"puas ya gosipin orang, bukannya jaga toko diluar" Suara Alex mengagetkan mereka berdua, mata mereka langsung membulat menatap Alex, dan saling lirik melirik heran "kenapa si GGS malem-malem begini kunjungan ke toko" batin hati Lita dan Melani seolah kompak saling tahu satu sama lain, mulut mereka terkunci ruangan hening seketika.
Aura Alex terasa mengintimidasi, tatapannya setajam elang, padahal batinnya sedang puas tertawa, melihat dua wanita didepannya gugup setengah mati.
Lita menarik nafas dalam "kita berdua lagi pisahin barang promo" ucapnya lantang.
"diluar ada laki laki, kenapa dua perempuan yang kerja berat didalam? apa mungkin karena kalian ingin bersantai sambil gosip dengan alasan merapikan barang?" tanya Alex lagi, dengan nada dingin sambil melipat ke dua tangannya didepan dadanya.
Lita kesal mendengar tuduhan Alex, bukannya keterlaluan perkataannya, sekaku itukah dia, sampai bicara saja dilarang saat sedang kerja! ada ya orang kayak begini? batin Lita, tangannya sedikit mengepal menahan emosinya "kamu keluar aja Mel, panggil Vero buat bantuin saya" perintah Lita, mendorong pelan Melani yang masih berdiri mematung ketakutan disampingnya.
Belum sempat kaki Melani melangkah "gak perlu panggil Vero, kamu tetep jaga difloor aja, biar saya yang bantu Lita" timpal Alex masih dengan nada dinginnya.
Melani melirik Lita, dan Lita membalas anggukan samar "iya pak" jawab Melani singkat sambil melanglahkan kaki keluar gudang meninggalkan bos killernya berdua dengan manager baik hatinya dengan perasaan khawatir tergambar diwajahnya.
Hati Alex penuh kemenangan akhirnya dia bisa berdua saja dengan wanita yang menjadi incarannya "jadi... kita harus mulai dari mana?" tanya Alex santai sambil berjalan mempersempit jarak dengan Lita.
Mata Alex menatap Lita seolah ingin memangsanya secepat mungkin, fokus tak berkedip.
Lita merasa tidak nyaman dan langsung berjalan menghindari Alex "sisa dua rak itu, dari atas sana sampai sini harus dipindah ke rak depan" ucap Lita menjelaskan sambil menunjuk arah rak yang dimaksud "jadi... bapak harus naik keatas buat ambil dus sepatunya terus oper ke bawah, nanti saya yang pindahin ke rak depan"
"kenapa harus saya yang naik keatas?" tanya Alex namun sambil tersenyum didalam hatinya, yah pertanyaannya jelas sudah punya jawaban yang dia sendiri tahu.
gila kali, masa iya gue yang harus naik tangga, udah jelas jelas gue pake dress dasar cowok mesum, mau ngintip gue lagi gitu maksudnya, kalo gue naik ke atas! rutuk Lita dalam hatinya, namun Lita tetap mencoba menahan emosinya"sepertinya bapak fobia ketinggian ya, yaudah kalo gitu saya suruh Vero aja yang bantuin bapak disini, nanti vero yang-"
belum sampai Lita menyelesaikan kalimatnya "oke! saya yang naik" potong Alex langsung menaiki tangga besi yang ada disampingnya. sampailah Alex berdiri di atasnya. Melakukan hal seperti intrupsi dari Lita tadi.
Dua puluh menit lamanya Lita dan Alex bekerja sama saling mengoper dus sepatu namun tidak ada pembicaraan sama sekali. Bahkan hanya terdengar suara dus yang ditarik dari dalam rak dan diletakkan kedalam rak lainnya yang mendominasi gudang.
Hanya sesekali suara basa-basi pertanyaan dari Lita saat Vero ataupun Melani dan staff yang lain masuk ke dalam gudang untuk mengambil stok barang baru yang ingin dibeli customer. Selanjutnya sepi lagi setelah mereka keluar dari gudang.
