57 Main Ke Pantai

Mayang memperhatikan lagi kamar itu. Kamarnya sederhana saja. Ada dua bed, meja rias minimalis, juga ada lemari tempat menaruh baju. Lemari itu hanya satu pintu. Minimalis sekali ukurannya, tak bisa datang kesini dengan koper besar.

Ada wastafel di sebelahnya yang berdekatan dengan kamar mandi. Pintu kamar mandi itu modelnya bergeser. Sangat berbeda dengan kamar mandi yang sering Mayang gunakan.

Mayang masuk ke dalam kamar mandi.

Terdapat tempat mandi shower dengan pembatas kaca. Ada kloset duduknya dan bak berisi air. Not bad lah! Masih sangat layak.

Mayang menghidupkan kran untuk membasuh wajahnya. Udara bali cukup terik. Hampir saja Mayang yang cantik jelita ini terbakar. Untung saja, Mayang sempat pakai sunblock. Menangkis sinar UVA.

Setelah selesai, Mayang keluar. Hawa dingin menerpa wajahnya karena Daud yang sudah menyalakan AC yang terletak tepat di atas dua bed tersebut.

Mayang agak sedikit canggung saat melihat Daud dengan cueknya membuka baju. Pria gagah itu kepanasan juga ternyata. Dia tampak membuka tas untuk mengeluarkan segala perlengkapannya.

Mayang duduk di ranjang samping. Memperhatikan Daud dari belakang.

Tak jemu Mayang memandang pundak tegap yang menjuntai lengan besar. Gempal. Berotot yang sedang mengeluarkan barang-barang tersebut. Terlebih tubuhnya yang cerah eksotis itu tampak mengkhilap oleh keringat.

Daud memang pada dasarnya berkulit putih, tapi entah kenapa karena sering buka baju atau berjemur. Tubuhnya menjadi eksotis begitu. Bagus sih, lebih maskulin saja.

Apalagi samar-samar, Mayang mencium aroma jantan yang menguar dari ketiaknya. Mayang yakin kalau ketiak itu diangkat pasti basah kuyup. Aromanya itu lho yang memabukkan. Ada deodorant tapi lebih dominan ke bau Daudnya. Bercampur menjadi aroma yang segar. Membuat Mayang serasa ingin ndusel di sana.

Namun, lamunan Mayang buyar gara-gara Daud yang menoleh ke arahnya.

"Kok melamun Bu? Kalau capek baring saja di ranjang. Atau masih kebayang-bayang bule telanjang tadi?" Daud menggoda.

Wajah Mayang memerah. Teguran Daud salah. Mayang bukan melamun hal itu, tapi melamun Daud yang bikin 'panas' tidak karuan.

"Pokoknya Bu Mayang rileks saja. Setelah beristirahat nanti, Saya akan mengajak Bu Mayang jalan-jalan keliling Kuta. Khawasan sini bagus Bu. Bulenya juga Bagus, hehe." Daud tertawa. Dasar slengean. Pasti dia suka kalau melihat Bule-bule berbikini.

"Ah, kalau kamu enggak fokus sama jalan-jalannya. Tapi sama bikini-bikininya."

"Haha, Bu Mayang tahu saja. Ya wajarlah, Bu. Saya kan lelaki. Hal-hal seperti itu menyejukan mata saja. Biar fresh juga pikiran."

"Alah, bilang saja otakmu isinya begituan semua. Dasar." Mayang melempat bantal. Kalau sudah begini bagaimana Mayang bisa nyaman sekamar dengan Daud. Pria itu pasti akan sering memperhatikan lekuk tubuhnya.

"Enggaklah, Bu." Daud menyahut sekedarnya.

Pria itu berdiri. Dengan tubuh setengah telanjang, dia membawa beberapa pakaian ke lemari. Tercium aroma tubuhnya yang semakin jelas. Aduh, bisa mabuk kepayang kalau Mayang lama-lama di kamar ini.

"Bu Mayang enggak naruh baju?" Daud bertanya sambil memandang Mayang.

