Song Wenman tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Setelah beberapa saat dia baru bereaksi kemudian dia menolehkan kepalanya melihat ke arah Xue Xi.
Song Wenman, 'Xixi adalah siswi SMA, dia tidak memiliki uang jadi bagaimana dia membeli daun teh semahal ini? Apa ini sebenarnya Xue Cheng yang membelinya? Selama bertahun-tahun saat Xue Cheng akan pergi jauh dia selalu membeli hadiah mahal terlebih dahulu sebelum pulang, apa dia menyuruh Xixi untuk memberikan ini kepada Ye Li agar bisa melindungi Ye Li?'
Karena hal itu sering sekali terjadi jadi Song Wenman tanpa sadar langsung berpikir semua ini adalah perbuatan Xue Cheng kemudian menyuruh Xue Xi membawanya untuk Ye Li.
Dia dengan cepat tersadar dari lamunannya kemudian berdiri dengan tegak dan langsung bertanya kepada tuan besar Xue, "Hm, daun teh ini bisa digunakan kan?"
"Bisa!"
Sebelum nyonya besar Xue mengatakan apapun tuan besar Xue langsung menganggukkan kepalanya lalu membawa kotak daun teh itu dengan senang.
Tuan besar Xue, 'Akhir pekan aku akan pergi ke rumah keluarga Gao, aku bisa langsung membawanya, bahkan aku tidak perlu mengganti kotaknya lagi!'
Nyonya besar Xue masih tidak percaya, "Bagaimana mungkin kamu bisa membelinya!"
Song Wenman melihat ke bawah kemudian dengan sangat elegan dan tidak terduga berkatm "Jangan memandang rendah seorang dosen, ada peribahasa yang yang mengatakan buah persik dan buah plum ada dimana-mana, oh, aku lupa kamu mungkin tidak mengerti maksudnya, apa aku perlu menjelaskannya untukmu?"
Maksud Song Wenman adalah 'Keluarga Ye juga memiliki koneksi jadi jangan memandang rendah Ye Li.
Raut wajah nyonya besar Xue seketika menjadi sangat merah hingga tubuhnya gemetar karena marah.
Song Wenman sangat mampu bicara dengan tenang dan elegan tapi itu yang malah membuat nyonya besar Xue semakin marah.
Dia dengan tidak rela melihat ke arah Ye Li dan memakinya, "Anggap saja kamu beruntung kali ini, kelak kamu harus lebih berhati-hati!"
Ye Li hanya diam dan menganggukkan kepalanya.
Xue Xi yang sejak tadi hanya melihat di samping akhirnya merasa lega.
Kemudian dia ingat tugas matematika yang diberikan oleh pak Liu untuknya. Dia membawa tas sekolahnya kemudian dengan santai berjalan menaiki tangga, saat dia tiba di ujung tangga tiba-tiba langkahnya terhenti kemudian dia melihat ke arah nyonya besar Xue dan berkata, "Kotak teh ini jangan diletakkan di lemari teh jadi tidak akan ada yang menumpahkannya lagi."
"..."
Setelah mengatakan letak permasalahan utama hingga teh itu bisa tumpah, dia langsung naik ke atas tanpa memperdulikan tuan besar Xue yang menjadi muram setelah mendengar itu, dia juga tidak peduli pada nyonya besar Xue yang tiba-tiba menjadi panik.
Setelah masuk ke dalam kamarnya dia langsung menutup pintu kamarnya lalu mengeluarkan lembar tugas dari dalam tasnya.
Pak Liu mengatakan kepadanya untuk menghindari menyelesaikan soal dengan cara yang terlalu tinggi maka dia harus menggunakan taktik laut, yaitu mengerjakan soal tanpa memikirkan batasan waktu dan tempat.
Setelah dia fokus belajar, dia sama sekali tidak mendengar keributan apapun yang terjadi di lantai bawah.
Hingga saat waktunya makan malam, Ye Li ke lantai atas untuk memanggilnya, saat ini dia baru menolehkan kepalanya, "Ha?"
"Ayo makan." Ye Li mengusap kepalanya dan mengatakan itu dengan tidak berdaya.
Xue Xi tidak menghentikan gerakan tangannya, setelah dia menyelesaikan soal itu dia baru bangkit berdiri, "Oh."
Saat mereka berdua turun ke bawah Ye Li berkata, "Kakekmu akan memecat Sun Sao, tapi nyonya besar Xue melindunginya hingga akhirnya diputuskan untuk menghukumnya dengan memotong gajinya selama 2 tahun selain itu juga tidak membiarkannya menjadi pelayan di dalam rumah tapi memindahkannya untuk bekerja di taman bunga belakang rumah."
Xue Xi menganggukkan kepalanya.
Teh yang seharusnya dijadikan sebagai hadiah malah diletakkan di lemari yang biasanya digunakan untuk minum teh sehari-hari, hal ini bukan hal yang normal jadi Xue Xi yakin ini pasti adalah perbuatan Sun Sao.
Setelah menghukum Sun Sao, para pelayan lainnya yang ada di rumah itu tidak berani lagi memandang rendah Ye Li.
Sepanjang makan malam, Xue Xi sama sekali tidak mengangkat kepalanya jadi dia tidak melihat sorot mata kejam nyonya besar Xue dan Xue Yao. Dia yang biasanya tidak dapat merespon dengan cepat malah dapat menyelesaikan makanannya dengan cepat kemudian naik ke atas untuk kembali mengerjakan tugas dari pak Liu.
Song Wenman ingin bertanya sesuatu kepada Xue Xi tapi pada akhirnya dia tidak sempat bertanya.
