webnovel

Aku Butuh Kristal Energi!

Editor: Atlas Studios

Saat dia berjalan, dia menjadi lebih bersemangat. Jalan yang dia lewati dipenuhi dengan darah segar dan kental…

Darah segar dan kental dari puluhan binatang liar, yang pantatnya meledak dengan brutal.

"Duar!" Hewan berbulu lain di depannya menjerit kesakitan saat sebuah serangan tak terlihat menghantam bagian belakangnya, tiga kali, sampai binatang itu meledak, menyemprotkan kabut darah ke udara.

"Duar!" Seekor burung kondor raksasa yang sedang mencari makan, bahkan belum mendarat di tanah, memekik tak karuan, seolah-olah mengalami mimpi buruk. Lalu pantatnya meledak.

"Duar, duar." Itu adalah seekor macan garang seukuran manusia yang hendak menerkam Meng Hao. Di udara, macan itu meraung dengan raungan mengerikan yang berubah menjadi jeritan menakutkan, pantatnya meledak, menyemprotkan darah segar dan darah kental di mana-mana. Mungkin karena macan itu berbulu lebat menyebabkan ledakan yang terjadi sebanyak lima kali berturut-turut.

"Harta yang sangat berharga. Benar-benar harta yang luar biasa." Sebelum dia mengetahuinya, senja telah bergulir, dan ekspresi Meng Hao penuh gairah. Dia menatap cermin tembaga. Sepanjang hari, ia telah meledakkan pantat lebih dari seratus binatang.

Untungnya, dia berada di pegunungan liar yang besar, jika tidak, bau amis dari darah itu akan sangat menyesakkan luar biasa.

"Cermin ini tidak sepenuhnya efektif. Ketika aku mencobanya pada ular piton dan ikan, cermin ini tidak bereaksi sama sekali. Tampaknya cermin itu tidak berfungsi pada hewan bersisik. Tetapi itu masih tetap luar biasa." Dia telah mengujinya dengan berbagai cara dan telah menemukan bahwa cermin itu tidak akan bereaksi ketika berada di dalam tas. Cermin itu akan bereaksi ketika dia memegangnya. Dia juga merasakan sesuatu yang aneh dan menggairahkan ketika sedang beraksi meledakkan pantat-pantat binatang liar itu. Sepertinya, korosi pada cermin itu mulai memudar, seolah-olah telah disembunyikan selama bertahun-tahun dan akhirnya mampu meregangkan kaki-kakinya.

Saat senja tiba, Meng Hao menemukan dirinya berada cukup jauh di dalam pegunungan liar. Angin malam bertiup, dan dia mengambil napas yang dalam dan bersemangat. Dia baru saja bersiap untuk kembali ke Gua Dewa. Bagaimanapun juga, pegunungan ini dipenuhi dengan binatang liar. Meng Hao bahkan telah mendengar bahwa binatang iblis yang berlatih kultivasi tinggal di sini. Di balik kegirangannya, dia juga tahu bahwa hal itu bisa saja berbahaya baginya.

Dia datang ke tempat ini ketika mencari binatang liar, sehingga perjalanannya berjalan lambat. Namun dalam perjalanan pulang, dia bisa pergi jauh lebih cepat. Meng Hao melaju sepanjang pegunungan berhutan, dan tak lama, bulan terang menggantung tinggi di langit. Segera, dia bisa melihat bahwa tersisa tiga gunung lagi yang terletak di antara dirinya kini dan Gua Dewa. Tiba-tiba, dia merasakan angin panas di wajahnya diikuti oleh bau tajam. Dia berhenti, jantungnya berdegup kencang, lalu ia mundur beberapa langkah.

Aum!

Begitu dia melangkah mundur, udara di sekitarnya berguncang dengan raungan yang menggelegar, dan sekali lagi angin panas dan bau tajam menerpa dirinya. Di depannya ada seekor makhluk mirip monyet seukuran manusia. Mata merahnya memancarkan kekejaman dan seluruh tubuhnya ditutupi bulu tebal dan lebat.

