Tak sepatah kata pun yang keluar dari kedua gadis itu, mata selalu lurus ke depan, mengikuti setiap alur cerita film yang di lihat nya,
Kadang hanya meneguk minuman dingin atau sedikit cemilan.
Hanya tinggal beberapa menit lagi film berakhir.
Lili menoleh ke arah sahabatnya, Lestari tak menyadari bila Lili lama menatap nya.
Buliran basah di pipi Lestari masih belum mengering, sepanjang film berlangsung hanya Bagas yang di ingat nya.
Sesekali bayangan Rizal yang memeluk wanita berjilbab terlintas di fikiran nya.
Setelah ini Lestari berjanji tak akan mau lagi mengenal lelaki, baik Bagas atau pun Rizal ternyata sama sama lelaki yang mendua.
Lestari belum mengenal Rizal, tapi dalam hati nya yakin, wanita berjilbab yang di peluknya itu pasti kekasihnya.
Jadi selama ini dia mengirim pesan padanya hanya sekedar hiburan semata.
Lampu ruangan telah menyala kembali, Lestari terkejut, dia cepat menghapus, sisa buliran basah di pipinya.
Mungkin sebagian telah mengering.
"Tari, kamu nangis?" Tanya Lili heran.
Padahal cerita film yang di tonton nya tak begitu sedih, apa lagi detik terakhir film selesai, ending nya malah bahagia, tapi Lili melihat Lestari seperti baru saja menangis.
"Iya Li, sedih banget ceritanya" jawab Lestari dia tak sadar menjawab begitu, membuat Lili jadi bertambah heran.
"Sedih dari mana nya? udah jelas kan ending nya bahagia" ucap Lili, menyusuri lorong menuju pintu keluar.
Lastri terperangah mendengar ucapan sahabatnya.
"Kayanya kamu gak konsen nih nonton nya, ada yang di fikirin ya?" Tanya Lili,
Menoleh kearah Lestari, gadis itu tersenyum tipis.
Lestari tak menjawab, dia terus berjalan tanpa menghiraukan Lili.
Wajah nya celingukan, seperti mencari sesuatu, dia memang mencari sosok Rizal, tentu saja lelaki itu pasti keluar bersamaan setelah film usai.
Lili menyadari bila Lestari sedang mencari sesuatu di antara kerumunan pengunjung yang masih berebut keluar pintu bioskop.
Lega rasanya telah keluar dari tempat yang selama 2 jam sibuk membenahi fikiran tak jelas, Lestari mengajak Lili menuju bangku panjang di pelataran parkir.
Gadis itu merasa terlepas dari suasana yang mengurung nya dengan ketegangan, Rizal membuat nya tak mengerti, lelaki yang selama ini memaksa nya untuk bertemu ternyata tak lebih dari lelaki pengumbar kata.
"Kenapa kita duduk disini ? Lebih baik kita langsung pulang, ini sudah malam Tari!" Ajak Lili, namun tak ayal dia pun duduk di sebelah sahabatnya itu.
"Sebentar Li, aku nyari Rizal"
"Rizal!?" Tanya Lili , suara nya keras tak sadar bila banyak yang lalu lalang di depan mereka.
Lestari mengangguk, matanya masih saja jelalatan di antara orang orang yang berjalan di depan mereka.
Pelataran parkir memang agak ramai, mungkin karena orang orang yang baru selesai keluar dari bioskop, atau pun hanya berjalan jalan, karena Sabtu malam ini memang cerah.
"Aku melihat Rizal di depan toilet Li, tak lama kemudian dia menggandeng wanita berjilbab yang baru keluar dari toilet itu" Lestari menjelaskan kepenasaran Lili.
"Pantas dari tadi kamu celingukan gitu, kaya yang mencari seseorang" jawab Lili.
"Untung Rizal tak melihat ku, aku pun tak jelas melihat wajah wanita itu, dia membelakangiku"
"Terus, sekarang kita mau apa duduk di sini?" Tanya Lili, dia menguap beberapa kali.
"Aku penasaran aja Li, mungkin saja mereka ada di antara mereka" mata Lestari masih menyusuri pelataran parkir di antara kendaraan yang terparkir dan juga orang yang berjalan.
"Terus hubungan nya kamu nangis selama nonton itu apa?" Tanya Lili, merasa masih tak mengerti kenapa sahabatnya itu seperti menahan emosi dalam hatinya.
"Itu karena aku menghayati cerita film nya"
" Bohong kamu!" Lili mencubit lengan Lestari, gadis itu meringis kecil.
Tring! Tring!
Ponsel Lestari berbunyi, gadis cantik itu melihat pesan siapa yang masuk di aplikasinya.
"Rizal, Li" ujar nya menoleh ke arah sahabatnya.