"kamu benar-benar dekat dengan para staff yah, kelihatannya mereka semua sangat menghormatimu" ucap Alex yang masih berdiri di atas tangga sambil melihat ke arah Lita yang berdiri tepat dibawahnya.
"yah, kita semua keluarga di toko ini, saya berusaha menjadi Leader yang bisa membuat mereka nyaman, supaya kerja mereka semangat dan tidak merasa tertekan" balas Lita sambil mendongak ke atas.
Mendengar suara Lita yang selalu tegas dan bijak, membuat hati Alex berdebar, ditambah wajahnya yang terlihat sexy ketika sedang mendongak keatas.
Alex tak memungkiri, selama dia berada diatas, dia menikmati pemandangan yang membuat jiwa lelakinya berteriak, rambut Lita yang diikat memperlihatkan garis lehernya yang indah dan tengkuknya yang jenjang, bahkan mimik wajah Lita yang mendongak kearahnya saat menerima dus sepatu terlihat sangat menggoda.
shit! rutuk Alex dalam hati, Alex semakin frustasi menahan keinginannya, saat ini dalam imaginasinya dia hanya ingin segera melompat turun dan langsung memeluk wanita itu, mencium bibirnya seperti waktu itu, menjelajahkan lidahnya ke leher dan tulang tengkuknya, bahkan dia sangat ingin melihat wanita itu tidak berdaya lagi dalam pelukannya, lemas kegelian saat dilumat telinganya.
Drap!! lompat Alex turun dari tangga
"jadi kamu sangat suka membuat orang bersemangat ya!" ucap Alex yang kini sudah berdiri tepat didepan Lita, Alex benar-benar sudah tidak bisa mengontrol hasratnya, dia segera ingin menjalankan aksinya sesuai dengan imajinasinya.
Lita mematung mendapati Alex dengan gerakan cepat sudah berdiri sangat dekat didepannya, belum sempat menghindar Alex langsung melumat bibir Lita dengan paksa sambil mendorong Lita tersudut di rak.
Lita berusaha mendorong tubuh Alex, namun apa daya kekuatannya terlalu lemah untuk melawan lelaki yang tengah memeluknya erat.
Alex melepas ciumannya, kini bibirnya menjamah telinga Lita kemudian menuju ke leher lita.
"sshh, tolong pak... jangan seperti ini" ucap Lita suaranya bergetar, tangisnya pecah, airmatanya menetes menyentuh tangan Alex yang berada dipipinya.
Mendengar suara Lita yang bergetar pilu, Alex langsung menghentikan aksinya. Matanya membulat mendapati Lita benar-benar menangis dihadapannya.
Belum sempat tangan Alex menyentuh Lita untuk menenangkannya,
Kriet!! suara pintu pelan terbuka dan langkah kaki seseorang berjalan masuk. Membuat Alex segera menjauh dari Lita dan Lita segera menghapus air matanya.
"ka Lita ada yang nyari kamu didepan" Ucap Vero yang kini sudah berdiri tepat didepan rak paling depan.
"siapa?" tanya Lita dengan jantung yang masih berdebar gugup.
"biasa ka, pujaan hati" ucap Vero sambil mesem-mesem.
"siapa? customer?" tanya Alex beruntun sambil berjalan mendekat kesamping Lita, suaranya dingin dengan wajah kesal karena mendengar ucapan Vero.
"bukan customer, tapi suaminya ka Lita, pak" jawab Vero sedikit gugup mendapati wajah sangar bosnya lagi yang sebenarnya ganteng kalau gak jutex terus.
"kamu gak bilang kalau Lita lagi kerja" tegas Alex semakin kesal mendengar kenyataan pemilik sah wanita pujaannya datang.
Lita melirik jam tangannya "jam 21.55 waktunya closing, yuk kita prepare tutup toko!" timpal Lita mengalihkan pembicaraan mengabaikan ucapan Alex, sambil menggandeng tangan Vero berjalan keluar gudang secepat kilat. Lita sadar betul kalau Lelaki yang baru saja menciumnya itu sedang sangat kesal, terlihat jelas di wajah tampannya.