Binatang buas itu memberi Meng Hao tatapan haus darah. Ekspresi Meng Hao berubah saat dia melihat kembali pada makhluk itu. Pikirannya terguncang, seolah-olah dia merasa akan meledak oleh tatapan makhluk itu. Dia bisa merasakan basis Kultivasi makhluk itu sedang berfluktuasi.

"Tingkat Kedua Kondensasi Qi!" Meng Hao mundur selangkah lagi, ekspresinya ngeri. Ini bukan binatang buas; ini adalah seekor binatang iblis. Dia pasti tertarik oleh bau darah dari semua hewan yang terbunuh.

Tidak ada waktu baginya untuk berpikir. Binatang iblis yang seperti monyet yang berbulu lebat itu melompat ke udara, dan kemudian tiba-tiba, seluruh tubuhnya ditutupi api, api yang tidak menghanguskan bulunya sedikit pun. Dia melesat ke arah Meng Hao.

Pada saat kritis seperti ini, ekspresi Meng Hao berubah. Dia tidak yakin apakah cermin tembaga akan efektif untuk melawan binatang iblis ini tetapi tidak ada waktu untuk mempertimbangkan hal ini. Bahkan saat binatang iblis itu melompat ke udara, dia merunduk ke samping, menarik keluar cermin itu, dan mengarahkannya ke arah binatang iblis itu.

Kemudian sebuah jeritan yang mengerikan menyelimuti udara. Di udara, semprotan darah menyembur dari pantat binatang iblis itu. Wajahnya tampak ngeri, matanya tidak lagi dipenuhi kekejaman, tetapi kebingungan. Seolah-olah selama hidupnya, ia belum pernah mengalami sesuatu yang begitu menyakitkan…. Tetapi, ia tidak mundur. Beberapa saat kemudian, lebih banyak darah yang menyembur.

Sekarang kebingungan dalam ekspresinya berubah menjadi penuh keheranan. Ia menatap ngeri pada cermin yang berada di tangan pemuda yang berdiri di depannya. Ia berbalik, memegang bagian belakang tubuhnya dengan cakarnya. Api itu padam dan ia berhasil melarikan diri, tetapi sebelum bisa melaju lebih dari beberapa meter, pantatnya meledak lagi, kali ini, lima ledakan berturut-turut. Jeritannya terdengar saat ia berlari sekitar tiga puluh meter lebih. Meng Hao merasakan cermin tembaga bergetar seakan penuh suka cita. Sebuah ledakan dahsyat terdengar, menembak lurus ke arah bagian belakang binatang iblis itu.

Jeritan tak karuan terdengar di atas pegunungan liar saat separuh dari tubuh binatang iblis itu meledak. Sebuah gumpalan darah segar dan kental melesat ke atas, lalu perlahan berceceran ke tanah. Kebingungan memenuhi wajahnya saat ia menarik napas terakhir, lalu mati.

Segalanya terjadi begitu cepat. Sepanjang waktu, Meng Hao hanya berdiri di sana menganga. Akhirnya, dia mengambil napas, lalu melihat ke cermin, terengah-engah.

"Bahkan binatang iblis tidak dapat menghindari bagian belakangnya meledak. Cermin ini…" Dalam kegirangannya, Meng Hao merasa lebih takjub. Dia menyimpannya, lalu melihat ke arah bangkai binatang iblis itu, jantungnya berdegup kencang.

"Panduan Kondensasi Qi memiliki pengantar tentang binatang iblis. Buku itu menyebutkan bahwa mereka memiliki Inti Iblis di dalam tubuh mereka yang mengandung energi spiritual. Aku seharusnya bisa memakannya." Dia dengan cepat berjalan ke bangkai itu. Benar saja, di perut makhluk itu ditemukan sebuah inti iblis murni seukuran kuku jari. Inti itu memancarkan aroma yang lembut dan semerbak yang membuatnya merasa sangat nyaman.

