webnovel

15. Tahta Segalanya

Mendengar hal itu sontak saja Zeanly berkata Yes dalam hati. "A~ahh terimakasih Tuan atas fujiannya." Sahut Zeanly.

Pangeran Yoon-Sang menyeruput habis makanan hidangan yang dibuat Zeanly untuknya, dirinya setelah itu bersendawa kecil lalu menatap Zeanly puas.

"Aku sangat menyukai makananmu Nonna, sekarang katakan padaku apa yang kau mau sebagai kesepakatan kita?" Ucapnya.

Zeanly melirik Chayeong yang tersenyum ke arahnya, dari tatapannya ia tahu jika pria itu sedikit tak suka dengan tatapan Pangeran Yoon-Sang kepadanya.

Zeanly tersenyum sebagai balasan, ia menatap pangeran itu lalu berkata. "Aku ingin Pangeran yang baik hati untuk mengirimkan tabib ke rumah koki Kim." Lupa menyebutkan jika nama koki tadi berasal dari marga Kim.

"Keluarga dan kerabatnya sedang tidak sehat, Nonna ini dengar di Istana pangeran ada tabib yang cukup berpengalaman dan sangat berbakat menyembuhkan penyakit orang. Nonna ini hanya ingin pangeran membantu Koki Kim untuk menyembuhkan keluarganya dan memberikan kehidupan yang layak bagi mereka." Jelas Zeanly sedikit menunduk.

Banyak orang yang memuji kebaikan hati wanita muda itu, mereka kira Zeanly akan meminta harta atau semacam malam panjang berkencan bersama pangeran.

"Hanya itu?" Tanya Pangeran.

"Ya Pangeran."

"Cih.. Bukankah di Istana Jenderal utara juga banyak tabib berserakan? Kenapa harus aku yang mengirimkan tabib untuk mengobati keluarga mereka?" Tolak Pangeran Yoon-Sang secara halus.

Zeanly tersenyum memberi hormat, lalu menegakan tubuhnya tanda ia tak menerima penolakan. Bagaimanapun juga, Pangeran itu sudah sepakat diawal kesepakatan.

"Maaf Pangeran, tapi Nonna ini merasa jika tanggung jawab mereka ada pada negeri Api. Bukankah Istana Utara adalah wilayah negeri api? Sedangkan istana jenderal utara adalah perbatasan negeri bunga." Ucap Zeanly.

Darimana ia tahu? Jawabannya adalah dari Siahe. Gadis itu memberi tahu segalanya tentang dunia ini, dari adanya negeri api dan ice yang sudah menjadi musuh bebuyutan sampai negeri bunga yang menjadi rebutan kedua negeri itu.

Plasback..

Zeanly yang tengah sibuk memasak, disibukan dengan ocehan anak kepala desa itu. Siahe terus berceloteh tentang banyaknya wilayah yang terbagi bagi.

"Nonna sangatlah beruntung karena lahir diwilayah negeri Bunga. Istana Jenderal utara adalah perbatasan negeri Bunga dan negeri Api dan juga negeri Ice. Aku dengar negeri Bunga tak pernah membiarkan rakyatnya dari kalangan atas maupun bawah merasakan kelaparan ataupun kekeringan. Aku dengar juga tanah serta akar akar disana sangatlah subur." Celoteh Siahe.

Zeanly memutar bola mata malas, ia sama sekali tak memperdulikan hal itu. Namun tetap saja tentunya, walaupun ia tak ada niat mendengarkan.. Tapi perkataan Siahe beberapa masih bisa Zeanly pahami.

"Desa ini masih termasuk wilayah negeri api, banyak orang sakit karena kelaparan atau bahkan penyakit dari wabah yang belum diketahui. Selama ini hanya keluarga bangsawan saja yang bisa mendapat perawatan dari tabib, sedangkan kami hanya mendapat perawatan dari orang tua saja." Lanjut Siahe berceloteh tak henti."

Plasback of.

Pangeran Yoon-Sang berpikir keras, cara agar menolak permintaan Nonna Fosa. "A~ahh bagaimana jika aku menawarkan hartaku saja untuk dijadikan kesepakatan-"

"Nonna ini sangat minta maaf Pangeran, tapi kesepakatan tetaplah kesepakatan." Sela Zeanly.

Pengasuh pangeran Yoon-Sang yang tak lain adalah Bibi Qung angkat bicara dengan membisikan sesuatu pada anak asuhnya itu.

"Sebaiknya terima saja pangeran, tidak baik mengkhianati kesepakatan. Apalagi perjanjian ini sudah disaksikan banyak orang dari awal, jika ditolak maka orang orang akan berpikir negative tentang anda." Bisik Bibi Quang pada Pangeran Yoon-Sang.

Pangeran itu memikirkan perkataan pengasuhnya, bagaimanapun juga Bibi Quang lebih tahu tentang apa yang harus ia lakukan karena sedari kecil ia lah yang mengurusnya.

"Baiklah! Aku akan mengirimkan seorang tabib berpengalaman untuk berkunjung ke kediaman Koki Kim. Pangeran tampan ini juga akan memberikan kehidupan layak untuk keluarga kecil itu." Ucap Pangeran Yoon-Sang berkeputusan.

