webnovel

Daud Terus Memberikan Kode

Tak berapa lama, mereka kembali ke hotel. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Mereka makan sebentar di cafe di dalam hotel, Mayang dan Daud memesan nasi ayam panggang. Seperti biasa, Daud yang bertubuh gempal inilah yang paling banyak makan. Lahap sekali dia.

Kalau diperhatikan tadi, memang dialah yang paling banyak membuang energi ketika berenang tadi. Entah berapa kali putaran yang dia lMayang kan tadi di kolam renang. Belum lagi aksi dia bermain sepakbola di pantai tadi. Dari cara dia menendang-nendang bola tadi bisa dibayangkan berapa besaran kalori yang tadi dia buang, sekarang dia harus membayar nya dengan makan yang banyak.

Sehabis makan mereka kembali ke kamar. Waktu Mereka di hotel ini sudah tidak banyak lagi. Sedih rasanya harus keluar dari kamar hotel yang mewah ini. Bukan karena tempatnya yang mewah. Melainkan di tempat inilah dia bisa berduaan dengan Daud tercinta.

Dan sekarang mereka berencana kembali ke homestay yang ada di Kuta.

Daud masuk ke kamar mandi, tetap bertelanjang dada dia ke dalam kamar mandi. Mau mandi dan membersihkan tubuhnya dari kotoran di pantai tadi sebelum Mereka keluar check out dari Hotel ini pastinya.

Mayang mengambil kaos yang dipakai Daud tadi, Mayang membantu melipatnya dan menyusun dalam tasnya, Mayang sudah selayaknya istri yang mengurus segala kelengkapan suaminya. Iya memang sudah nalurinya sebagai perempuan, terlebih Daud yang bujang yang masih keteteran mengurus diri sendiri.

Tidak berapa lama, Daud sudah keluar. Sudah segar dan bersih. Cakep lagi. Haduh.

Setelah itu bergantian Mayang yang mandi. Mandi terakhir kali di hotel mewah di bawah shower yang deras. Air hangat yang membuat badan jadi terasa segar dan bersih.

Mayang tercenung sesaat saat memandang Bathtub. Tempat di mana Daud pada saat itu bangkit dari sana mendekat. Lalu dengan sangat tegas mau menikahinya.

Namun, Mayang menolak.

Mayang menarik nafas panjang, kejadian semalam tidak akan pernah Mayang lupakan seumur hidup, mungkin akan terus menghantui sepanjang hidup Mayang, kenangan yang tak terlupakan yang menggores perih di dalam hati.

Mayang keluar dan menutup kembali pintu kamar mandi. Meninggalkan bekas luka di dalam sana.

Terlihat Daud sedang menyusun kembali tas ransel besarnya, dia sudah rapi dengan celana pendekberbahan jeans dan baju kaus santai.

Dia melihat Mayang keluar dari kamar mandi. Senyum jantan terpampang di wajahnya.

"Ayo beres-beres, Nanti Mayang bantu kamu membawakan koper."

Daud masih bersikap baik saja sama Mayang setelah apa yang Mayang perbuat. Mayang sendiri tidak habis pikir bagaiaman Daud bisa terlihat sesantai itu ketika berhadapan dengan Mayang padahal jelas-jelas Mayang saja sudah menolaknya.

Setelah semua beres, Daud menawarkan untuk memotret Mayang di dalam kamar mewah itu.

"Buat kenangan, kalau Mayang pernah bulan madu dengan wanita secantik Mayang." Mayang tersipu mendengar gombalan Daud. Setelah itu, baru mereka meninggalkan kamar itu.

Menyerahkan kartu ke resepsionis, baru kemudian menuju mobil mewah yang disewa Daud. Daud ternyata sudah memperpanjang mobil sewa itu, supaya nanti bisa jalan-jalan lebih lama lagi dengan Mayang.

Masa menginap di hotel mewah itu memang singkat. Namun karena Daud yang mengajak Mayang lebih lama di Bali. Maka mereka memutuskan untuk pindah ke homestay kemaren di Kuta. Bukan masalah sih bagi Mayang, selama itu bersama dengan Daud.

Mereka pun bergerak menuju penginapan Kuta.

Setelah sampai di sana, jam menunjukan pukul empat sore.