"Nanti saja." Mayang santai. Dia nunggu kesempatan Daud keluar atau ke kamar mandi. Mana mau dia membongkar isi tasnya yang berisi pernak-pernik kewanitaan seperti penutup gunung dan celana dalam yang ada Daud melongo nantinya.

Setelah meletakkan baju, Daud mengambil dua botol air mineral dan memberikannya satu kepada Mayang. Mereka lantas minum bersama.

Satu jam istirahat, baru kemudian Daud mengajak Mayang jalan-jalan. Terlihat Daud mengenakan baju yang dipakainya tadi. Pria itu juga membawa kamera saku. Mayang baru tahu kalau Daud punya hobby fotografi sampai bawa kamera segala. Bukan kaleng-kaleng kameranya, keluaran terbaru.

Daud keluar ruangan dulu. Memberikan kesempatan Mayang untuk mengganti pakaian. Yang dipakai Mayang adalah baju dengan bahan dasar kantun, agak longgar dan tertutup. Tetap fashionable kalau di bawa ke pantai. Tidak lupa dengan kaca mata hitam anti silau matahari dan perhiasan tangan. Tas kecil yang tentu berisi dompet, ponsel, dan pernak-pernik cewek lainnya.

"Aku mau beli baju pantai dulu, Bu. Baru nanti agak sorean kita ke pantai." Daud berujar. Mayang hanya menurut saja. Yang Mayang nantikan adalah sunset di sore hari yang pastinya sangat menawan.

Daud agak canggung ketika jalan bersama dengan Mayang. Bukannya apa-apa. Mungkin kalau pacar, dia bisa menggandeng tangan Mayang. Tetapi, status mereka kan hanya sebatas kakak adekan saja. Daud juga terlihat sangat menghormati Mayang.

Namun meski begitu, obrolan akrab tetap terjadi. Di tempat yang baru. Dengan nuansa yang baru. Membuat jiwa mereka terbuka. Melupakan beban sejenak. Waktunya liburan. Liburan.

"Saya sambil rokok ya, Bu." Daud meminta izin kepada Mayang. Mayang tidak keberatan. Sepertinya hidup Daud hampa kalau tidak ada rokok. Maka Mayang pun membebaskannya. Apalagi sambil jalan, angin pantai bisa melenyapkan asapnya.

Mereka keluar dari homestay. Melewati beberapa bule yang sedang bersiap-siap juga. Entah mau kemana.

Untuk mengisi perut, Daud mengajak Mayang menuju restoran padang. Salah satu tempat makan yang halal di Bali.

Baru kemudian, mereka melanjutkan jalan. Banyak sekali kios-kios baju dan cinderamata lainnya disana.

Mereka pun berbelanja, Daud terlihat membeli celana renang dan sandal untuk ke pantai nanti. Sedangkan Mayang hanya butuh sandal. Namun yang namanya wanita pasti lapar mata melihat baju-baju yang terpampang di sana, apalagi pernak-perniknya tampak lucu. Mayang menahan untuk membeli ketika mau pulang nanti. Mayang berencana memborong oleh-oleh dari Bali yang akan dia bagikan kepada para bawahannya di restoran nanti.

"Bu Mayang enggak beli baju renang?" Daud bertanya. Dia malah keheranan melihat Mayang yang hanya membeli sandal jepit.

"Enggak, aku jalan-jalan saja di pantai. Enggak mandi."

Daud mendecak. "Ayolah, Bu. kita sudah sampai di Bali Lho, enggak lengkap kalau enggak merasakan deburan ombaknya. Seru."

Mayang diam. Benar juga. Lagian enggak asik kalau berdiam diri. Membiarkan Daud main sendiri di pantai. Menggoda bule-bule. Mending Mayang menemaninya.

"Ya, sudah. Tapi tolong bantuin cari pakaian renang yang tertutup dong." Mayang meminta. Daud terlihat sumringah. Dia pun dengan senang hati meminta kepada penjual untuk mencarikan pakaian renang yang tertutup. Pria itu sangat mengerti akan kebutuhan Mayang.

Kira-kira bagaimana keseruan mereka di pantai nanti ya?

avataravatar
Next chapter