Setelah mengambil Inti Iblis, Meng Hao bergegas di sepanjang jalannya. Sayangnya, makhluk-makhluk iblis jarang ada di daerah ini. Dia tidak melihat lagi selama perjalanannya kembali ke gua Dewa. Dia merasa sedikit kecewa.

Pada saat dia telah sampai, malam telah larut. Dia duduk bersila dan melihat Inti Iblis dan cermin tembaga, matanya bersinar.

"Aku hanya bisa makan Inti Iblis, tapi aku masih memiliki Pil Kondensasi Energi yang dibagikan oleh Sekte. Aku akan meminum ini dulu, setelah itu Inti Iblis." Pikirannya berubah, Meng Hao meletakkan Inti Iblis dan cermin tembaga di sampingnya, dan juga Kristal Energi. Dengan Kristal Energi disampingnya, akan memungkinkan dirinya untuk menyerap sedikit lebih banyak energi spiritual.

Selanjutnya, dia mengeluarkan Pil Kondensasi Energi dan menelannya. Begitu memasuki tubuhnya, untaian energi spiritual mulai menyebar secara perlahan. Meng Hao memutar basis Kultivasinya yang dengan cepat menyerap kekuatan pil obat.

Ketika dia membuka matanya satu jam kemudian, matanya berkilauan cerah. Menelan pil ini pasti jauh lebih cepat daripada berlatih kultivasi yang sebenarnya, pikirnya sendiri. Sayangnya, Pil Kondensasi Energi tidak memiliki cukup kekuatan. Tidak ada yang bisa dia lakukan mengenai hal itu. Tatapannya bergeser ke samping dan dia mengambil Inti Iblis dan memasukkannya ke mulutnya.

Begitu memasuki tubuhnya, energi spiritual yang ia rasakan jauh melebihi dari Pil Kultivasi Energi yang telah mengalir ke dalam dirinya. Ia hampir tidak mampu untuk meresapnya. Dia dengan cepat memutar basis Kultivasinya dan mengalirkan energi itu ke dalamnya. Tubuhnya mulai bergetar dan tiap helai kotoran terdorong keluar dari pori-porinya. Delapan atau sepuluh jam kemudian, kepalanya berdengung, dan dia merasa seolah-olah tubuhnya akan mulai melayang. Sekarang, tidak ada sehelaipun energi spiritual di dalam dirinya. Untaian itu telah menyatu membentuk sebuah anak sungai.

"Energi spiritual seperti sebuah anak sungai, tubuhnya mengeluarkan kotoran fana. Ini… Jangan bilang ini adalah tingkat kedua Kondensasi Qi?" Meng Hao membuka matanya yang bersinar dengan ekspresi yang tak terlukiskan. Dia melihat ke tubuhnya, lalu memasukkan indranya ke dalam dan mengambil waktu yang lama untuk memeriksa dirinya dengan hati-hati. Benar saja, ia telah melewati tingkat pertama Kondensasi Qi menuju tingkat kedua.

"Inti Iblis benar-benar sangat efektif." Mata Meng Hao berkilauan. Dia berdiri dan berjalan-jalan di sekitar Gua Dewa, menikmati nuansa aliran energi spiritual yang mengalir di seluruh tubuhnya. Dia sangat bahagia.

"Aku sekarang seorang Dewa tingkat kedua Kondensasi Qi!"

"Sayangnya Inti Iblis sangat langka. Kalau tidak, aku pasti akan bisa berlatih Kultivasi dengan lebih cepat. Dan itu semua berkat cermin berharga milikku." Meng Hao menatap cermin itu. Saat ia memandangnya, tubuhnya tiba-tiba bergetar, dan dia tanpa sadar mengusap matanya. Dia bahkan melihatnya semakin dekat, dengan ekspresi tak percaya memenuhi wajahnya.

Cermin tembaga tergeletak di sana seperti sebelumnya. Namun Kristal Energi menghilang, tetapi sebaliknya, sebuah Inti Iblis ada disana!