Namun ternyata, penginapan itu penuh. Salah Daud juga yang tidak menanyakan sebelumnya. Namun sang resepsionis memberikan pilihan penginapan yang tidak jauh dari sana.

Mereka pun pindah ke hotel yang disarankan. Ternyata tempatnya lumayan bagus.

Namun yang mengganjal bagi mereka ternyata kamarnya hanya tersisa satu. Dan yang lebih menggagetkan lagi ranjangnya ternyata adalah king bed. Alias satu ranjang untuk dua orang.

Semua memang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Apa boleh buat. Karena untuk mencari penginapan lain membuang waktu. Maka Mayang setuju satu ranjang dengan Daud.

"Kamu tenang saja, nanti biar Mayang yang tidur di lantai." Daud memahami apa yang ada di pikiran Mayang. Walaupun bukan itu yang ada di kepala Mayang. Wanita itu malah membayangkan bagaimana rasanya tidur seranjang dengan pria tersebut.

Mereka pun menyusun barang-barang. Karena setelah ini mereka berencana untuk pergi ke Ubud dulu, namun sebelum itu sesuai dengan yang dijanjikan oleh Daud, mereka pergi ke jimbaran dulu untuk menikmati makanan laut. Mayang geli sendiri karena kebersamaannya selalu dengan Daud. Sudah seperti pasangan pengantin baru yang baru melMayang kan honeymoon saja.

Setelah semua sudah beres, Mayang ke kamar mandi sebentar. Ternyata kamar mandinya cukup bagus, ada shower dan bathtub juga, jauh lebih layak dari kamar homestay sebelumnya.

Mayang berusap sebentar. Mencuci muka. Setelah selesai Daud langsung mengajak Mayang bergegas pergi, Mayang juga sebenernya ingin sekali ke Ubud yang terkenal itu.

Perjalanan ke Ubud cukup menyenangkan, sepanjang perjalanan Mayang dan Daud berbincang-bincang seperti biasa layaknya tidak pernah terjadi apa-apa dengan mereka semalam.

Cuma ada kejadian lucu ketika ada seorang cewek bule seksi yang berdiri di pinggir jalan bersama dengan seorang temannya yang juga tak kalah seksinya. Mereka memakai hotpants mini yang ketat berdiri di pinggir jalan dalam perjalanan kami ke daerah Ubud.

Di saat itu Daud mengaum menirukan suara macan lapar demi melihat kemolekan tubuh dua cewek bule yang memang sangat menggoda itu.Tiba-tiba dia seperti tersadar, dia mungkin ingat kalau ada wanita yang tidak kalah cantik di sampingnya.

"Cewek-cewek itu memang seksi dan cantik sekali ya." Mayang bereaksi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yakin kamu mereka seksi ? Bukannya masih seksian kamu?" Daud berujar sambil tetap dengan santai memegang kemudi mobil. Namun, Mayang bisa melihat lirikan menggoda darinya.

"Seksian mereka lah. Masih muda. Sedangkan aku sudah emak-emak." Mayang dengan yakin berkata. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Daud.

"Justru buatku emak-emak seperti kamu malah jauh lebih menggoda. Apalagi dengan kepribadian kalem seperti kamu. Rasanya pengen ngajak berumah tangga."

Mayang merasa seperti tertikam. Dih, kenapa ujung-ujungnya sampai ke pernikahan sih. Padahal kan niatnya Mayang cuma menanggapi sekedarnya. Daud tidak henti-hentinya memberikan kode bahwa pria itu sungguh serius ingin mempersunting Mayang.

Mayang mengalihkan pandangan ke luar jendela. Pura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan Daud.

"Kamu dengar apa yang aku bicarakan tadi?" Daud bertanya.

"Bicara tentang apa ya?" Mayang pura-pura tidak tahu. Jantungnya deg-degan.

"Aku bilang kalau kamu lebih seksi dari pada dua bule itu. Kamu lebih menarik dan matang. Sangat cocok kalau diajak berumah tangga."

"Oh, seperti itu." Mayang menanggapi sekedarnya. Padahal dia merasa bajunya sesak. Rasanya mau melayang saja.

"Seperti itu bagaimana? Kamu menangkap kan apa yang saya bicarakan tadi?"

