webnovel

AKU DAN MAS DIREKTUR

Bagas Surya Atmaja adalah anak semata wayang Surya Atmaja, pemilik Surya Go Corporation. Surya, Papa Bagas merintis usahanya di kota kelahirannya bersama Sugondo, sahabatnya hingga keduanya bersepakat untuk menjodohkan kedua putra putri mereka sebagai ikatan persaudaraan dan tali silaturahmi. Bagas dan Kinanti, menjadi teman kecil yang sangat akrab. Saat itu usia Kinanti masih lima tahun dan Bagas berudia sepuluh tahun. Namun, benih kagum dan suka Bagas kepada Kinan sudah tumbuh. Bagas menyukai Kinan yang berwajah ayu dan bersikap anggun seperti putri keraton. Dua keluarga ini akhirnya berpisah, Surya mengembangkan usahanya di kota metropolitan dan Sugondo tetap melanjutkan bisnis turun temurun dari keluarganya. Saat dewasa, Kinan yang tidak pernah mengetahui perjodohan ini dan lupa akan sosok Bagas karena Kinan masih terlalu kecil untuk mengingat. Berbeda dengan Bagas, yang masih menyimpan rasa sukanya kepada Kinan hingga dewasa. Akhirnya perjodohan itu akan di laksanakan tanpa sepengetahuan Kinan. Namun, siapa sangaka di malam acara penting itu, Bagas malah tidak datang dan membuat keluarga Sugondo kecewa. Tali silaturahmi persaudaraan itu sedikit merenggang hingga akhirnya Kinan di perbolehkan untuk berangkat ke jakarta untuk mengejar mimpinya menjadi wanita karir dan bekerja di sana sesuai dnegan rekomendasi dosen fakultasnya. Takdir yang sudah di gariskan memang tidak adpat di rubah apalagi di hindari. Kinanti bekerja di perusahaan Bagas sebagai sekertaris. Sikap cuek dan dingin Bagas kepada Kinan yang tidak mengetahui bahwa Kinan adalah Ajeng, wanita yang di cintainya sejak kecil. Kegigihan Kinanti dalam bekerja menjadikan Kinanti sekertaris terbaik yang pernah di milliki Bagas. Bagas menyerah dengan keadaan, perjodohannya dengan Ajeng yang menorehkan kekecewaan bagi keluaga Sugondo membuat keluarga besar Sugondo merasa di permainkan dan di permalukan. Mulai sejak itu, hubungan keduanya merenggang. Kini, setelah Bagas tahu bahwa Kinan adalah Ajeng cinta pertamanya. Bagas mencari cara untuk mendapatkan restu dari Sugondo, Ayah Kinan.

Huma_Bidadarisurga · Urban
Not enough ratings
11 Chs

ACARA LAMARAN

Hari semakin sore, kedua kakak laki-laki Kinan juga sudah datang sesuai dengan permintaan Bapak. Hari ini adalah hari yang penting bagi keluarga Sugondo. Tamu yang akan datang bukan hanya teman atau sahabat Bapak, sekaligus teman berbisnis Bapak Sugondo

"Hei, anak perawan masih saja tertidur? Bangun!! Mandi, siap-siap mau ada tamu penting," ucap Ardi, Kakak tertua Kinan yang paling perhatian kepada adik bungsunya itu.

Kinanti mengerjapkan kedua matanya karena terkejut mendengar suara keras Sang Kakak yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Kinan tanpa permisi.

"Mas Ardi? Ada apa datang? Ini kan hari Kamis?" ucap Kinanti pelan dengan suara polosnya.

Ardi pun berjalan menuju tempat tidur Kinanti dan duduk di tepi kasur menatap Kinanti.

"Demi kamu ini, Kinan," ucap Ardi sambil tertawa terbahak-bahak.

Kedua mata Kinan melotot sambil memukul lengan kekar Kakaknya itu.

"Kok demi Kinan sih? Kan acara makan-makan wisuda juga sudah Mas? Emang ada acara apa lagi?" tanya Kinanti pelan dengan raut wajah bingung.

Kinan membuka kedua matanya lebar, mata yang bulat dan besar dengan bola mata yang hitam legam semakin membuat wajah Kinan semakin manis dan anggun.

Sejenak Ardi dengan sengaja, terlihat seperti sedang berpikir dan mengerutkan keningnya agar kinanti semakin penasaran dengan acara malam ini.

"Mas Ardi juga tidak tahu mau ada apa sekarang. Mas Ardi hanya di telepon Bapak untuk menyempatkan datang, karena ada acara penting," ucap Mas Ardi pelan seperti menyerah.

"Ih ... Mas Ardi ini lho ... sukanya membuat Kinan dag dig dug. Apa sih? Kok Kinanti jadi ikut penasaran? Habis Bapak dan Ibu tidak bicara apa-apa tentang hal ini?" ucap Kinan dengan santai. Seolah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi, tentu tidak mungkin bersinggungan dengan dirinya acara sore ini.

"Gak tahu. Mas mau mandi ya. kamu mandi sana, masa ada tamu Bapak, kamu masih seperti ini?" ucap Mas Ardi dengan suara pelan.

Ardi pun langsung bangkit berdiri dan berjalan keluar. Tidak mau acara malam ini gagal karena kecerobohannya yang membuka rahasia kepada Kinan.

"Mas Ardi!! Mas Ardi pasti tahu mau ada apa sebenarnya ini," ucap Kinan dengan suara keras sambil melempar bantal.

Lemparan bantal berhasil meleati tubuh ardi yang dengan sigap menghindar dan ....

BUGH!!

"Arghh ... Sakit," teriak nyaring suara seorang wanita yang kaget dengan sebuah bantal terayun tepat mengenaik wajahnya.

