapor Leon.
Indra menghela napas panjang dan mencoba mengontrol emosinya. "Sepertinya aku harus segera mengambil tindakan untuk Alexa!" Indra berjalan lalu berdiri tepat di depan jendela kaca yang berukuran sangat besar yang berada di ruang kerjanya.
"Lalu .... Apa yang akan tuan Indra lakukan?" tanya Leon.
"Aku akan memperkenalkan Alexa secara resmi sebagai pewaris tunggalku pada saat perayaan ulang tahun perusahaan. Dan aku juga akan menyuruh Daniel untuk mengajari Alexa cara menjalankan perusahaan," jawab Indra seraya mengaitkan tangan hingga ke siku.
***
Di parkiran rumah sakit, setelah Alexa selesai check up ...
"Kak Daniel ... kita beli makan dulu, yuk? Alexa lapar," rengek Alexa kepada Daniel yang sedang menyalakan mesin mobil.
Daniel menatap wajah Alexa yang terlihat kelaparan dan Daniel tidak sanggup menolaknya. "Baiklah, mau makan dimana?" tanya Daniel.
"Drive thru aja, Kak. Nanti makannya di mobil saja, kita cari tempat yang enak buat parkir," jawab Alexa cepat.
Daniel mengangguk. "Baiklah," ucap Daniel.
Daniel menuruti semua permintaan Alexa, setelah memesan makanan. Daniel mencari tempat yang aman lalu memarkirkan mobilnya setelah itu barulah mereka mulai makan.
Tanpa menunggu lama, Alexa langsung melahap cheese steak burgernya. Ini adalah menu favoritnya yang selalu ia pesan kalau sedang bersama dengan Eric saat drive thru.
"Kamu sering makan seperti ini, Lex?" tanya Daniel sambil melahap kentang goreng.
Alexa mengangguk cepat. "Iya, sama kak Eric."
Mendengar nama Eric disebut, ekspresi wajah Daniel seketika berubah. "Kalian berdua kelihatannya sangat dekat? Apa kamu sangat menyukai Eric?" tanya Daniel penasaran.
Alexa terdiam sambil terus mengunyah makanannya yang masih di dalam mulut lalu menelannya. Sesekali matanya memandang ke arah Daniel yang sedang meminum ice coffee.
Alexa tidak menjawab pertanyaan dari Daniel, gadis itu hanya melanjutkan makan.
"Alexa sudah selesai makan, Kak. Ayo kita segera pulang," ajaknya sambil meminum cola dan mengumpulkan sampah kemasan menjadi satu di dalam kantung plastik.
Daniel mengangguk cepat, pria itu segera menyalakan mesin mobilnya lalu mengemudikan mobilnya ke rumah.
30 menit kemudian.
Alexa dan Daniel sudah sampai di rumah. Tapi entah kenapa begitu Alexa masuk ke dalam rumah, suasana rumah terasa sangat aneh dan berbeda dari biasanya.
Alexa melihat para pelayan hanya terdiam, mereka terlihat ketakutan. Padahal biasanya mereka selalu menyambut Alexa dengan ramah begitu Alex memasuki rumah.
"Alexa ... kamu sudah pulang. Bagaimana tadi check up-nya? Dokter bilang apa?" tanya Leon kepada Alexa yang kini berada dihadapannya.
"Baik, kok Om. Lukanya sudah sembuh," jawab Alexa.
"Baguslah kalau begitu. Sebaiknya kamu naik ke atas lalu bersih-bersih, setelah itu temui papamu di ruang kerjanya. Beliau sudah menunggumu dari tadi, ada yang ingin beliau bicarakan denganmu," kata Leon.
Alexa mengangguk. "Baik, Om. Alexa mau ke kamar dulu, permisi om." Alexa berjalan menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamarnya.
Sampai di dalam kamarnya, Alexa melempar. tasnya di atas ranjang lalu duduk di atasnya sambil melepas kaos kaki dan sepatunya. setelah menyimpan sepatu dan tasnya di tempat masing-masing, Ia lalu menyambar handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan diri.
"Aneh! Kenapa suasana rumah jadi suram begini? Biasanya juga 'kan kalau Alexa datang para pelayan pada heboh, tapi ini tadi mereka cuma diam saja. Jangan-jangan sudah terjadi sesuatu," gumam Alexa setelah keluar dari kamar mandi.
Alexa melempar handuknya sembarangan di atas ranjang setelah mengeringkan rambut basahnya. Setelah itu ia melempar tubuhnya di atas ranjang empuknya dan mencoba beristirahat sejenak untuk melepas lelahnya.
Tok tok ....
"Non Alexa ...." Minah mengetuk pintu dan memanggil Alexa dari luar.
"Masuk saja, bik. Pintunya tidak Alexa kunci, kok." Alexa menyahut dari dalam kamar.
Pintu kamar terbuka, sosok wanita renta itu masuk ke dalam kamar Alexa.
"Ada apa, bik?" tanya Alexa saat Minah sudah berdiri tepat di samping ranjangnya.
"A–anu, Non. Non Alexa dipanggil tuan Indra, sekarang! Sudah dari tadi tuan besar nungguin non Alexa terus," jelas Minah gugup.
"Ada apa ya, bik? Kok aneh banget suasana di rumah hari ini? Apa terjadi sesuatu di rumah?" tanya Alexa bingung.
Minah semakin terlihat gugup, wanita itu terlihat ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu kepada Alexa. Melihat ekspresi wajah Minah yang gugup dan tidak seperti biasanya, Alexa semakin bertambah bingung.