Zeanly tersenyum, tapi orang yang pertama kali bersyukur adalah Koki Kim sendiri. Dia begitu terharu dan berterimakasih sebanyak banyaknya pada pencipta karena telah mempermudah jalannya. Ia juga tak lupa memberi isyarat Zeanly dengan tatapan dan tangannya yang begitu berterimakasih.

"Terimakasih Pangeran. Kalau begitu, saya pegang keputusan Pangeran. Saya ada keperluan lain, permisi." Sahut Zeanly menunduk hormat lalu berjalan menjauh dari aula.

Pangeran itu hanya berdehem, tak bisa mencegah kepergian Lady Metafosa Nya itu.

Entah apa yang dibicarakan ataupun acara perayaan selanjutnya berlangsung, tapi sangat terlihat jika tatapan semua orang pada Zeanly begitu memuja. Tak terkecuali Pangeran Yoon-Sang. Lelaki itu begitu mengagumi ketelatenan serta bakat yang dimiliki Lady Metafosa. Mereka tertipu, karena jelas Zeanly bukanlah seorang lady apalagi Lady Metafosa.

Zeanly memang keturunan bangsawan, tapi ia berasal dari masa depan. Untuk itu, ia akan mencari ulama dinegeri manapun untuk mengembalikannya ke masa depan.

Saat Zeanly sedikit menjauh dari perayaan, Chayeong memegang tangannya. Lelaki itu ada dihadapannya dan berkata. "Kenapa kau susah sekali diberi tahu? Hampir saja semua orang curiga kau siapa. Jika tahu begini aku tak akan pernah membiarkanmu keluar dari desaku!" Dengan kemarahan pria itu mengomel.

Satu alis Zeanly terangkat, ia menatap Chayeong bingung. Chayeong tampak imut dan cute saat marah dimatanya. "Apa hak dirimu mengaturku? Memangnya kau siapa aku hah?" Balas Zeanly tak suka dikekang.

"Aku suamimu!" Tegas Chayeong.

"Bukan! Kau hanya orang yang seenaknya mengecap ku sebagai milikmu. Aku tak pernah mau menjadi milik siapapun, aku ingin bebas kau tahu itu!" Balas Zeanly tak mau kalah.

Chayeong menggertakan gigi kesal, tangannya mengepal dan satunya lagi mengeratkan pegangan dilengan Zeanly yang putih.

Zeanly tentu merasakan sakit dan kebas dilengannya akibat cengkraman itu, susah payah ia menepis tapi tak bisa lepas.

"Lepas!"

Chayeong menatap Zeanly dengan gerak tubuh yang sama, ia hanya kesal dengan wanita cantik itu yang seenaknya.

"Aku bilang lepas Chayeong!" Bentak Zeanly.

"Harus dengan cara apalagi aku harus menjelaskan jika kau milikku? Dan dengan cara apa agar kau mau menurut padaku Nonna?" Dengan dingin Chayeong bertanya.

"Tak ada. Kecuali kalau anda adalah seorang Pangeran mahkota atau putra mahkota dan sejenisnya, baru aku akan mempertimbangkan perkataanmu itu. Sebaiknya kau tak perlu bermimpi, kau pikir aku wanita desa yang bodoh dan mau menikah muda? Jawabannya bukan!" Jelas Zeanly dengan kasar.

Chayeong semakin mengeratkan cengkraman ditangannya, pria itu begitu terlihat marah dan dipenuhi aura gelap. Matanya menusuk pandangan Zeanly. Dan sekarang wanita muda itu menciut ketika lelaki dihadapannya terlihat begitu marah dan seperti tersinggung.

"Ke-kenapa kau menatapku seperti itu? Kau tersinggung? Kau tersinggung karena kau bukan seorang pangeran begitu?" Tanya Zeanly.

"Aku memang bukan putra mahkota, tapi jika Nonna cantik ini mau suami yang tahtanya seorang Putra mahkota.. Maka akan ku kabulkan." Sahutnya.

Zeanly bingung, tapi cengkraman itu sudah dilepas.

"Kita kepenginapan sekarang Nonna. Ini sudah larut malam, tidak baik bergadang. Besok kita akan melanjutkan perjalanan ke Ibu Kota." Ujar Chayeong mempersilahkan Zeanly untuk berjalan duluan. Tatapannya begitu dingin dan formal, tak biasanya ia mendengar nada seangkuh itu.

Zeanly tak bisa menjawab apapun lagi, ia berjalan didepan dan dibuntuti Chayeong dibelakangnya. Selama diperjalanan, Zeanly merasa ada yang beda dengan aura yang ditunjukan Chayeong setelah dirinya menyinggung soal tahta putra mahkota. Apa setajam itu ucapannya?

Sedangkan Chayeong memperhatikan calon Istrinya itu dari belakang, sesuatu mengganggu pikirannya saat ini. 'Apa harus ku rebut tahta putra mahkota dulu untuk memilikimu Zeanly?'