webnovel

Aku Di Antara Kalian

Pernikahan yang hebat bukanlah ketika pasangan sempurna berkumpul bersama. Melainkan ketika pasangan yang tidak sempurna belajar untuk menikmati perbedaan mereka. Perjodohan, jangan salahkan jika kalian harus terjebak dalam pernikahan yang mengatasnamakan perjodohan yang harus berakhir dengan perpisahan. Tidak selamanya orang menikah dengan dijodohkan akan berakhir dengan perceraian. Mungkin ada beberapa sebagian orang yang pernikahannya harus berakhir dengan Perceraian. Nafeesa dengan keikhlasan dan kesabarannya menerima perjodohan yang sudah diputuskan oleh Kakek dan ke dua orang tua angkatnya. Bagi Nafeesa mematuhi dan mentaati permintaan dan keinginan keluarganya adalah bukti kepatuhan dan ketaatannya sebagai seorang anak. Nafeesa menjalani pernikahannya dengan penuh keridhaan dan keikhlasan walaupun dia sangat tahu jika, suaminya sama sekali tidak mencintainya. Pernikahan yang diimpikan dan idam-idamkan oleh Nafeesa akan berakhir bahagia ternyata harus berakhir dengan kata cerai. Kenyataan yang baru diketahuinya bahwa suaminya yang dia cintai ternyata berselingkuh dengan kakak sepupunya sendiri. Tetapi dengan kesabarannya dia menerima kenyataan tersebut. Nafeesa menjalani biduk rumah tangganya dengan penuh keikhlasan, Kesabaran dan ketulusan. Nafeesa selalu berharap akan ada keajaiban yang nantinya akan merubah sifat dan perangai Andra Liem Maheswara Handoko. Tetapi berita kehamilannya membuat segala tuduhan, hinaan serta cacian tertuju padanya. Nafeesa tidak tahan dengan sikap suaminya yang menuduhnya berselingkuh dan anak yang dikandungnya bukanlah miliknya. Pertemuan dengan seorang pria tanpa sengaja membuat kehidupannya langsung berubah. Pria itu yang membantunya terlepas dari penderitaan. Hingga satu kenyataan kembali membuatnya terguncang hebat, dikala dia mengetahui jika orang yang telah menabrak lari suami ke duanya ternyata ayah dari anaknya. Jodoh, maut, reseki selalu menjadi misteri hidup anak cucu Adam.

Kasma_Sayang · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Malam Pertama

Cincin pernikahan hanya sebuah simbol kebahagiaan, tetapi kebahagiaan sesungguhnya ada dalam bahtera rumah tangga.

Pernikahan yang hebat bukanlah ketika pasangan sempurna berkumpul bersama, melainkan ketika pasangan yang tidak sempurna belajar untuk menikmati perbedaan mereka.

Buuuuukkkk!!!

Suara pintu itu tertutup dengan kuatnya seakan-akan tembok yang ada di sekitar pintu itu akan tumbang dan roboh.

Nafeesa terlonjak kaget mendengar dentuman keras pintu kamar mandi yang ditutup oleh suaminya. Dia hanya mengelus dadanya melihat tingkah laku suaminya tersebut.

"Ya Allah sabarkan hati ini."

Dia kembali berusaha untuk membuka gaun pengantinnya, tapi lagi-lagi gagal, padahal sudah sekitar setengah jam yang lalu dia mencoba untuk membukanya.

"Apa aku minta tolong sama Lidya saja? kebetulan dia juga nginap di Hotel yang sama," senyumannya terbit seketika saat mengingat keberadaan Kakak sepupunya itu.

Ia pun mengambil hpnya yang ada di atas meja nakas lalu mencari nomor kontak Lidya.

"Semoga saja Lidya bisa datang.'

Dia segera mencari nomor hp kakak sepupunya di kontak Hpnya. Tidak butuh waktu lama, dia mendapatkan nomor hp Lidya.