Daud terus mengejar Mayang. Sedangkan Mayang semakin gelisah di tempat duduknya. Lagi-lagi ngajak nikah. Kenapa sih Daud tidak ada kapok-kapoknya padahal semalam sudah ditolak mentah-mentah.

"Aku paham kok. Kamu mau aku jadi istrimu kan?"

Sekarang Daud terdiam, tapi terlintas senyum di wajahnya. Mayang sengaja memperjelas maksud dari percakapan ini supaya pria itu berhenti menyudutkannya.

Namun yang terjadi selanjutnya, Daud semakin gencar menyerang Mayang.

"Kalau menurut kamu aku seksi enggak?"

Mayang tersedak. Tidak minum, tidak apa, tapi bisa tersendak oleh air liurnya sendiri. Sekarang dia melihat Daud yang melihatnya sambil menyeringai nakal. Duh Gusti, apa jangan-jangan pria ini tahu kalau selama ini Mayang diam-diam memperhatikan tubuhnya. Menggagumi definisi sempurna dari seorang lelaki. Bahkan bisa jadi Daud juga tahu kalau diam-diam Mayang sering mengkhayal kotor tentangnya?

"Ih, Daud apaan sih. Jangan gitu ah. Aku turun nih." Mayang mengancam. Kalau terus-terusan diladeni bisa bisa Daud semakin menjadi.

"Jangan ngambek dong. Kalau kamu turun, nanti banyak anak muda yang godain kamu. Sumpah aku tidak iklas." Daud berkata dengan nada bercanda. Namun terasa serius bagi Mayang. Secara tidak langsung Daud mengungkapkan sifat possesifnya terhadap Mayang.

'Please, Daud. Hentikan sifatmu yang seperti ini. Nanti aku yang tidak move on dari kamu.' Mayang berkata hanya di dalam hati.

Mobil terus melaju. Perjalanan menuju Ubud cukup memakan waktu juga. Sekitar satu jam lebih akhirnya sampai di daerah Ubud.

Melewati pemandangan persawahan terasering khas Bali di daerah Tegalalang yang indah nan asri dengan latar belakang hutan yang rindang di kejauhan .

Mereka sempat berhenti sebentar dan bergantian berfoto dengan latar belakang pemandangan yang akan sangat jarang ditemui di Jakarta.

Bahkan, Daud berkata bahwa dia tidak akan pernah menolak jika harus tinggal di Bali.

"Kalau seandainya ada wanita yang mau menikah denganku dan mengajakku untuk tinggal di sini. Aku tidak keberatan. Pemandangan Bali terasa sejuk dan menenangkan. Bener enggak?"

Mayang cemberut. Perasaan Mayang kuat bahwa Daud memang sedang memberi kode kepada dirinya. Sejujurnya, Mayang mau saja sih tinggal di Bali. Tentu akan tenang hati kalau melihat pemandangan yang menakjubkan seperti ini.

Namun, kalau ditawari menikah dengan Daud. Mayang…

Mayang memandang Daud diam-diam. Lebih lekat lagi . Dalam hati Mayang bergumam alangkah sempurnanya Tuhan mencipkan pria dengan kesempurnaan fisik seperti Daud. Lelaki sejati yang membuat lelaki lainnya merasa iri dengan Daud. Wanita yang akan dimiliki Daud nantinya pasti adalah wanita paling beruntung sedunia. Pasti dia akan bahagia hidup bersama dengan Daud. Selain kesempurnaan fisik, Daud sangat tahu bagaimana memperlakukan wanita. Gagah berani. Bertanggung jawab. Ah, pokoknya masih banyak lagi yang tidak bisa Mayang sebut.

Tiba-tiba Daud menoleh ke arah Mayang, Mayang langsung menjepretkan kamera saku milik Daud yang dipegang sedari tadi.

Daud tersenyum. Mayang suka senyumnya. Senyum pria jantan. Tidak terkesan lembut dan mellow. mungkin karena dagu kotaknya yang membikin senyum itu terlihat menggemaskan. atau juga karena bibirnya yang tebal dan lebar itu yang membuat senyum nya jadi indah. Mayang jarang mendeskripsikan tentang bentuk wajah Daud itu, takut pembaca semakin kesensem jadinya.

Atau mungkin aura lelaki dari Daud yang begitu kuat sehingga apapun yang dilakukannya selalu terlihat menarik bagi kaum hawa?