Minah hanya terdiam dan tidak menjawab satu pun pertanyaan dari Alexa. Muka wanita tua itu terlihat ketakutan, namun ia masih menutup mulutnya rapat-rapat dan enggan memberitahu Alexa.
"Ya sudah kalau begitu, Non. Bik Minah mau melanjutkan pekerjaan lagi di dapur, cepatlah turun ke lantai bawah dan temui Tuan besar di kantornya. Kalau tidak, papa non Alexa pasti akan bertambah marah nanti,'' pamit Minah sekaligus mengingatkan alexa lalu pergi meninggalkan kamar majikannya itu.
Tanpa menunggu lama, Alexa segera menyisir rambut panjangnya, setelah penampilannya rapih. Alexa bergegas turun ke lantai bawah untuk menemui papanya.
Saat Alexa masuk ke dalam ruang kerja papanya, suasana di dalamnya terasa lebih menyeramkan. Alexa melihat papanya duduk di kursi sambil, mukanya terlihat merah dan ada kerutan diantara kedua alisnya.
Kedua pasang mata Indra terus menyorot tajam mengikuti pergerakan Alexa. Saat Alexa sudah berada tepat dihadapannya, lelaki itu masih belum bereaksi juga. Dan Alexa sudah jelas merasakan aura kemarahan papanya saat ini.
"Jelaskan kepada papa, buku apa ini?" tanya Indra seraya melempar 3 buku tebal tepat dihadapan Alexa.
Mata Alexa seketika melebar saat melihat buku-buku yang ia sembunyikan di bawah sofa kamarnya, kini telah berpindah di hadapannya. Tangan Alexa langsung gemetar, bibir mungilnya bergetar dan lidahnya kelu tidak bisa berkata-kata.
"Cepat! Jelaskan sekarang juga!" bentak Indra emosi sambil menggebrak meja kerjanya.
Alexa sangat terkejut, ia sampai melonjak kaget mendengar suara bentakan papanya.
Alexa menelan ludahnya, gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menjawab pertanyaan dari papanya. "Alexa sudah memutuskan ingin menjadi seorang dokter," ucap Alexa.
"Apa kamu bilang! Coba ucapkan sekali lagi," pinta Indra kepada Alexa.
"A–Alexa ingin menjadi seorang dok–"
BRAKK ....
Belum selesai Alexa berbicara, Indra langsung berdiri dari tempatnya duduk dan kembali menggebrak meja kerjanya sampai membuat lapisan kaca mejanya menjadi retak. Jantung Alexa berdetak sangat kencang, sekujur tubuhnya bergetar saat menghadapi kemarahan papanya.
"Jangan pernah bermimpi untuk menjadi seorang dokter! Karena kamu adalah pewaris tunggal dari keluarga Prayoga! Dan kamu tidak pernah bisa merubah keputusan itu!" hardik Indra seraya menunjuk muka Alexa.
Alexa menghela napas panjang, rongga dadanya semakin terasa sesak. "Ta–tapi ... ini adalah hidup Alexa! Alexa berhak menentukan pilihan," ucapnya.
"Tidak!! Kamu tidak mempunyai hak apapun untuk itu! Karena papa lah yang sudah mengambil keputusan itu sejak kamu dilahirkan di dunia!"
Alexa menggeleng cepat. "Tidak! Alexa tidak mau! Alexa tidak mau! " tolaknya.
Wajah Indra merah padam, tangannya mengepal dan emosinya semakin tidak tertahan. Kalau saja Alexa adalah musuhnya, mungkin nyawa Alexa sudah melayang di tangan Indra.
"Tutup mulutmu!! Papa tidak mau mendengar omong kosongmu lagi!" bentak Indra kasar.
"LEON!! Cepat masuk!" panggil Indra dengan suara keras.
Mendengar panggilan Indra, Leon bergegas masuk ke dalam ruang kerja Indra.
"Iya, Tuan."
"Ambil semua buku-buku ini dan bakar!!" perintah Indra kepada Leon.
Alexa menggeleng cepat. "Jangan! Tolong jangan lakukan itu! Alexa mohon," ucap Alexa mengiba lalu menyambar buku-bukunya dan memeluknya erat.
"Apa lagi yang kamu tunggu! Cepat bakar buku-buku itu!" perintah Indra.
"Maafkan saya," ucap Leon kepada Alexa seraya merampas buku-buku Alexa dengan kasar lalu membawanya keluar.
"Tidak!! Jangan ambil buku Alexa! Alexa mohon! Alexa mohon." Alexa menangis histeris sambil terus memohon kepada Indra.
Indra bergeming, lelaki itu membuang muka dan tidak peduli sama sekali dengan tangisan Alexa yang terus memohon kepadanya.
Alexa berlari keluar mengejar Leon, gadis itu ingin menyelamatkan buku-bukunya.
"Tidak! Jangan bakar buku Alexa!" teriak Alexa dari kejauhan sambil berlari menghampiri Leon.
Tapi saat ia sudah berada di belakang Leon, semuanya sudah terlambat. Leon telah melempar korek api miliknya ke dalam tong yang berisi buku-buku Alexa.
Api dengan cepat membakar dan melahap buku kedokteran Alexa yang perlahan-lahan telah menjadi abu. Gadis itu berdiri mematung sambil menatap buku-bukunya.
"Kenapa?! Kenapa om Leon membakar buku Alexa! Kenapa?" tubuh Alexa terjatuh ke tanah, Air matanya terus mengalir. Gadis itu pasrah saat melihat buku-bukunya berubah menjadi abu.
To be continued.