"Maaf Ibu ..." teriak Kinan yang lagsung berlari menghampiri wanita itu.

"Tidak apa-apa, saya hanya kaget. Mbak Kinan, kan?" tanya wanita itu pelan sambil memberikan bantal yang tadi mengenai wajahnya kepada Kinan.

Kinanti mengangguk, mengiyakan pertanyaan wanita paruh baya yang kini berdiri tepat di hadapannya.

"Iya saya Kinan, Bu. Ada apa?" tanya Kinan dengan sopan sambil memeluk bantal itu dengan erat.

"Oh Iya ... Ini Kinanti. Buat adik bungsu saya ini secantik mungkin, biar tidak malu-maluin untuk acara nanti malam. Selamat mempercantik diri, adikku sayang," ucap Ardi menggoda Kinan lalu pergi begitu saja meninggalkan Kinan dengan sejuta tanya.

Wanita paruh baya yang bertugas untuk merias wajah Kinan pun hanya mengangguk dn tersenyum lebar.

"Ayok Mbak Kinan, kita mulai sekarang?" ucap Sang Perias sambil menggandeng tangan Kinan yang masih menganga karena terkejut dnegan ucapan Ardi.

Kinanti penasaran, sebenarnya ada acara apa nanti malam, hingga Kinanti yang beradadi rumah tidak mengetahui.

"Sebenarnya ada acara apa Bu? Kok, Kinan tidak tahu Bapak sama Ibu mau ada acara di rumah ini nanti malam?" tanya Kinan yang duduk di depan meja rias. Tiba-tiba saja perasaan Kinan tidak enak, ada sesuatu hal yang mengganjal sepertinya ada sesuatu yang akan membuat dirinya malu malam ini.

Perias itu hanya tersenyum lebar lalu terkekeh pelan.

"Katanya mau ada acara lamaran," jawab Perias itu pelan dan mulai membuka peralatan make up nya.

"Apa?! Lamaran?!! Siapa?? Mas Ardi? Atau Mas Dimas? Kok, Kinan malah tidak tahu. Mas Ardi baru aja putus bulan lalu, sedangkan Mas Dimas juga belum ada pacar," ucap Kinan pelan. Pikirannya mulai bercabang.

"Mbak Kinan sudah mandi? Mau mandi dulu? Sebelum di rias?" tanya perias itu pelan sambil menatap kedua mata Kinan yang terlihat kosong.

"Ekhem ... Mandi dulu Bu," jawab Kinan dengan sopan lalu berjalan menuju kamar mandi.

Pikiran Kinanti masih saja terus berpikir keras. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Selama mandi, Ayu, Ibu Kinan masuk ke kamar Kinan dan memberikan pakaian yang akan di pakai Kinan untuk acara malam ini.

Kinan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang di lilitkan di tubuhnya.

"Ibu? Itu apa?" tanya Kinan pelan saat melihat pakaian yang masih ada di tangan Ayu, Ibu Kinan.

"Ini pakaian yang harus kamu pakai, Kinan. Kamu pasti cantik sekali, ini pilihan Pak Surya," ucap Ayu, Ibu Kinan dengan suara pelan.

"Hah? Pak Surya? Pak Surya itu siapa?" tanya Kinan dengan penasaran.

"Nanti kamu juga tahu, Kinan," ucap Ayu pelan.

"Sebenarnya, ada acara apa sih Bu?" tanya Kinan pelan.

Ayu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Kinan lalu tersenyum lebar.

"Nanti juga tahu, yang penting sekarang kamu persiapkan diri untuk acara nanti malam," ucap Ayu pelan sambil mengedipkan satu mata kepada Kinan.

"Siapa yang lamaran sih Bu? Mas Ardi atau Mas Dimas?" tanya Kinan pelan.

Kedua mata Ayu berputar ke atas. Pertanyaan Kinan membuatnya tersudut, karena acara ini memang sengaja di persiapkan tanpa sepengetahuan Kinan. Ayah Kinan sengaja merahasiakan acara ini, karena yang ditakutkan Kinan akan menolak dan marah.

"Bu, Tolong rias Kinan jadi secantik mungkin," ucap Ayu, Ibu Kinan pelan berpesan kepada perias itu sambil mengedipkan satu matanya.

Pemandangan itu pun tidak luput dari tatapan Kinan yang semkin di buat penasaran.

"Ini sebenarnya ada apa Bu?" tanya Kinan dengan rasa penasaran.

Ayu lagi-lagi terdiam menatap Kinan, putri bunsu semata wayangnya tu. Rasanyaingin memberi tahu, tapi memang amanah dari Sugondo, suaminya untuk tidak memberitahu Kinan perihal acara nanti malam.

"Tunggu nanti malam, setelah maghrib. Kamu juga akan tahu," ucap Ayu, Ibu Kinan singkat lalu berlalu pergi keluar kamar Kinan dan menutup kembali pintu kamar itu.

Kini tatapan Kinan kembali beralih ke arah perias itu hingga Sang perias pun menjadi keki saat di tatap dengan setajam silet oleh Kinan. Perias itu berusaha tenang dan tetap profesional, walaupun tahu tentang acara nanti malam.

"Mbak Kinan, sini duduk di sini. Kita mulai saja merias wajahnya," ucap lembut Sang Perias kepada Kinan.

"Ibu tahu kan, nanti malam ada acara apa? Tolong beri tahu Kinan," ucap Kinan lembut dan sopan.

Kinan berjalan menuju kursi meja rias dan duduk dengan handuk yang masih melilit di tubuhnya.

"Tugas saya hanya merias Mbak Kinan, hanya itu," ucap Sang Perias singkat dan mulai merias wajah cantik Kinan.