"ayook siap-siap closing toko, tutup rollingdoornya setengah, closing kasir juga" teriak Lita ketika keluar gudang. Kemudian berjalan keluar toko menghampiri suaminya, Leo. yang sedang berdiri di depan toko.
Alex yang kini juga sudah keluar gudang, melihat Lita yang sedang mendekat ke arah lelaki yang disebut-sebut suaminya dari dalam floor. Memperhatikan gerak gerik Lita yang memberikan senyum hangat, dan sentuhan lembut ditangan lelaki yang membuat hati Alex panas saat ini.
Alex mendengus kasar, penasaran sambil berjalan menuju Lita.
"maaf bu Lita, bukannya ini masih jam kerja, kamu harusnya didalam bikin DSR" ketus Alex menyindir yang kini ada di antara Lita dan suaminya, mata Alex jeli menjelajah wajah Lelaki yang ada dihadapannya, melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Leo terdiam melirik ke arah istrinya mencari jawaban tentang lelaki yang tengah kesal dihadapannya saat ini "sayang, ini manager area baru aku, namanya pak Alex, dia adiknya ka Angel" jelas Lita yang menyadari kebingungan suaminya.
"oh, adiknya Angel! saya Leo suaminya Lita" ucap Leo sambil mengulurkan tangan kedepan Alex.
Alex hanya melirik uluran tangan Leo tanpa menjabatnya "langsung masuk kedalam, kerja harus profesional" ketus Alex sambil berjalan masuk lagi ke dalam floor dan menghilang masuk kedalam gudang.
"jangan diambil hati, dia emang jutex begitu, aku closing dulu ya, kamu tunggu disini ,oke!" ucap Lita dan langsung berjalan masuk kedalam.
Leo membalas dengan senyum dan anggukan samar.
Semua staff bergantian masuk fittingroom untuk berganti baju, dua puluh lima menit berlalu Lita mengerjakan semua laporan yang harus dikirim lewat email setiap closing toko, barulah Lita yang terakhir berganti baju.
Karena Alex masih ada ditengah mereka semua, semua staff yang biasanya ramai saling sindir menyindir, bercanda dan tertawa, saat ini hanya diam memandangi ponsel masing-masing, sesekali melepaskan kata dengan suara pelan.
Akhirnya mereka semua keluar dari toko yang sudah gelap gulita dan terkunci rapat itu setelah Lita mengecek satu persatu tas dan barang bawaan mereka didalam toko tadi dibawah CCTV.
Alex langsung pergi duluan setelah semua sudah diluar, dengan ucapan pamit yang singkat dan wajah yang masih tidak ramah tentunya, Alex berjalan menyusuri toko-toko lain yang sudah gelap juga karena tutup.
"ka Lita, aku gak jadi bareng kamu deh" ucap wanita berambut pendek salah satu staff, Dian.
"aku juga" timpal satu wanita lagi dengan yang berbadan sedikit gempal, Laila.
"loh kenapa? bareng aja, kan kita searah, biasanya juga pulang bareng saya" balas Lita sambil menggenggam tangan mereka berdua.
"gak enak sama bang Leo cape nanti mondar-mandir nganterinnya" ucap Dian sambil senyum malu malu.
"hmm, kayak sama siapa aja, selow aja, abang anterin sampe rumah masing-masing dengan selamat" balas Leo yang memang pernah sesekali mengantar teman-teman istrinya itu kalau jemput dan satu shift dengan istrinya.
Akhirnya Mereka ikut bareng dengan mobil Lita dan Leo, Jeng Vera dan Melani masing-masing pergi pulang sendiri, karena bawa kendaraan pribadi.
***
"Argh sial!" erang Alex melempar blazernya ke atas kasur setibanya di apartemennya "brengsek!" rutuknya sambil mengacak rambutnya dan duduk dengan kasar diatas kasur.