"Apa katanya?" Tanya Lili memdongak ke layar ponsel sahabatnya.
{ Halo Lestari, gimana film nya kamu suka}
Lestari dan Lili saling berpandangan,
Ternyata Rizal telah melihat nya, lalu di mana dia sekarang?
Mungkin sudah berjalan pulang, atau mungkin saja dia memperhatikan kedua gadis itu.
Dan siapa wanita berjilbab itu.
"Balas aja Tar, tanya dia ada di mana?"
Desak Lili, wajah nya mulai geram.
Lestari mengetik balasan di ponsel nya.
{ Iya, lumayan aku suka, kok kamu tau aku nonton} kirim.
Tak menunggu lama, Rizal sudah membalas pesan yang Lestari kirim.
{Aku ada di kursi belakang kamu}
Dug!
Lestari menarik nafas panjang, apa mungkin Rizal tau bila selama film berlangsung dia tak menikmatinya.
Dia diam diam menangis karena teringat percintaan nya bersama Bagas, dan kepada diri lelaki itu, lelaki yang setiap hari mengirim pesan perhatian padanya.
Lama Lestari memandang balasan Rizal, apa lagi yang harus dia kirim pada lelaki itu.
Apa harus dia tanyakan, dengan siapa dia datang, atau siapa wanita berjilbab itu
Rasanya tak penting dan bukan urusan nya.
Atau haruskah Lestari meminta agar Rizal jangan menghubunginya lagi.
Ah, kalau itu tidak usah dia minta, bisa langsung memblokir no lelaki yang memang selama beberapa hari ini mengganggunya.
"Balas lagi Tar!" Desak Lili, dia seprti nya ada rasa kesal pada Rizal.
Kesal karena sudah jelas lelaki itu mempunya pacar tapi masih saja menggoda sahabatnya.
"Apa yang harus aku balas, biarin aja lah, gak penting juga kan" jawab Lestari.
Memasukan benda pipih itu ke dalam tas selempang nya.
Mengajak Lili pergi meninggalkan tempat itu,
Malam memang belum begitu larut.
Masih ramai kendaraan di jalan.
Mungkin karena malam ini , malam Minggu banyak muda mudi menghabiskan waktu di malam yang panjang.
Lili menolak ketika Lestari mengajak nya untuk mampir kerumah nya dulu, gadis itu pasti lelah.
Lestari melambaikan tangan ke arah sahabat nya,
Gadis itu menatap punggung sahabatnya hingga bayangan Lili hilang di kesepian malam.
Lestari menatap langit langit kamar nya,
Kamar nya tidak terlalu besar, tapi dia merasa nyaman bila berada di kamarnya sendri, mengunci pintu dan meluapkan semua yang sedang dia alami, seperti ketika baru saja di tinggal Bagas pergi.
Hanya kamar tempatnya menumpahkan tangisan kekecewaan karena di tinggal kekasih yang dia cintai.
Dan sekarang, di kamar ini, bayangan Rizal berkelakar di ingatan nya.
Lelaki yang baru di kenal nya itu ternyata pandai juga menyembunyikan keadaan dirinya.
Hanya dengan mengirimkan pesan, dia mungkin menyangka Lestari akan terjerat tali cinta nya.
Tapi bayangan wanita berjilbab yang tadi dilihatnya menyadarkan Lestari.
Kenapa lelaki begitu mudah ke lain hati.
Apa masih ada lelaki setia di dunia ini.
Gadis itu bukan menyesali nasib nya, tapi kenyataan yang harus dia terima.
Percintaan nya belum berakhir bahagia, ketika bersama Bagas.
Suara decakam cicak di langit langit, seperti mengejek dirinya, mengejek kegagalan dalam percintaan nya.
Hewan merayap itu berlari berpasangan.
Lestari memainkan ponselnya, tak ada lagi pesan pesan indah di terima dari Bagas, lelaki itu mungkin saja sedang bahagia bersama pacar barunya.
Sedang kan dia masih saja belum bisa melupakan sosok Bagas.
Bila kemarin ada Rizal yang memperhatikan nya, sekarang lelaki itu sudah tak mau dia kenal lagi.
Mengapa begitu cepat Tuhan membuka kesalahan Rizal.
Bila wanita itu saudara atau adik nya tak mungkin dia memeluk pinggang nya begitu mesra.
Jelas dia adalah pacarnya.
Lestari belum jelas apa maksud Rizal yang selalu mengirim nya pesan, apakah lelaki itu menyukai nya atau hanya mencari kenalan dan hiburan saja.
Dasar laki laki, semua nya sama saja!
Rutuk nya dalam hati, tak mau berlarut dengan fikiran yang tak jelas, Lestari memilih untuk tertidur.
Besok akan aku cari tahu siapa Rizal sebenarnya.
***