webnovel

Hikikomori

Kebebasan memanglah hal yang wajib didapatkan bagi seorang anak kecil, sebab inilah hari ini aku sangat senang. Apa kalian tau maksudku? Yap, hari ini adalah saatnya ayah ditugaskan untuk bekerja di luar negeri. Sebenarnya aku sendiri juga masih belum tau tentang pekerjaan ayah, tapi yang pasti… alasan hari ini aku senang adalah karena bisa berada di rumah sendirian. Kami tinggal bertiga sih di rumah, ayah, ibu dan aku. Sayangnya, saat ini ibu sedang dirawat di ruang ICU karena serangan jantung akibat jarang memakai masker saat pergi ke pasar. Duh… padahal ibu sudah tau kalau disana ada banyak hal yang bisa menghasilkan polusi. Meski bergitu, tetap saja dia selalu bersikeras menolak untuk memakai masker. Menurutku, dia mungkin hanyalah seorang manusia dengan tipe yang tidak suka ribet.

Tidak pasti kapan ayah akan pulang kerja, tapi tenang saja… aku tetap akan melakukan apa yang diperintahkan oleh ayah, seperti tidur tepat waktu, memasang alarm, selalu mengunci pintu, dll. Aku ini anak baik, jadi meskipun tidak ada yang menyuruh, aku akan tetap mengerjakan setiap PR yang diberikan oleh guru. Namun semakin lama rasanya semakin membosankan jika terus - terusan sendiri, jadinya aku pun berinisiatif untuk mengajak seorang teman kelas agar bisa menemani bermain playstation.

Kami selalu merasa bersemangat setiap harinya, apalagi kalau bukan karena game. Hal pertama yang kami pikirkan saat pulang sekolah adalah untuk kembali ke rumahku secepatnya dan bermain lagi, lagi dan lagi, bahkan sampai malam! Mungkin ini juga yang menyebabkan kepala kami panas, maksudnya… di hari ke 5, kami sempat bertengkar malam itu, bahkan saling mengatai - ngatai satu sama lain karena rasa tidak bisa menerima akan kekalahan. Sejak hari itu, ia pun tidak pernah datang ke rumahku, bahkan di sekolah kami tidak sempat berbincang - bincang. Bagaimana caranya? Setiap kali kucoba untuk mendekatinya, selalu saja ia langsung pergi menjauh.

Anehnya aku baru sadar saat lusanya tiba, ternyata kunci pintu belakang rumahku yang biasanya tergantung di pintu kini telah menghilang. Hal ini jugalah yang menyebabkanku mulai kemarin selalu kepikiran tentang, "Sepertinya ada sesuatu yang kulupakan."

Aku pun mulai mencarinya di sekeliling rumah, dari sudut ke sudut. Bahkan senter yang kugunakan untuk mencari kunci pintu tersebut sampai habis baterainya, tapi masih belum ketemu juga. Keesokan harinya aku benar - benar menyesal karena sudah teledor, imbasnya adalah aku jadi tidak tenang saat malam tiba. Satu - satunya caraku untuk mengantisipasinya adalah dengan meletakkan pisau dapur ke dalam saku celanaku. Aku memang tidak jago dalam seni bela diri, karenanya ini kulakukan demi menghapus rasa takutku akan hal buruk yang bisa saja terjadi.

Mulai hari itu, aku pun memutuskan untuk tidak bermain playstation lagi di ruang keluarga sebelum ayahku pulang. Saat hendak menjelang malam, aku pun pergi ke dapur untuk secepatnya mengambil makanan dari kulkas dan meletakkannya di kamar agar aku bisa mengisi perutku dengan aman dan nyaman. Namun seketika itu, aku mulai mendengar suara - suara aneh, seperti jendela yang seperti diketuk - ketuk, pintu terbuka, gorden tertarik, benda jatuh dan suara gesekan yang bikin ngilu ketika mendengarnya.

Jelaslah aku terlalu takut untuk mengecek semua suara itu, maksudku… anak berumur 10 tahun sepertiku ini bisa apa? Lagipula keributan semacam itu pasti sengaja dibuat oleh si pencuri, bukan oleh hantu. Kalau begini situasinya, berarti si pencuri memang sudah tau kalau di rumah ini hanya ada seorang anak kecil. Kalau aku ditanya, "apakah aku takut dengan hantu?"

Maka akan kujawab, "Tidak, jelas tidak…! Aku tidak percaya akan hantu, itu hanyalah omong kosong yang sengaja dibuat oleh orang dewasa semata - mata agar anak yang mendengarnya menjadi ketakutan, dengan begitu anak tersebut akan langsung menuruti omongan si pemberi nasehat."

Disaat seperti ini lebih baik aku main aman. Kupikir dengan mengunci pintu kamarku, semuanya akan tetap baik - baik saja. Tanpa memikirkan hal aneh, aku pun mengisi waktu luang dengan mengerjakan PR sembari memakan cemilan. Bahkan aku sempat berpikir untuk tidur di bawah ranjang dengan kondisi lampu yang mati, sebisa mungkin aku bersembunyi agar tidak tertangkap oleh si pencuri. Tidak perlu khawatir, kegelapan tidak akan membunuhmu. Memang awalnya yang terlihat hanyalah warna hitam, namun lama - kelamaan… matamu pasti bisa menyesuaikan dengan kondisi sekitar dan akhirnya kamu juga akan bisa melihat dalam kegelapan.