Brak!! Alex menjatuhkan lagi dengan kasar tubuhnya berbaring diatas kasur. Menatap nanar ke atap kamarnya, memijat ringan ujung alisnya dengan telunjuknya mengingat kejadian digudang tadi, membuat Lita menangis, karena tindakan kurang ajarnya.
Alex benar-benar tidak bermaksud membuat Lita menangis, hanya saja jiwa mudanya yang terlalu menggebu, dan terlalu tamaknya dia ingin memiliki wanita istri sah lelaki lain itu, hatinya kembali memanas ingat wajah tampan suami Lita.
"ah pantas dia tidak takluk padaku, suaminya tak kalah saing dengan ku" gerutunya, entahlah hatinya panas karena tahu saingannya sama tampannya, atau karena kecemburuannya karena terlalu suka dengan Lita, atau karena dia sadar kalau dirinya yang tampan ini sudah ditolak mentah-mentah dengan perempuan.
Tak banyak fikir Alex langsung berganti baju, dan keluar dari apartemennya segera.
Mobilnya melaju cepat, melewati jalan malam yang hanya diterangi cahaya lampu jalan, Alex bergegas menuju club malam tempat biasanya nongkrong dengan Ronald, si teman badungnya dari kuliah.
Ronald bilang dia sudah memesan ruang VVIP, pastinya juga sudah ditemani dengan wanita-wanita penghibur bayaran, atau dengan teman-teman satu malam si maniak satu itu. Saat ini Alex hanya ingin melampiaskan hasratnya yang tertahan dan amarahnya yang sudah terlanjur tersulut.
Alex membuka pintu room yang di pesan Ronald. Terlihat langsung Ronald yang tengah diapit dua perempuan sexy yang terus menggerayangi tubuhnya.
"woy bro! lama betul kau ini" sapa Ronald melihat sahabatnya yang sedari tadi dinanti tak lupa melambaikan tangan meski masih duduk asik menikmati sentuhan dua wanita disampingnya yang sudah tanggal pakaian atasnya "lady tolong sapa teman ku yang tampan itu" perintahnya menunjuk satu perempuan yang sedari tadi duduk menunggu Alex, karena sudah dibooking Ronald untuk melayani Alex.
Lady yang diperintah, langsung jalan menghampiri Alex yang masih berdiri didepan pintu "hai namaku vio-"
Belum lengkap si lady memperkenalkan diri Alex langsung melumat bibir tebal si wanita sexy bayaran itu, mendorongnya langsung duduk di sofa sebrang Ronald.
Gerakan Alex kasar menyentuh setiap bagian wanita yang sudah pasrah itu, bahkan tanpa pemanasan, Alex langsung menenggelamkan batangnya yang sudah dilapisi kondom kedalam wanita yang ada diatas pangkuannya itu.
Ronald sedikit terkejut dengan sikap Alex malam ini, karena yang dia tahu Alex tidak akan pernah bermain didepan orang lain seperti sekarang ini, bahkan Ronald tidak pernah menyaksikan betapa brutalnya sahabatnya malam ini.
Alex belum mencapai klimaks sampai salah satu wanita yang ada disamping Ronald pun ditarik langsung oleh Alex menjadi korban tusukan kejantanannya berikutnya setelah wanita yang pertama selesai mendapat orgasmenya, dihantamnya batangnya kuat ke wanita yang kini membelakanginya, sampai Alex akhirnya mencapai klimaksnya.
Ronald tercengang dengan pertunjukan sahabatnya itu, bahkan dia tahu kalau Alex melakukannya dengan kesadaran penuh, karena belum setegukpun miras didepannya disentuh.
Alex segera membenahi celananya, dan menengguk satu gelas miras yang sudah dituang wanita penghibur disampingnya.
"gue cabut duluan bro" ucap Alex beranjak dari duduknya, meletakkan dua amplop coklat diatas meja, yang diambilnya dari dalam kantong blazer abu-abu tua nya, Alex segera keluar meninggalkan Ronald bersama tiga wanita itu.