"Ini… ini…" Otak Meng Hao berputar, penuh dengan kebingungan. Dia merasa seolah-olah telah kehilangan akal sehatnya. Dia menatap ke arah Inti Iblis yang tergeletak di atas cermin tembaga dan mulai ragu. Dia telah menempatkan sebuah Inti Iblis dan sebuah Kristal Energi di atas cermin itu. Dia ingat dengan jelas. Tetapi, dia sudah menelan Inti Iblis. Tiba-tiba, dia tidak begitu yakin. Apakah dia sudah menelan Inti Iblis? Atau apakah dia telah menelan Kristal Energi?

"Aku tidak mungkin menelan Kristal Energi…" Meng Hao menganga selama beberapa saat lalu kemudian perlahan-lahan mengambil Inti iblis itu. Dia ragu-ragu, lalu memegangnya di depan mulutnya dan mengendus. Bau itu membuatnya yakin; apa yang telah dia makan beberapa saat yang lalu benar-benar sebuah Inti Iblis.

"Apa… apa yang terjadi? Ada yang lain? Jangan bilang aku salah dan binatang iblis itu sebenarnya memiliki dua Inti Iblis di dalamnya?" Meng Hao bahkan semakin bingung. Dia menggelengkan kepalanya, memaksa dirinya untuk menjernihkan pikirannya. Dia melihat Inti Iblis itu, lalu cermin tembaga. Tubuhnya mulai bergetar dan matanya bersinar dengan kecemerlangan yang luar biasa, seolah-olah dia baru saja melihat sekilas sepuluh ribu keping emas. Sepertinya dia akan menjatuhkan Inti Iblis itu setiap saat.

"Mungkinkah… cermin menyerap Kristal Energi dan menghasilkan Inti Iblis kedua!" Suaranya bergetar. Dia awalnya merasa bahwa kemampuan cermin untuk meledakkan binatang buas itu sudah cukup kuat. Dia tidak pernah membayangkan bahwa cermin itu akan memiliki kemampuan yang lebih hebat lagi.

Setelah beberapa saat, dia sedikit pulih meskipun hatinya masih dipenuhi oleh tanda tanya. Saat ini, dia tidak memiliki Kristal Energi untuk diuji sehingga hatinya dipenuhi kecemasan. Dirinya diselimuti oleh keinginan yang kuat untuk mendapatkan satu Kristal Energi untuk diuji coba.

"Kristal Energi. Aku membutuhkan Kristal Energi!" Matanya bersinar seperti binatang liar yang buas. Saat ini, Kristal Energi lebih berharga daripada emas di matanya. Keinginannya untuk mendapatkan Kristal Energi bahkan lebih kuat dari keinginan sebelumnya untuk menjadi seorang pejabat.

Kristal Energi sangat diperlukan bagi para Kultivator, terutama Meng Hao. Ketika mengkhawatirkan tentang keuntungan dan kerugian pribadi, hati seseorang akan dipenuhi dengan kegelisahan dan kecemasan. Sampai sekarang, keinginan Meng Hao untuk mendapatkan Kristal Energi jauh lebih kuat dari apa pun yang pernah dia alami.

Sayangnya, Sekte Ketergantungan adalah sebuah Sekte kecil. Selain pada Hari Distribusi Pil bulanan, hampir tidak ada peluang untuk mendapatkannya lagi selain dengan mengambilnya dari orang lain.

"Ada waktu satu bulan hingga Hari Distribusi Pil berikutnya." Meng Hao melihat ke cermin tembaga, dan ekspresinya menjadi ganas. Beberapa saat kemudian, keganasan itu menghilang, disembunyikan. Saat ini, basis Kultivasinya hanya pada tingkat kedua Kondensasi Qi. Bahkan jika dia ingin mengambil sesuatu dengan paksa, dia tidak akan menjadi lawan bagi siapa pun.

"Dahulu saat di Kabupaten Yunjie, aku tidak punya uang," kata Meng Hao tak berdaya. "Sekarang aku adalah seorang Dewa dan aku masih tidak punya uang." Dalam pikirannya, dia merenungkan bagaimana dia bisa mendapatkan lebih banyak Kristal Energi.