webnovel

Penyatuan

Aku benar-benar dirundung rasa cemas. Mas Kai masih belum kembali. Kemana dia. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya.

Aku berdiri di jendela kamar memandang halaman rumah berharap mobil Mas Kai muncul disana. Namun harapanku sia-sia.

Tiba-tiba ponselku berdering. Dengan tergesa-gesa ku raih benda pipi itu dan sedikit legah melihat ternyata telepon dari Mas Kai. Namun setelah ku terima bukan Mas Kai yang berbicara namun seseorang yang tak ku kenal.

"Hallo apa kau mengenal Kai? Kau siapanya?" ucap seorang pria. Dari jauh aku bisa mendengar suara Mas Kai.

Aldo yang berada di bar bersama Kai dibuat pusing dengan pria itu. Kai yang mabuk berat terus ngelantor dan parahnya sering memberi pukulan mendadak kepadanya.

"Aku tak tahu kau siapa. namun aku menemukan kontakmu berada di kontak favoritnya. Aku memutuskan menghubungi."

Aku mengeryit. Mas Kai menjadikan nomorku sebagai kontak favorit?

"Apa yang terjadi dengan mas Kai? Apakah dia baik-baik saja?" tanyaku khwatir.

"Tenang dia baik-baik saja. Hanya saja dia mabuk berat. Kau datanglah ke bar, aku akan mengirim tempatnya padamu," ucapnya.

"Baik makasih," ucapku segera mematikan ponsel. Tanpa menunggu lama lagi aku segera menuju parkiran. Aku mendengar mobil sendiri menuju lokasi yang telah dikirim.

Namun sesampainya di bar aku hanya bertemu Aldo.

"Dimana mas Kai?" tanyaku kepada pria itu.

"Baru saja dia dibawah tadi."

Aku mengeryit mendengarnya.

"Maaf sebelum meneleponmu aku sempat menelepon beberapa nomor. Salahku juga seharusnya ke cek dulu ke kotak favorit. Dia baru saja dibawah oleh seorang wanita."

"Seorang wanita? Siapa?" tanyaku amat penasaran. Namun Aldo malah tertidur mungkin karena mabuk. Aku menguncajg tubuh Aldo namun tidak ada reaksi sama sekali.

Aku memutar otak. Disaat seperti ini aku harus tenang dan berpikir jernih. Mas Kai dibawah oleh wanita. Wanita... saat ini aku memikirkan 1 orang.

Aku kembali menuju parkiran dan menjalankan mobil menuju suatu tempat.

Beberapa menit kemudian ku berhenti mobil di sebuah bangunan 2 lantai. Aku tak tahu mas Kai dibawah kemana. Semoga saja terbakanku benar.

Beberapa kali ku ketuk pintu dan membunyikan lonceng apartemen tersebut namun tak ada siapapun.

Jika begini apa aku harus kembali?

"Kau... mengapa malam-malam ke rumahku? Menganggu orang tidur saja!" ucap Mawar yang terlihat menguap.

Ku diam memperhatikannya. Sepertinya bukan dia yang membawa mas Kai. Pikirku.

Aku hendak berbalik untuk pergi, namun ku tahan dan kembali menatap Mawar yang sedikit melotot kepadaku.

Barusan aku mencium parfum Mas Kai dari tubuhnya. Aku yakin penciumanku tidak mungkin salah.

"Kau membawa Mas Kai kesini?" tanyaku langsung ke poin.

Mawar mengeryit. "Maksudmu?"

"Barusan aku mencium aroma Mas Kai di tubuhmu!" ucapku yang kini menatapnya dengan tatapan mengintai. Aku curiga dia mencoba menyembunyikan Mas Kai dariku.

"Tidak ada. Sebaiknya kau kembali karena aku mau lanjut tidur." Usir Mawad. Namun aku percaya Mas Kai ada di dalam.

Ku dorong Mawar dan menerobos ke dalam. Di dalam ku teriaki nama Mas Kai berulang kali dan coba dihentikan oleh Mawar. Aku tak peduli tetap melanjutkan langkah ke lantai atas.

Aku mencari kamar yang ku yakini adalah kamar Mawar. Setelah menentukan pilihanku tanpa menunggu lama aku segera menerobos ke dalam.

Mawar mencoba menghentikanku. Namun tidak berhasil.