Namun kali ini kejadiannya tidak sama seperti yang kubayangkan sebelumnya, tetangga di depan rumahku tiba - tiba saja mengirimiku sebuah pesan bergambar. Saat kuperhatikan baik - baik foto tersebut, terlihat seperti ada seseorang yang tengah berdiri di depan pintu rumahku, "Hah…? Jadi ada 2 pencuri yang mengincar rumah ini?" kataku dalam hati.

Tetanggaku mengatakan, kalau ia akan segera menelponkan polisi karena aku tidak mengenali orang tersebut. Panik sekilas membuat tubuhku bergetar ketakutan, ingin rasanya kutelpon ayah, tapi justru suara berisik tersebut hanya akan membuat si pencuri menyadari keberadaanku. Aku pun berpikir untuk menahan pintu kamarku lebih kuat, perlahan tapi pasti… dengan sekuat tenaga aku menggeser meja belajarku ke belakang pintu. Seperti yang kuduga, seketika pintu kamarku tiba - tiba saja digedor - gedor dengan keras.

Sekilas aku teringat akan kegigihan para karakter utama dalam film petualangan, pikiranku pun mendadak menjadi liar. Dengan raut wajah tersenyum bangga, aku membuka jendela kamar lebar - lebar. Kupegang dadaku dengan tangan kanan sembari menarik nafas panjang demi menyiapkan keberanian dalam lubuk hatiku. Setelah tekadku benar - benar sudah bulat, aku pun memutuskan untuk melompat dari ketinggian agar bisa kabur dari situasi yang memojokkan. Sayangnya fakta berkebalikan dengan bayanganku, orang misterius berjaket tebal di depan pintu rumahku itu ternyata sedang menggenggam sebilah pisau di tangan kanannya. Meski sempat dibuat diam tak berkutik, tapi karena aku sudah terlanjur melompat, segera aku mengambil pisau di saku celanaku dengan pose bersiap untuk menangkis serangan dari orang tersebut. Seakan tidak mau kalah, sosok misterius itu juga telah bersiap dengan kuda - kudanya.

Diluar dugaan, mendadak terdengar suara tembakan pistol. Memang aku tidak tau dari mana asalnya, namun pelurunya mengenai tepat ke kepala si orang misterius di bawahku, aku bahkan bisa melihat dengan jelas bagaimana kepalanya meledak dan memuncratkan banyak darah. Aku langsung memejamkan mata, kurasa ini adalah reflek alami dari tubuhku sebab kaget. Tanpa kusadari, aku sudah terguling di rumput halaman rumahku. Saat perlahan kubuka mataku, terlihat kelap - kelip berwarna merah dan biru disertai suara sirine, itu dia… akhirnya para polisi telah tiba.

Baru saja aku hendak berdiri, namun tanganku malah ditarik oleh tetanggaku, seperti dia sangat khawatir sehingga ia ingin membawaku ke tempat yang lebih aman. Dari kejauhan aku melihat para polisi langsung masuk menggrebek seisi rumahku, kurang banyak apa coba? Ada empat mobil polisi yang terparkir di setiap sisi rumah, entahlah… ada berapa banyak pencuri mengincar rumahku.

Malam itu aku bermalam di rumah tetanggaku, aku disuruh tidur meskipun di luar masih ramai. Keesokan harinya pun tiba, namun aku merasa heran, "Bagaimana bisa ada seorang anak kecil yang melakukan pencurian?"

Kata para polisi, salah satu pencuri di rumahku adalah seorang anak kecil yang seumuran denganku. Siapa? Saat kucoba untuk memastikan muka di balik jeruji besi, ia malah memalingkan wajahnya bahkan sampai menutupinya dengan kedua tangannya. Firasatku seakan berbicara seenaknya, "Pasti dia adalah temanku yang pernah kuajak bermain sebelumnya, namun dia marah karena tidak dapat menerima kekalahannya, ia pun mencuri kunci pintu belakang rumahku dan merencanakan pencurian dengan orang dewasa," meskipun aku tidak tau perkiraanku ini benar atau tidak, tetap saja tiada petunjuk yang dapat membuktikannya.

Sejak kejadian itu, aku tidak lagi berkeinginan mengundang temanku untuk bermain di rumahku. Keluargaku adalah orang kaya, banyak barang keren dan mahal di rumahku, aku takut kalau ini akan membuat seseorang tiba - tiba memiliki pikiran jahat untuk mencuri. Bahkan aku selalu waspada terhadap orang di sekitar, meskipun manusia terlihat baik, namun apa yang ada di dalam hatinya tidak selalu sama seperti yang apa tergambar di wajahnya. Seiring berjalannya waktu, aku pun tumbuh menjadi orang yang anti-sosial (Hikikomori)