"Halo, assalamualaikum," saat sambungan telpon sudah terhubung dengan nomornya Lidya.

"Waalaikum salam, ada apa malam-malam begini menelponku?" tangannya masih setia memberikan pijatan kecil di pahanya dengan cream lotion khusus yang selalu dibelikan oleh Andra.

"Maaf ganggu Kak, Aku mau minta tolong," Nafeesa tersenyum seakan-akan Lidya melihat senyumannya itu.

"Apa!!! minta tolong? emang suami Kamu mana, kok malahan malam pertama Kamu harus repot-repot meneleponku?" dengan seringai liciknya dibalik hpnya.

"Kalau boleh sih, tapi kalau gak bisa nggak apa-apa kok," Nafeesa sedikit berkecil hatinya, mendengar perkataan dari kakak sepupunya itu.

"Boleh kok, tapi Kamu mau minta tolong apa dulu nih? soalnya aku nggak tahu mau tolong Kamu bagaimana?" tanya balik Lidya.

Ia sedang memoles wajah dan seluruh tubuhnya, dia perawatan kulit malam ini khusus untuk menyambut kedatangan suaminya juga.

"Tolong ke kamar aku yah sekarang Kak, soalnya aku tidak bisa membuka kancing resleting gaunku," jelasnya.

Dia masih berusaha untuk melepaskan kancing gaunnya, tapi masih belum berhasil juga.

"Oke tunggu yah, aku akan segera kesana," jawab Lidya.

Dia segera memakai pakaiannya yang tadi hanya memakai bra saja dengan celana yang sangat pendek.

Ia tersenyum licik dan sangat bahagia karena dia mengetahui jika pasti bagas tidak ingin menyentuh si cewek bodoh itu.

Lidya segera berjalan ke arah kamar pengantin Nafeesa. Ia berjalan cukup kencang, karena tidak ingin membuang waktunya.

Lidya sudah berada di depan kamar yang disewa oleh Bapak mertuanya khusus untuk sang pengantin baru.

Lidya masuk ke dalam kamar tersebut, karena kebetulan pintu kamar itu langsung terbuka. Keluarlah Andra dari Kamar itu dan sedikit terkejut saat melihat kedatangan Lidya ke berdiri di depan pintu kamarnya

Mereka saling berpandangan satu sama lainnya. Mereka mengisyaratkan sesuatu yang hanya mereka yang tahu dari maksud tatapan penuh memuja dan mendamba itu. Nafeesa langsung memutuskan kontak mata mereka ketika mendengar suara Nafeesa dari dalam.

Lidya tidak ingin adik sepupunya melihat dirinya saling berpandangan dengan suaminya. Jika ketahuan nantinya bisa berabe, dan Andra tidak akan mendapatkan sedikit pun harta warisan dari ke dua orang tuanya.

Lidya membuka resleting gaun itu tanpa basa-basi lagi. Hanya butuh beberapa detik saja gaunnya Nafeesa sudah terlepas.

"Sudah yah, aku pamit dulu, ada urusan penting soalnya," Lidya melenggang pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Nafeesa.

"Makasih banyak, sudah dibantuin," teriaknya saat Lidya sudah berada di ujung pintu.

"Aku akan selalu bantuin Kamu kok."

Lidya menutup pintu dengan senyuman liciknya. Dia meninggalkan kamar pengantin Nafeesa dengan melenggak-lenggok tubuhnya bagaikan seorang model yang berjalan di atas catwalk saja.

Dia berjalan kembali ke kamarnya, karena kekasihnya sedari tadi sudah menunggu kepulangannya.

Pintu kamar hotelnya terbuka, belum sempat selesai mengunci rapat pintunya, tangannya sudah ditarik oleh seseorang yang dia sangat kenal dan tahu siapa si pemilik tangan itu.

Andra menarik tubuh Lidya ke dalam pelukannya. Dia mengecup punggung leher jenjang milik kekasihnya.