Di atas ranjang king size seorang pria terbaring disana. Siapa lagi kalau bukan Mas Kai.

Aku menatap Mawar dengan tajam. Wanita itu tak berkutik karena ketahuan telah berbohong.

Aku tak tahan lagi. Aku segera naik untuk membangunkan Mas Kai. Ternyata Mawar begitu berani menghentikanku.

"Apa maksudmu mbak Mawar?!" Ku tepis lengan Mawar dengan kasar dan menatap wanita itu dengan tajam.

"Dia sedang tidur. Kenapa malah membangunkannya?" tutur Mawar membutuaku hampir hilang akal. Berdebat dengan Mawar, akalku masih sehat mempertimbangkannya. Felakor sepertinya, kebanyakan sudah putus urat malunya. Jadi tidak penting.

"Menyingkirkanlah, mbak. Saya ingin membawa suami saya," ucapku sebisa mungkin mencoba ramah. Namun ternyata kesabaranku tak dianggap.

"Malam malam buat keributan. Semakin tak sopan menerobos seperti ini mbak El. Mas Kai memintaku agar membanya kesini. Jadi biarkan dia tidur. Besok pagi setelah bangun aku akan memintanya menemuimu."

"Mbak sih gak becus ngurus suami. Jika pria memilih mabuk-mabukkan di bar artinya dia sudah bosan. Sebaiknya mbak intropeksi diri," ucap Mawar membuatku naik pitan.

Mawar dengan tidak tahu malunya ingin mengusirku. Namun segera ku tepis lengan wanita itu dan kembali mendekati Mas Kai.

Tak mengubris Mawar, segera ku papah Mas Kai untuk bangun. Mas Kai yang mabuk hanya mengikuti saja.

"Malam malam membawa suami orang ke rumah. Apa kau masih punya rasa malu?"

"Untungnya kau tinggal di lingkungan kota, jika di kampungku kau sudah pasti akan menjadi gunjingan tentangga," ucapku segera memapah Mas Kai dari tempat tidur.

"Biar ku perjelas mbak Mawar, kau orang luar sebaiknya gak usah ikut campur dalam urusan rumah tangga kami. Aku istri sahnya lebih berhak dibanding kamu yang bahkan tak dianggap oleh keluarganya." Kali ini ucapanku membuat Mawar bungkam.

Aku pergi membawa Mas Kai dan meninggalkan Mawar yang terpojok. Dengan susah payah akhirnya aku berhasil menuntut Mas Kai ke dalam mobil.

Segera ku jalankan mobil meninggalkan kediaman Mawar menuju kediaman kami.

Ku berhentikan mobil dan kembali menuntun Mas Kai ke kamar. Ku rabahkan Mas Kai dengan hati-hati. Namun tak ku sangka Mas Kai mendadak menarikku hingga aku terjatuh bersamanya.

"Mas...?" seruku mencoba bangun namun tak bisa karena tangan Mas Kai masih melingkar di pinggang ku.

Aku mencoba lepas namun tak bisa. Tangan Mas Kai melingkar tidak bisa dilepaskan.

"Ella... punya hubungan apa kau dan Dave?" ucap Mas Kai mirip guraian.

Karena berpikir Mas Kai mabuk aku tak terlalu mengganggap ucapannya.

Aku bangun dan hendak menyelimuti Mas Kai dengan selimut. Namun lengan kekar itu kembali menarikku ke tempat tidur.

Secepat kilat Mas Kai membalikkan tubuhnya dan membuatku berada di bawah kungkuhannya.

Terpenjat! Bukankah Mas Kai sedang mabuk atau sedang berpura-pura.

Ku tatap Mas Kai dan mencoba mencari kebenaran dari sana. Namun yang ku lihat hanyalah desakan dan amarah di wajahnya. Hingga tangan bertenaga yang mampu mematahkan leherku kapan saja menarik kerah bajuku dan merobeknya.

Aku terpenjat Mas Kai merobek pakaian dan melepaskannya dengan kasar.

Mas Kai mendekat dan mencimku hingga nafasku tersengal nyaris mati barulah ia melepaskannya. Namun tak sampai disitu dia kembali melanjutkannya lagi. Hingga ku rasa tubuhku telah polos tak tertutup apapun lagi.

Ah~

Air mataku terus menetes. Tubuhku terasa dikoyok hingga akan mati kapan saja oleh perilakuan Mas Kai yang amat kasar.