Keesokan paginya saat Song Wenman akan pulang dia bertanya kepada Ye Li, "Mama tidak bertanya kepada Xue Cheng dari mana ia mendapatkan daun teh itu?"
Ye Li menggelengkan kepalanya: "Kemarin malam saat telepon kami tidak membahas masalah ini, hari ini dia akan pulang jadi aku akan bertanya kepadanya nanti."
"Baiklah."
Saat Xue Xi bangun, Song Wenman sudah pulang.
Lagipula akhir pekan ini dia akan pergi ke rumah neneknya itu jadi dia tidak terlalu memikirkan hal itu, dia pergi ke sekolah dan turun di depan minimarket Ye Lai Xiang.
Saat dia akan masuk dalam dia malah melihat seorang perempuan berambut merah muda yang berada tidak jauh darinya. Dia menggunakan seragam sekolah dan kedua tangannya ada di dalam kantong roknya sedang berjalan sambil menendang batu.
Xue Xi, 'Qin Shuang?'
Mungkin karena dia merasakan ada yang melihat ke arahnya Qin Shuang mengangkat kepalanya dan langsung melihat Xue Xi. Dia melambaikan tangannya dengan mata berbinar dan saat berencana berlari menghampirinya tiba-tiba ia melihat sesuatu lalu bersembunyi di sebuah gang kecil di sampingnya.
Xue Xi dengan kebingungan menolehkan kepalanya dan melihat pak Liu.
Dia mengendarai sebuah sepeda tua dan sedang mengayuhnya dengan keras. Tiba-tiba saja terdengar suara keras dari sepedanya seolah beberapa detik kemudian sepeda itu akan hancur.
Cuaca sangat panas sehingga dahinya penuh dengan keringat. Dia terlihat seperti sedang mencari sesuatu kemudian setelah melihat Xue Xi dia langsung menghentikan sepedanya lalu bertanya, "Xue Xi, kamu melihat Qin Shuang?"
Xue Xi tanpa sadar melihat ke arah gang kecil tanpa mengatakan apapun.
Pak Liu seperti memahami sesuatu. Dia mengeluarkan sapu tangan untuk mengusap keringatnya kemudian berkata, "Haduh, kemarin dia bolos sepanjang hari, saat malam tidak pulang ke rumah, bapak khawatir dengan keselamatannya. Jika kamu melihatnya maka katakan kepadanya jika dia tidak mau mengembalikan warna rambutnya juga tidak masalah tapi jangan bersembunyi."
Xue Xi, "... Oh."
Suara pak Liu sangat keras karena dia sengaja agar Qin Shuang bisa mendengarnya.
Pak Liu tertawa kemudian dia melihat ke arah minimarket dan berkata, "Kamu pergilah beli yang mau kamu beli saja, ini masih pagi yang penting jangan sampai terlambat."
Setelah mengatakan itu dia kembali mengayuh sepedanya dan pergi menjauh.
Setelah pak Liu tidak terlihat lagi Qin Shuang baru keluar dari dalam gang. Dia berjalan ke depan Xue Xi yang masih melihat ke arah pak Liu pergi kemudian berkata, "Sepeda pak Liu itu sudah dia gunakan selama 7 atau 8 tahun, kemudian pakaian itu, itu adalah pakaian yang sudah aku lihat sejak kelas 1. Gaji guru di sekolah kita tidak rendah, tapi dia sangat hemat hanya saja keluarganya kasihan, kaki istrinya patah jadi dia tidak bisa bekerja dan hanya bergantung dengan gaji pak Liu saja…"
Semakin lama suaranya semakin kecil.
Bagi Qin Shuang, uang 500 yuan itu tidak berharga, dia bisa menggunakannya hanya untuk makan tapi untuk pak Liu...
Qing Shuang kemudian terdiam dan terlihat sangat dilema.
Xue Xi kemudian bertanya, "Kamu sangat suka warna merah muda?"
"Tidak juga."
Qin Shuang ingin mengatakan sesuatu tapi melihat wajah Xue Xi yang polos dia mengurungkan niatnya, "Sudahlah, aku mengatakannya kamu juga tidak akan paham."
Dia berbalik badan kemudian berjalan pergi.
"Kamu mau kemana?" Tanya Xue Xi.
Tapi Qin Shuang malah melambaikan tangannya, dia tidak mengatakan apapun dan tidak menolehkan kepalanya. Kemudian rambutnya yang berwarna merah muda itu tertiup angin.
Setelah Qin Shuang berjalan jauh, Xue Xi baru berjalan masuk ke dalam minimarket.
Sarapan sudah siap. Begitu masuk dia langsung duduk di depan meja makan, kemudian dia makan bersama dengan Xiang Huai dan Lu Chao. Setelah selesai makan, Xue Xi baru sadar dia baru melakukan hal ini selama 3 hari tapi dia benar-benar sudah terbiasa.
Xue Xi, 'Tapi Xiang Huai tidak memintaku melakukan apapun, apa dia melakukan ini agar aku tetap datang dan membeli sesuatu darinya? Kemarin aku membeli teh, hari ini aku harus membeli apa?'
Setelah berpikir sejenak dia sadar dia tidak kekurangan apapun karena Ye Li mempersiapkan semua untuknya dengan baik.
Akhirnya dia tidak mau pusing lagi dan mengeluarkan 100 yuan dan meletakkannya di atas meja setelah itu berkata, "Aku mau beli 1 kotak balon."
Xiang Huai yang baru saja hendak bangkit berdiri langsung tertegun.