"Kamu kok lama banget yah? Aku hampir karatan nungguin Kamu loh," wajahnya masih menempel di lehernya Lidya sambil bersungut-sungut.

Lidya tersenyum bahagia dan menikmati apa yang dilakukan oleh kekasih gelapnya.

"Maaf ya sayang aku nggak sengaja kok, cuma istrimu itu yang terlalu bego," balasnya yang pasrah dengan perlakuan Andra di atas tubuhnya.

"Emangnya itu orang kenapa?" bibirnya masih menjelajahi leher putih mulus itu dan sesekali menyesapnya.

"Masa hanya buka kancing resleting sendiri nggak tahu," jawabnya yang tersenyum geli saat tangan Andra menelusup masuk ke dalam pakainnya.

Lidya terdiam menunggu apa selanjutnya yang dilakukan oleh Andra di atas tubuhnya yang sudah tidak memakai piyama lagi.

Andra adalah kekasih sekaligus pacar gelapnya.

Mereka sudah menjalin hubungan sekitar 4 tahun lamanya. Tapi karena, kedua orang tuanya yang menjodohkan Dia dengan Nafeesa, sehingga terpaksa mereka menjalin hubungan dengan diam-diam hingga mereka merahasiakannya dari semua orang.

Awalnya Dia sangat marah dan tidak menerima kenyataan dan keputusan dari kakeknya yang menjodohkan Nafeesa dengan Andra. Dia sudah terang-terangan menolak dan memperjuangkan cintanya, tapi Kakeknya bersikukuh untuk tetap melanjutkan perjodohan Nafeesa dengan Andra.

Yang notabene adalah kekasihnya, bahkan Lidya semakin bertambah kebenciannya terhadap adik sepupu angkatnya itu. Dia menganggap Nafeesa lah yang telah merebut kekasihnya itu dari pelukannya. Hanya Nafeesa seorang letak kesalahan semua yang telah terjadi.

Hubungan yang terjalin antara Andra dan Lidyaa bahkan sudah seperti suami istri saja. Mereka setiap hari melakukan hubungan intim, setiap kali pertemuan mereka. Mereka melakukan hubungan gelap dan terlarang itu tanpa sepengetahuan dari orang lain.

Andra perlahan melepaskan seluruh pakaian yang dipakai oleh Lidya, begitupun juga sebaliknya. Dia membantu Andra melepas hingga celana dalamnya. Dengan telaten Lidya berhasil melucuti semua benang yang melilit di tubuhnya Andra.

Mereka sudah sama-sama bertelanjang tanpa sehelai benang pun. Tidak ada sedikitpun rasa malu di antara mereka. Seakan-akan apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar dan sah-sah saja.

Seharusnya mereka tidak lakukan hal tersebut mengingat tidak ikatan resmi diantara mereka. Tapi, godaan pihak ke tiga lebih berkuasa dan dominan dari segalanya hingga terjadi lah penyatuan dua insan anak manusia yang selalu dibuai dalam kenikmatan surga dunia.

Mereka menikmati malam yang seharusnya menjadi malam pertama antara Nafeesa dan Andra.

Akan tetapi mereka berdua yang menikmati malam pertama itu. Sedangkan sang pengantin perempuannya di dalam kamar pengantin, dia dengan sabarnya menunggu hingga harus kedinginan seorang diri tanpa suami.

Tanpa rasa lelah Dia menunggu dan terus menunggu walaupun kepulangan Andra yang tidak pasti.

Nafeesa duduk di sisi ranjang pengantinnya taburan bunga mawar merah yang masih utuh tanpa berubah sedikit pun. Boneka Angsa dua ekor masih setia di tengah ranjang itu.

"Lindungilah Mas Andra di mana pun dia berada, aku sangat khawatir dengan keadaannya ya Allah."

Nafesa menekuk ke dua lututnya, karena menahan dinginnya udara dari mesin pendingin ruangan. Ia segera berdiri dan mencari badcover untuk membantunya menghilangkan rasa dingin yang melandanya.